Chapter 77

2.2K 483 18
                                    

"Aku setuju," tukas Harry. "Media pasti akan heboh kalau dia terlihat membawa seorang cewek ke hotel atau semacamnya, dan dia pasti tak menginginkan munculnya gosip macam-macam. Jadi, menurutku, tempat yang dia bicarakan adalah properti milik keluarga Raven yang jauh dari pengamatan publik. Itu tempat yang paling aman baginya."

Properti milik keluarga Raven yang terletak jauh dari pengamatan publik? Oliver mengerutkan kening. Kedengarannya masuk akal. Kyle tak memerlukan izin siapa pun untuk memasuki properti milik keluarganya. Dan jika tempat itu terletak di lokasi terpencil, artinya dia bisa menyembunyikan Alice di sana tanpa ada yang menyadarinya. Akan tetapi, bagaimana caranya dia bisa mengakses daftar properti Raven? Pasti tak mudah. Dia bisa meminta Harry mencarinya, tapi waktu mereka terlalu sempit. Dia membutuhkan bantuan orang lain. Seseorang yang memiliki akses untuk mendapatkan informasi semacam itu dengan cepat.

Tiba-tiba, dia teringat akan ucapan seseorang. Kalau kau perlu bantuan--apa pun--hubungi aku. Mungkin aku bisa membantu.

Benar. Kalau orang itu, mungkin bisa. Oliver bergegas mengambil ponsel dan menghubungi sebuah nomor. Begitu terdengar sahutan di ujung telepon, dia mengembuskan napas penuh kelegaan. "Sir, saya memerlukan bantuan Anda. Apa saya bisa menemui Anda sekarang?" Dia mendengarkan jawaban lawan bicaranya dengan saksama, kemudian mengakhiri pembicaraan.

Peter mengernyit heran ke arahnya. "Siapa yang kau telepon?"

"Kai Lennox." Oliver menoleh ke Harry, memberinya tatapan penuh harap. "Kau tahu Kai's Club, kan? Bisa tolong antar kami ke sana?"

Harry menyeringai. "Dari mana kau tahu aku sering ke tempat itu? Tunggu sebentar." Dia menghilang dari pandangan dan kembali lagi dalam sekejap mata sambil memegang laptop di tangannya--yang kemudian dia ulurkan ke Oliver. "Tolong pegangkan ini untukku."

Mata Oliver mengerjap ketika teleport Harry mengantarkan mereka ke dalam bilik toilet yang sempit. Peter segera menghambur keluar sambil mengumpat, "Sialan, Harry, kenapa harus ke toilet?"

Harry mengedikkan bahu dengan raut cuek. "Ini satu-satunya tempat di mana orang tak akan heran melihat seseorang--atau tiga cowok--keluar dari dalamnya."

Tanpa membuang-buang waktu, mereka bergegas meninggalkan toilet. Di dalam kelab ternyata tak ada siapa pun, mungkin lantaran kelab itu masih tutup jadi pegawainya juga belum berdatangan. Oliver memandang berkeliling dan menemukan Kai sedang duduk di balik meja bar panjang, tengah meminum cairan berwarna kecokelatan dari gelas kaca. Dia pun langsung berderap menghampiri pria itu dengan langkah-langkah panjang, diikuti oleh Peter dan Harry tepat di belakangnya.

Kai mengangkat kepala dan tersentak kaget sewaktu melihat Oliver. "Kau sudah datang? Cepat sekali," ujarnya dengan nada heran. "Bukankah kau baru saja meneleponku?"

"Saya tak punya waktu untuk menjelaskan, Sir," sahut Oliver. Jantungnya berpacu dengan cepat dalam dadanya. "Teman saya dalam bahaya."

"Sebaiknya kita tak berbicara di sini. Anak buahku akan datang sebentar lagi untuk bersih-bersih." Kai meneguk habis minuman dalam gelasnya, kemudian membawa mereka menuju ruang kerjanya. "Sekarang, jelaskan apa yang terjadi," katanya, setelah mereka semua duduk di kursi tanpa sandaran yang mengelilingi meja kaca berbentuk oval.

"Teman saya diculik, dan kami berpendapat dia mungkin disekap di salah satu tempat milik keluarga Raven." Oliver memaparkan secara singkat.

Sebelah alis Kai terangkat tinggi dan untuk sesaat dia hanya diam membisu. Seakan dia tengah mempertimbangkan apakah Oliver berkata jujur atau hanya sedang mempermainkannya. Kemudian, dia memajukan tubuh dan menopangkan kedua sikunya di atas meja selagi memberi Oliver tatapan tajam. "Maksudmu, anggota keluarga Raven terlibat dalam penculikan?" Dia berkata dengan perlahan, seperti ingin memastikan Oliver menyimak setiap kata-katanya. "Kau tahu bahwa itu tuduhan yang serius, kan?"

OLIVER'S PUZZLE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang