Memang Sudah Nasib

162K 8.5K 176
                                    

Nadia masih dengan posisi nya yaitu hormat kepada sang bendera di tengah lapangan sendirian.

"Sial banget gue," gerutu Nadia.

Nadia ingin kabur, namun tidak bisa, mencoba beralibi pun akan sia-sia, karena Pak Satpam tidak berhenti memantau Nadia begitu tajam.

"Pak, saya haus," teriak Nadia kepada Pak Satpam.

Pak satpam menggeleng kan kepala nya.

"Gimana kalo saya pingsan?" teriak nya kembali.

"NO,NO,NO" ujar pak satpam menggoyangkan telunjuk nya .

Nadia hanya mendengus sebal, "dasar Bang Jono, gak bisa ngerti dikit apa perasaan gue? Disini gue panas, capek, lelah, lesu, letih, disana si kumis malah diem-diem bae, nontonin gue yang lagi kesusahan, ishh" gerutu Nadia dengan heboh, percis seperti Nenek-nenek kurang belaian.

****

Di kelas X IPA6 sedang bebas, Bu Dian tidak masuk karena sakit, dan semuanya pun sibuk dengan kebiasaannya masing-masing, termasuk Gea dan Cici mereka sedang memikirkan cara agar bisa meloloskan Nadia dari hukuman Bu Tika.

"Gimana dong?" Tanya gea kepada Cici.

"Gue juga ini lagi mikir, gimana yaa?" Cici mengetuk-ngetukan tekunjuk nya di dahi nya sendiri.

"Ohh gue tau gue tauu"Lanjut nya menjentikan jari nya.

"Apa?" Tanya Gea antusias.

"Fikraaaaaaammmmmm!!" Teriak Cici dengan suara cempreng nya, membuat seluruh murid menutup kuping.

"Heh! kumat deh lo, jangan keluarin teriakan maut lo itu kasihan kuping gue," sewot Gea, dan mengusqp kedua telinga nya.

"Apa sih lo, Cici cuitt?" Tanya Fikram dengan mata yang masih terfokus kedalam benda pipih yang sedang di mainkan nya.

"Siniiii cepet!!" jawab Cici.

"Gak ah, gue lagi duel sama si Aldo, entar gue di kalahin!" Ucap nya dengan tatapan yang masih sama.

"Cepett Fikraaaammmmmmm!!" Teriak Cici kembali.

"Aduhh Cici berisik lo!" bentak Aldo angkat suara.

"Suruh temen lo kesini atau gue bakal teriak di kuping nya!" perintah Cici penuh penekanan.

Aldo dan Fikram berpandangan, seperti memberi isyarat namun hanya mereka berdua yang dapat memahami nya.

"Cepettt," teriak Cici kembali.

"Lama banget, cepet sini kalian berdua," Sambar Gea.

"Iya iya, bawel banget lo berdua," jawab Fikram, memilih mengesampingkan dulu benda pipih itu, dan beranjak menghampiri Gea dan Cici.

"Kalian harus bantu gue sama Gea," ujar Cici langsung kepada intinya.

"Bantu apa? Jangan bilang kalian minta bantuan kita buat—"

"Stop, sini gue ceritain," Sambar cici, membiarkan omongan Aldo menggantung begitu saja.

Cici pun menjelaskan kepada ketiga teman nya yang sedang menyimak dengan serius.

Semuanya memahami, kecuali Aldo, dia mengernyit "ngapain gue harus capek-capek bantuin dia, males tau!" tukas Aldo, membuat Cici melotot ke arah nya.

"Bantu dong, sekali ini aja Do, biar bagaimana pun Nadia ke elo, dia juga sahabat kita semua," ujar Gea sedikit memaksa.

"Oke gue bantu," jawab Aldo tanpa berfikir.
"tapi bukan berarti gue lakuin ini semua demi dia" lanjut nya.

"Iyaa-iyaa, thanks yaa, Do"Jawab gea dengan tersenyum lega.

Dan kenapa Aldo, tidak bisa menolak perintah Gea, karena selidik punya selidik, Aldo sudah lama memiliki rasa kepada Gea, yang sama sekali belum tersampaikan secara lisan, namun semua orang terdekat Aldo dapat menangkap dengan jelas, perlakuan Aldo kepada Gea yang selalu manis.

****

Dengan strategi yang telah di susun mereka berempat tak butuh waktu lama segera melakukan aksi nya.

"Pak, Pak, tadi saya lihat di kelas IPA1 ada yang berantem pak, gawat banget udah di lerai sama beberapa orang juga tetep aja berantem, saya takut pak kalo terjadi apa apa sama dia, cepet pak bantu mereka," cerocos Fikram kepada pak satpam dengan nafas nya yang di buat tersenggal senggal, namun percayalah itu semua rekayasa semata, sebagian dari rencana misi.

Pak satpam terbelalak kaget mendengar nya.

"Cepetan, Pak" ujar Fikram kembali.

Pak satpam sangat bingung entah apa yang harus di lakukan nya, sementara dia sendiri sedang mengawasi Nadia.

"Gimana, bapak bingung! Bapak lagi ngawasin itu anak," tangannya menunjuk ke arah Nadia.

"Biarin Pak, biarin saya aja yang jaga tuh bocah, lagian dia mana berani lawan kita berdua, ya nggak Do?" Tanya Fikram dengan semangat.

Aldo hanya mengangguk malas.

"Oke kalo gitu, kalian harus ngawasin dia jangan sampai dia kabur" ucap pak satpam dan segera berlari ke kelas X IPA1.

Fikram mengangkat jempol seolah mengucapkan bahwa keadaan baik baik saja.

Gea dan Cici pun beraksi, mereka menghampiri Nadia dan menarik tangan Nadia dengan cepat untuk segera pergi dari lapang, sebelum Pak satpam datang kembali.

Saat Aldo dan Fikram hendak pergi meninggalkan lapangan, tiba-tiba langkah nya terhenti saat kerah baju mereka terasa ada yang menarik dari belakang.

Mereka menoleh kebelakang, dan ternyata ada sesosok badan besar berkumis yang sedang melotot ke arah nya, siapa lagi kalo bukan pak satpam.

Mereka berdua kikuk dan tidak bisa berkata lagi, mungkin hanya bisa pasrah saja meratapi nasib buruk yang sebentar lagi menimpa nya.

Nasib buruk yang tadi nya berasal dari Nadia, kini harus beralih kepada mereka.


****

"Karena prinsip bersahabat adalah; sama rasa sama rata, satu susah semuanya harus merasakan, dan sebalik nya,"

****

A/N:
Haiii...
Jangan lupa yaa, klik bintang di pojok, dan comment yaa;* alafyouhh

Salam
NitaMarsella;*

BadGirl Vs GoodBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang