Ternyata Alice bukan melupakan, melainkan hanya menunggu hingga Peter datang untuk melanjutkan pembicaraan mereka sebelumnya. Dengan ekspresi memelas, Oliver menoleh pada Peter untuk meminta bantuan, tapi temannya hanya mengangkat bahu.
"Baiklah," ucap Oliver, menyerah. "Semua korban merupakan Anak Spesial."
Alice menelengkan kepala. "Kalau hanya itu, kami juga sudah tahu," sahutnya dengan nada apa-kau-tak-punya-info-yang-lebih-baik.
"Benarkah?" Oliver tercengang mendengarnya. "Bagaimana bisa?"
Alice mencondongkan tubuh dan berbicara dengan nada rendah, seolah takut ada yang mendengarnya meskipun hanya ada mereka bertiga di ruangan itu. "Kami menerobos masuk perpustakaan Laboratorium Omnia--idenya Peter." Gadis itu lantas mengangguk ke arah Peter, memberinya isyarat untuk mengambil alih pembicaraan.
"Dari cara semua korban dibunuh, aku menarik satu kesimpulan, yaitu kemungkinan besar semua pembunuhan itu dilakukan oleh satu orang. Jika itu benar, artinya semua korban pasti memiliki sebuah kesamaan. Makanya aku pergi ke sana untuk mencari daftar nama para Anak Spesial, dan ternyata dugaanku benar."
"Tapi kenapa kau pikir kesamaan mereka adalah identitas mereka sebagai Anak Spesial?"
"Karena aku pernah melihat beberapa di antara mereka di Laboratorium Omnia. Bagaimana denganmu? Dari mana kau mengetahuinya?"
Oliver menelan ludah. Pertanyaan itu begitu mudah, tapi sekaligus begitu sulit untuk dijawab. "Kami semua tinggal di lingkungan yang sama," ujarnya pelan. "Makanya aku mengenal mereka semua."
Peter mengerutkan kening dan terdiam sejenak--seolah tengah memproses informasi yang baru diperolehnya, lalu berkata, "Untuk saat ini, besar kemungkinannya kalau si pembunuh memang mengincar semua Anak Spesial--dimulai dari orang yang kau kenal. Kesimpulan tersebut membawa kita ke satu pertanyaan utama." Dia lantas terdiam, terlihat enggan untuk menyuarakan pertanyaan tersebut.
Oliver tahu pertanyaan yang dimaksud oleh Peter, tapi dia pun tak ingin mengatakannya. Pada akhirnya, Alice-lah yang berbicara. "Maksud kalian, dari mana dia mendapatkan daftar nama para Anak Spesial?"
Daftar nama Anak Spesial bukanlah sesuatu yang dapat diperoleh dengan mudah oleh siapa saja. Hanya pegawai Laboratorium Omnia dan para penanam modal yang memiliki akses untuk mendapat informasi tersebut. Jadi kalau ada pihak luar yang mengetahuinya, itu berarti ada pengkhianat di tengah-tengah mereka, dan fakta itu sendiri sudah cukup mengerikan.
"Guys, aku tahu berat untuk mengakuinya," ucap Alice. "Tapi kita perlu mencari tahu dari mana dia mendapat informasi itu. Jika kita bisa menemukan sumbernya, mungkin kita bisa mendapat petunjuk yang berharga."
Peter mengangguk setuju. "Alice benar. Orang yang memberikan daftar nama itu pasti terhubung dengan si pembunuh, atau paling tidak kaki tangannya."
Alice mengembalikan perhatiannya pada Oliver. "Apa lagi yang kau tahu?"
Oliver lantas menceritakan mengenai Nate dan Mia; bagaimana mereka bertemu hingga pertemuan terakhir mereka hari itu. "Nate-lah orang yang melempar pisau di pesta Raven, tapi aku sungguh tak tahu siapa pemuda berambut biru yang menyerangmu," ujarnya pada Alice. "Yang jelas, dia pasti komplotan si pembunuh."
"Ternyata begitu. Setelah kupikir-pikir, mungkin dia bukan berniat membunuh Alice." Peter menyisir rambutnya dengan sebelah tangan sambil bersandar di sofa. "Dia tak berusaha mengejar Alice sama sekali. Sepertinya dia punya tujuan lain."
"Apa kau pikir," kata Alice, matanya melebar sembari memandangi Peter, "dia mau membunuhmu?"
Oliver menjadi semakin cemas mendengarnya. Mungkinkah kini bukan hanya Alice yang dalam bahaya, tapi juga Peter?
KAMU SEDANG MEMBACA
OLIVER'S PUZZLE [COMPLETED]
Mystery / Thriller[Ambassador's Pick Oktober 2024] [Cerita ini akan tersedia gratis pada 6 Agustus 2021] *** Pembunuhan berantai di Andromeda City mengincar nyawa para Anak Spesial. Oliver harus menemukan kembali ingatannya yang hilang agar dapat menghentikan aksi se...