Chapter 31

3.1K 629 18
                                    

"Jangan bertele-tele, Raven, atau aku akan--"

Cowok itu memotong ucapanku. "Kau akan mematahkan tulang rusukku seperti halnya Sofia Jarrett?"

Aku termangu mendengar perkataannya, tak menyangka insiden itu sudah sampai di telinganya. Apa dia memata-mataiku? Bahkan keluargaku belum mengatakan apa pun padaku. "Dari mana kau mengetahuinya?" tanyaku penuh selidik. Cowok ini benar-benar mencurigakan.

"Dari mana aku tahu tak penting." Dia berbelok memasuki area parkir sebuah restoran yang namanya sering disebut di televisi sebagai tempat favorit kalangan selebritis, memarkir mobilnya di salah satu tempat kosong, kemudian mematikan mesin mobil. Selagi melepas sabuk pengaman, dia menambahkan, "Dan untuk menjawab pertanyaanmu, aku serius saat mengatakan ingatanmu dihapus."

Tanganku yang hendak membuka pintu mobil terhenti. Perlahan, kepalaku berputar, dan tatapan kami bertemu. Untuk pertama kalinya sejak aku melihatnya di pesta, dia terlihat serius--tak ada senyum simpul atau seringai. Aku menunggunya mengatakan dia hanya bercanda, tapi cowok itu tak kunjung mengucapkannya.

"Kau ...." Mataku menyipit memandangnya selama sepersekian detik lalu aku melepas tawa gugup. "Ini tak mungkin, kan? Kau pasti hanya bercanda."

Dia memberiku tatapan penuh simpati. Jenis tatapan yang kubenci. "Maafkan aku, Alice, tapi aku mengatakan yang sebenarnya."

Tawaku lenyap seketika. Aku ingin menyahut, tapi lidahku terasa kelu, jadi aku pun menunduk, sambil berusaha menghentikan tanganku yang gemetaran. Berbagai pertanyaan berlarian di benakku--siapa yang melakukannya, kenapa mereka menghapus ingatanku, dan bagaimana mereka melakukannya--menunggu untuk disuarakan, tapi pada akhirnya tak ada satu pun pertanyaan yang terlontar dari mulutku.

"Sepuluh tahun yang lalu, sekelompok tim peneliti memulai suatu proyek bernama Proyek Penghapus Ingatan. Sesuai namanya, proyek itu memungkinkan ingatan seseorang untuk dihapus. Mulanya, proyek itu ditujukan bagi para korban tindak kekerasan, agar mereka dapat melupakan kejadian mengerikan yang mereka alami dan sembuh dari traumanya. Tapi, pada pelaksanaannya, proyek itu juga digunakan oleh pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan pribadi. Kau"--dia menunjukku--"adalah salah satu contohnya."

Dengan susah payah, aku berhasil mengumpulkan kata-kataku. "Maksudmu, aku adalah peserta proyek ... apa tadi namanya? Proyek Penghapus Ingatan ...?" Saat Kyle mengangguk, aku berujar lirih, "Aku bahkan tak pernah mendengar namanya."

"Memang tak banyak yang tahu, apalagi sejak statusnya diubah menjadi 'rahasia' beberapa tahun yang lalu. Beberapa pihak meyakini proyek itu masih terus dijalankan, sementara beberapa lainnya menduga proyek itu sudah lama ditutup."

"Lalu ...." Aku menatapnya curiga. "Dari mana kau mengetahuinya?"

Dia hanya tersenyum dengan ekspresi pahit menghiasi wajahnya. "Dari kakekku. Dulu ibuku nyaris diikutkan proyek itu, tapi ajal keburu menjemputnya."

Jawaban tersebut membuatku tidak enak hati lantaran sudah bertanya. Salah satu artikel yang kubaca menyebutkan kalau ibunya meninggal akibat sakit keras. Apa penyakit itu ada hubungannya dengan ingatan yang ingin dibuang oleh beliau?

Seolah dapat membaca isi pikiranku, cowok itu menambahkan, "Dan tidak ada sesi bertanya lagi untuk malam ini, Miss Sheridan. Jika kau ingin tahu lebih banyak, kau bisa mencari tahu sendiri atau bertanya di pertemuan kita yang berikutnya." Dengan kata lain, sesi tanya-jawab untuk malam ini sudah berakhir.

Aku menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Bagaimanapun, kata-katanya belum tentu benar. Tapi di sisi lain, jika proyek semacam itu memang pernah ada--atau bahkan masih ada--maka artinya ... ingatanku memang sengaja dihapus. Aku menelan ludah. Tapi untuk apa? Saat itu aku baru berusia tujuh tahun, jadi rasanya kecil kemungkinannya aku melihat atau mendengar sesuatu yang dapat membahayakan orang lain sampai-sampai mereka perlu menghapus ingatanku. Maksudku, toh tidak ada yang akan memercayai omongan anak berusia tujuh tahun.

OLIVER'S PUZZLE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang