Hidup berjalan lancar bagi Theodore Miller. Dia memiliki karir yang cemerlang di Raven Finance--mungkin akan menjabat sebagai kepala cabang dalam beberapa bulan mendatang--dan kehidupan pernikahannya yang bahagia sudah dikaruniai seorang putra. Oliver, anak semata wayangnya, baru saja berulang tahun yang ketujuh beberapa hari yang lalu. Bocah tersebut tumbuh dengan sehat, cerdas, dan penuh rasa ingin tahu seperti anak-anak pada umumnya. Tak ada hari di mana Theodore tak bersyukur atas kehadiran Oliver dalam hidupnya. Dia menyayangi anak tersebut lebih dari hidupnya sendiri.
"Aku menemukanmu, Dad!" seru Oliver, menunjuk sang ayah yang tengah bersembunyi di balik sofa.
Theodore menyeringai dan berdiri. "Aku kalah lagi."
Oliver tertawa lebar. "Sekarang, giliranmu menghitung, Dad. Kalau kali ini kau tak dapat menemukanku, maka kau harus menepati janjimu."
Tangan Theodore terulur untuk mengacak pelan rambut cokelat anaknya. "Aku mengerti." Janji yang dibicarakan Oliver adalah janji Theodore untuk membelikan robot anjing produksi RavenCorp Technology bila anak itu menang sepuluh kali berturut-turut dalam permainan petak umpet. Sebenarnya, dia akan membelikan robot tersebut meskipun Oliver tidak menang sama sekali--itu hanyalah alasan untuk mendidik sang anak bahwa seseorang perlu berusaha untuk memperoleh apa yang dia inginkan. Theodore tidak ingin anaknya menjadi manja dan berpikir kalau orang tuanya akan memberikan apa pun yang dia mau dengan mudah.
"Tutup matamu, Dad, aku akan bersembunyi sekarang!" seru Oliver dengan riang. Dia melesat secepat kilat meninggalkan sang ayah, yang masih berdiri memandangi kepergiannya sambil tersenyum.
"Satu ...." Lelaki itu mulai menghitung. Pada hitungan kesepuluh, dia akan mulai mencari anaknya. "Dua ...." Bel pintu berbunyi nyaring memecah kesunyian. Theodore menoleh ke arah pintu. Dia yakin tidak sedang mengharapkan kedatangan siapa pun. Mungkin Charlotte? Tidak, istrinya itu baru saja pergi setengah jam yang lalu. Wanita itu selalu menghabiskan waktu sedikitnya tiga jam bila sedang berkumpul bersama teman-teman wanitanya di mal. Tentu saja Theodore tidak keberatan sama sekali. Setelah sibuk mengurus keluarga setiap hari, sang istri memerlukan waktu bersenang-senang--dan Theodore pun bisa memiliki waktu ayah-anak bersama Oliver.
"THEO! Buka pintunya!"
Kaki Theodore terhenti beberapa langkah sebelum mencapai pintu. Suara barusan tidak asing di telinganya. Dia buru-buru memeriksa layar interkom dan rahangnya seketika menegang sewaktu melihat wajah pemilik suara tersebut. Kedua tangannya yang tergantung di sisi tubuh terkepal erat.
"Dia—beraninya dia datang ke sini!"
Delapan tahun sudah berlalu sejak terakhir kali Theodore bertemu Mila Jacoby. Selama ini, dia mengira wanita gila itu sudah menyerah dan akhirnya dia bisa hidup damai bersama keluarga kecilnya. Tapi kenapa tiba-tiba wanita itu harus muncul lagi dalam hidupnya? Amarah Theodore serasa nyaris meledak ketika wanita itu terus memanggil namanya. Dia bahkan belum dapat melupakan perlakuan kasar yang diterima Charlotte-nya sewaktu pesta pernikahan mereka. Dan sekarang ... dengan tidak tahu malunya orang itu menampakkan wajah di depan rumahnya?
"Aku tahu kau ada di rumah, Theo. Mobilmu ada di depan. Jadi, jangan coba-coba menipuku dan buka pintunya. Sekarang!"
Theodore berdecak kesal. Wanita itu bahkan mengenali mobilnya. Apakah dia kini menjelma sebagai wanita penguntit gila?
Mila memelankan suaranya. "Ada yang ingin kubicarakan, dan aku yakin kau tak mau tetanggamu mendengarnya." Dia meraih ponsel dan menempelkannya ke layar dengan kasar. Di sana ada potret bocah yang kurang lebih seumur dengan Oliver. "Ini anakmu, Theo. Sekarang, kau masih tak mau membukakan pintu untukku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
OLIVER'S PUZZLE [COMPLETED]
Mystery / Thriller[Ambassador's Pick Oktober 2024] [Cerita ini akan tersedia gratis pada 6 Agustus 2021] *** Pembunuhan berantai di Andromeda City mengincar nyawa para Anak Spesial. Oliver harus menemukan kembali ingatannya yang hilang agar dapat menghentikan aksi se...