Chapter 85

3.1K 494 18
                                    

Sepuluh hari sudah berlalu sejak peristiwa di gudang RavenCorp. Dan itu juga berarti sudah seminggu berlalu sejak Peter—--alias Alex--tinggal bersama kami, dan sejujurnya, itu terasa aneh. Kenyataannya, akan perlu waktu cukup lama bagi aku dan keluargaku untuk bisa membiasakan diri terhadap fakta bahwa Peter Eckhart adalah saudara kembarku yang sudah lama menghilang, meski, tentu saja, kami sangat senang akhirnya dia kembali ke keluarga kami, terutama setelah peristiwa mengerikan yang dia alami sembilan tahun silam. Barangkali kami takkan pernah bertemu lagi dengannya jika bukan karena pasangan Eckhart.

Mereka menceritakan semuanya usai kami mendapatkan hasil tes DNA yang menegaskan bahwa Peter merupakan Alex. Sembilan tahun yang lalu, mereka menggagalkan aksi penculikan yang diduga dilakukan oleh sindikat perdagangan anak. Si penculik berhasil kabur, tapi mereka berhasil menyelamatkan korban--seorang bocah laki-laki yang tak sadarkan diri akibat luka di kepalanya. Bocah tersebut siuman dua minggu kemudian, tapi mengalami trauma hingga tak mau berbicara sama sekali, termasuk menjawab pertanyaan mengenai asal-usulnya.

Sebagai akibatnya, pasangan Eckhart tak bisa mengembalikan bocah itu ke keluarganya ataupun mencari informasi menggunakan media sosial--lantaran khawatir pelaku penculikan akan kembali mendatangi bocah itu. Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk mengadopsi anak itu serta menamainya Peter. Dan orang yang mengurus dokumen adopsinya tak lain adalah Kai Lennox--itu menjelaskan kenapa Peter bisa mengenal lelaki tersebut.

Aku melirik Peter yang mengemudi di sebelahku. Kendati sudah tahu sebagian besar ceritanya, masih ada beberapa pertanyaan yang mengganjal di benakku dan belum dapat kuutarakan hingga sekarang akibat dia terlalu sibuk menghabiskan waktu bersama ibu dan kakekku. "Ngomong-ngomong, kau belum menjelaskan kenapa selama ini kau menutup-nutupi identitasmu sebagai Alex dari kami. Kenapa kau tidak langsung menghubungi kami begitu pulih dari traumamu?"

Dia menghentikan mobil lantaran lampu lalu lintas berwarna merah. "Sebenarnya, waktu itu aku ingin langsung kembali ke rumah, tapi kemudian aku mendengar orang tuaku membicarakan soal putri keluarga Sheridan yang mengalami amnesia, dan aku pun menjadi ragu. Saat itu aku sudah menghilang selama dua tahun, dan aku tak tahu apakah ada yang memberitahumu bahwa kau memiliki saudara, jadi aku tak ingin membuatmu bingung dengan kemunculanku yang tiba-tiba. Maka, aku berniat untuk mencari tahu terlebih dulu dengan meminta didaftarkan di sekolah yang sama denganmu--dan kemudian menemukan fakta bahwa kau merupakan anak tunggal."

Jemariku mengetuk-ngetuk dasbor dengan gusar. Aku masih ingat kalau dulu dia memang pernah bertanya apa aku memiliki saudara, dan aku menjawab 'tidak' tanpa ragu--jawaban yang kini membuatku merasa bodoh. "Kenapa kau tidak berpikir kalau aku berbohong? Kau juga tahu kalau beberapa keluarga menyembunyikan fakta tentang kehadiran anak laki-laki dalam keluarga mereka."

Dia tersenyum padaku tanpa menoleh dan kembali melajukan mobilnya. "Kau takkan membohongi sahabatmu, makanya aku yakin kau mengatakan yang sebenarnya. Sebetulnya, aku kecewa karena ibu kita berbohong padamu, tapi aku meyakini bahwa dia punya alasan yang kuat kenapa dia melakukannya dan pada suatu hari nanti dia pasti akan berkata jujur padamu. Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk merahasiakan identitasku agar tak memperumit keadaan. Dengan cara itu, aku bisa tetap berada di dekatmu meski bukan sebagai Alex. Namun seiring waktu, aku kerap dihantui rasa bersalah sebab aku merasa telah mengkhianati kalian--dengan meninggalkan nama asliku dan hidup sebagai Peter Eckhart. Itu sebabnya aku tak suka setiap kali kamu menyebut nama lengkapku."

Sekarang aku jadi merasa bersalah lantaran sering dengan sengaja menyebut nama lengkapnya setiap kali dia membuatku jengkel. "Lantas, kenapa kau tidak memberitahuku sewaktu aku tahu soal Alex? Atau, saat kau tahu kalau Mom masih mencarimu. Kau tidak berpikir kau bersikap kejam dengan tetap diam?"

Dia membisu sejenak. "Aku takut kalian membenciku karena sudah merahasiakan identitasku selama ini."

Aku terperangah begitu mendengar jawabannya. Tak pernah kusangka kalau jawaban seperti itu bisa keluar dari mulutnya. "Bagaimana mungkin kami--apalagi Mom--membencimu? Itu mustahil, kau tahu. Katakan, jika Kyle tak mengatakannya padaku, kapan rencananya kau akan memberi tahu kami?"

"Aku tak tahu," jawabnya jujur, membuatku berterima kasih pada Kyle dalam hati, yang secara tidak langsung telah membantuku berkumpul kembali dengan saudaraku. Kalau bukan karena dia, hingga kini aku dan keluargaku pasti masih bertanya-tanya di mana Alex.

Aku bersedekap lalu bersandar di kursi. "Well, pasangan Eckhart merahasiakan identitasmu dengan sangat baik, sampai-sampai seluruh detektif yang disewa Mom tak berhasil menemukanmu."

Dia tersenyum simpul. "Mereka hanya ingin memastikan orang yang pernah mencoba menculikku tak dapat menemukanku. Mereka orang tua yang baik."

Tak hanya baik, mereka juga sangat penuh pengertian. Usai mengetahui kalau Peter adalah anggota keluarga Sheridan, dengan besar hati mereka mengizinkan dia untuk kembali ke keluarga kami. Mereka bahkan menawarkan Peter untuk mengembalikan namanya ke nama aslinya--tawaran yang hingga sekarang belum dijawab oleh Peter. Entah kenapa, aku mendapat kesan kalau dia sebenarnya ingin menolak tawaran tersebut, tapi khawatir akan mengecewakan keluargaku. Yang tak dia ketahui adalah, ibu dan kakekku sudah mengambil keputusan.

"Mom dan Gramps bilang kau tak perlu mengganti namamu menjadi Alex, sebab kami sudah sangat terbiasa memanggilmu Peter. Dan kau juga boleh sesekali menginap di rumah keluarga Eckhart. Mungkin setiap akhir minggu?"

Peter menoleh sekilas dengan mata terbeliak. "Benarkah? Mereka bilang begitu?"

"Kau pikir aku akan berbohong untuk hal seperti ini?"

Dia cepat-cepat menggeleng. "Tidak--maksudku, ini terlalu mendadak, jadi aku sedikit kaget," ujarnya, dan aku tidak dapat menahan senyumku ketika menyadari kelegaan yang terselip dalam suaranya. Kami semua tahu betapa Peter sangat menyayangi pasangan Eckhart, dan bagaimanapun dia hidup sebagai Peter lebih lama daripada sebagai Alex, jadi pasti tidak mudah baginya untuk kembali menjadi Alexander Moore.

Aku melayangkan pandang ke luar jendela, tepat ketika kami melintasi lokasi kecelakaan ayahku sembilan tahun silam, dan kesedihan mencengkeramku erat-erat dalam sekejap. Seandainya saja ayah Kyle tak menabrak mobil ayahku hari itu, Dad pasti masih hidup, saudaraku tak perlu pergi untuk mencari bantuan--yang mengakibatkan kami terpisah selama bertahun-tahun, dan ibuku tak akan menghapus ingatanku. Ada banyak hal baik yang hilang dari hidupku akibat ulah seseorang yang tak bertanggung jawab, dan aku tak yakin bagaimana caranya untuk berdamai dengan semua itu. Tanpa sadar, helaan napas terlepas dari mulutku, dan hal tersebut tak luput dari pendengaran Peter.

"Ada apa?" tanyanya.

"Hanya memikirkan satu-dua hal," jawabku, lantas memutar kepala ke arahnya. "Katakan padaku orang seperti apa ayah kita."

"Dia sosok yang keren. Tipe ayah yang membuatmu bangga menjadi anaknya," jawabnya tanpa ragu, dan sengatan rasa iri serta-merta menyerangku sebab dia mengingat ayah kami dengan baik sedangkan aku tidak sama sekali--dan takkan pernah bisa mengingat apa pun tentang beliau sampai kapan pun. Peter melirikku sekilas kemudian melanjutkan, "Jangan cemas, akan kubagi kenanganku denganmu. Aku akan menceritakan semua yang kuingat tentang Dad."

Mau tak mau, ucapannya membuatku tersenyum. Seperti biasanya, dia tahu apa yang kupikirkan. "Apa aku harus berterima kasih untuk itu?"

Dia balas tersenyum sembari mengemudikan mobilnya memasuki halaman parkir Andromeda Central Hospital. "Tidak, sebab itu sudah menjadi kewajibanku sebagai saudara kembarmu," sahutnya, dan itu jawaban yang sempurna--sesuai dengan yang dapat kuharapkan dari saudaraku.

OLIVER'S PUZZLE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang