Chapter 55

2.8K 536 19
                                    

Nick Sheridan memacu mobilnya dengan kencang di jalanan Andromeda City. Jam di dasbor menunjukkan pukul tujuh malam; waktunya jam kerja di perusahaan berakhir. Tak heran jalanan dipadati kendaraan yang seolah berlomba-lomba satu sama lain untuk menjadi yang paling cepat tiba di rumah masing-masing.

TIINNN! TIIINNN!

Dengan tidak sabar dia memukul klakson. Mobil merah yang semula menutup jalan di depannya lekas menyingkir seusai mendengar bunyi klakson yang nyaring. Nick menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya. Dia tidak punya banyak waktu. Dia harus menyelamatkan temannya.

Beberapa menit yang lalu dia mendengar kabar yang membuat keningnya berkerut. Seseorang melihat Theodore bersama seorang wanita di Hotel Raven. Tentu saja ada kemungkinan itu hanyalah kabar burung, atau temannya mungkin salah mengenali orang. Namun ketika mendengar nama si wanita, dia pun tidak ragu lagi.

Wanita itu memiliki rencana buruk, dan hanya Nick yang mampu mencegahnya.

Tanpa berpaling dari jalanan, dia meraih bluetooth ponselnya dan memasangnya di telinga dengan sebelah tangan. Untuk kesekian kalinya, dia mencoba menghubungi Theodore. "Ayolah, Theo, jawab ponselmu." Dia berbisik dengan gusar.

Masih tidak ada jawaban. Wanita licik itu pasti sudah mematikan ponsel Theodore agar tidak ada yang dapat menghubunginya. Kedua alis Nick bertaut, menandakan kegelisahan yang melandanya. Dia tidak berani membayangkan bagaimana nasib pria tersebut jika dia terlambat.

Nick menghentikan mobilnya tepat di depan pintu masuk hotel, melompat keluar, lalu berlari memasuki gedung. Pintu lift tak kunjung terbuka jadi dia memutuskan untuk menggunakan tangga darurat.

Terlambat satu detik saja dapat berakibat fatal.

Dia melompati dua anak tangga sekaligus dan dalam beberapa menit tiba di lantai lima. Tanpa istirahat, dia langsung berderap menuju kamar 506 dan sudah nyaris menggedor pintu keras-keras saat menyadari orang itu pasti tidak akan membuka pintu jika mengetahui kedatangannya. Jadi Nick menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya beberapa kali untuk mengatur napas, lalu mengetok pintu dengan perlahan.

"Room service."

"Saya tidak memesan apa pun." Seorang wanita menjawab dari dalam. Itu suara yang dikenal Nick dengan sangat baik.

"Ini hadiah kecil dari hotel kami, Miss."

Terdengar langkah kaki mendekati pintu. Ketika pintu dibuka sedikit, Nick langsung mendorong pintu lebar-lebar.

"Hei, apa-apaan ini?!"

Nick mengabaikan protes wanita itu dan segera menghambur masuk. Darahnya terasa mendidih kala mendapati temannya berbaring tidak bergerak di atas tempat tidur. Dia berjalan menghampiri pria itu dan memeriksa kondisinya. Mabuk berat, seperti dugaannya. Jika Theodore dalam keadaan sadar, tidak mungkin dia berada di tempat itu.

"Bangun, Theo." Nick menarik tangan temannya hingga pria itu terduduk. "Kita harus pergi dari sini sekarang juga. Charlotte menunggumu di rumah."

Theodore membuka mata sedikit lantas menyeringai. Wajahnya merah dan dia terus-menerus tersenyum dengan ekspresi tidak wajar. "Oh ... Nick?" Begitu dia membuka mulut, bau alkohol menyeruak kencang sampai-sampai Nick harus memalingkan wajah menjauh.

"Kau yang harus pergi, Sheridan. Ini bukan urusanmu," kata wanita penghuni kamar dengan nada jengkel.

Nick memutar kepala ke sumber suara. Di belakangnya, Mila Jacoby berdiri sambil bersedekap. Wajah cantiknya cemberut, ujung rambut hitamnya masih meneteskan air, dan dia mengenakan jubah mandi berwarna putih.

OLIVER'S PUZZLE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang