Bel istirahat pun berbunyi membuat Salsa tak sabar ingin segera menemui saudara kembar nya, dan ingin mengetahui keadaan nya.
"Hey Ky kamu lihat Nadia gak?" Tanya Salsa kepada Wingky teman sekelas Nadia.
"Mungkin lagi di hukum, kan tadi upacara terlambat" jawab Wingky logis.
"Oh iya makasih, Ky." Salsa segera meninggalkan Wingky dan mencari-cari keberadaan saudara kembar nya.
Langkah kaki Salsa tertuju kepada lapangan sekolah tempat upacara, mata nya bergerak menyusuri sudut lapangan, namun seketika pandangan Salsa terhenti tepat di antara dua laki-laki yang sedang memegang kuping nya sendiri, dan mengangkat satu kaki nya.
Salsa menyipitkan mata nya dan dia baru Sadar bahwa mereka berdua yang sedang di hukum adalah Aldo dan Fikram teman sekelas Nadia.
Salsa menghampiri mereka berdua yang sedang di hukum, namun langkah nya terhenti saat melihat Pak satpam yang sedang mengawasi mereka, sambil berkacak pinggang dan melotot.
Salsa pun mengurungkan niat nya untuk menghampiri mereka berdua, dan kembali melangkah mencari Nadia.
"Salsa," terdengar suara cowok gagah memanggil namanya. Salsa pun menoleh dan ternyata memang benar, dia adalah Satria ketua osis yang sangat di idolakan.
"Iya apa ada, Kak?" Tanya Salsa kikuk, meringis karena tidak bisa menutupi rasa grogi nya.
"Ma.. Maksud aku, ada apa Kak?" Sambar Salsa kembali.
Satria tersenyum tipis melihat gadis polos itu bertingkah, "Saya hanya ingin memberitahu kamu, bahwa nanti pulang sekolah ada rapat osis" jawab Satria, matanya menatap lembut mata Salsa, membuat Salsa menunduk tak kuasa menerima tatapan yang begitu lembut.
"Oh.. iya kak" jawab nya pendek tanpa menoleh ke arah Satria.
"Yasudah kalo begitu saya kesana dulu ya, Sa." ucap Satria sambil beranjak pergi, dan meninggalkan senyuman manis untuk Salsa.
Salsa hanya mengangguk, tanpa membalas senyuman itu, karena malu.
**
Nadia, Gea dan Cici sedang tertawa geli melihat Aldo dan Fikram yang sedang di hukum, menggantikan posisi Nadia.
Nadia bersembunyi di ruang osis, karena memang itu tempat yang aman.Di ruang osis pun Nadia juga harus bersembunyi karena jika ada anggota osis yang melihat nya pasti mereka melaporkan kepada Bu Tika karena tidak ada yang boleh masuk ke ruang osis kecuali orang-orang yang terlibat dalam kepengurusan osis.
"Heh, gue pengap gila," bisik Nadia yang sedang bersembunyi di kolong meja yang paling sudut.
"Gue juga sama, udah lo diem aja, nanti pokok nya kita pergi dari sini kalo udah bel masuk, soal nya gue punya firasat bahwa si kumis itu, lagi nyariin lo," cerocos Cici.
Nadia hanya bisa membuang nafas malas.
Clekk
Pintu ruangan pun terbuka, Nadia dan kedua sahabat nya kompak melotot, karena jika saja ketahuan, entahlah hukuman seperti apalagi yang akan diterima nya.
"Aduhh gimana nihh ada Kak Satria lagi," ringis Gea.
Yaa, manusia yang muncul dari balik pintu itu adalah Satria, ketua osis sekaligus rival Nadia.
"Sttttt, diem nanti ketahuan." Cici berdesis.
Nadia sangat kikuk, jantung nya berdetak dua kali lebih cepat, keringat dingin pun membasahi kening nya.
"Auhh," Nadia meringis cukup keras, kepala Nadia kepentok meja, dan terasa sakit.
"Stttt"Cici membungkam mulut Nadia, tanpa rasa iba.
"Apa itu?" Gumam Satria.
Nadia, Cici dan Gea mencoba tuk diam dengan jantung nya yang berdebar.
Langkah satria semakin dekat menghampiri arah sumber suara.
"Aduhh mati guee" Bisik Nadia.
"Anjir, gue gak mau ikutan di hukum," bisik Gea sangat pelan.
"Apalagi gue, gak mau banget. Nanti kalau kulit gue kena sinar matahari, terus gelap, jelek deh gue, gue gak mau ah," timpal Cici.
Satria terus berjalan, merambatkan pandangan nya, tidak ada siapa-siapa yang dia lihat.
Nadia, Gea dan Cici memang sangat handal perihal menyembunyikan diri.
"Ah, mungkin cuma tikus," ujar Satria mengedikan kedua bahu nya cuek, menghilangkan rasa penasaran nya, dan kembali melanjutkan niat awal nya, yaitu mengambil buku yang tertinggal di meja nya.
Setelah mengambil nya, dengan cepat Satria pun segera pergi meninggalkan ruangan tanpa beban.
"Gilaa sumpek banget gue," ujar Nadia dan segera berdiri dari tempat persembunyian nya, di susul oleh kedua teman nya.
"Huh, parah parah," Cici menghembuskan nafas lega.
"Hampiiir aja kita ketahuan," lirih Gea
"Mampus deh kalo kena, aduh gue gak bisa bayangin gimana nanti kalo gue di bawa lagi ke BK, makin banyak merah aja gue di rapot, nyokap gue pasti dehh nyerocos dari pagi sampai pagi lagi, retak kuping gue aduhh," cerocos Cici dan bergidik ngeri.
"Lo diam! Sekarang kuping gue yang retak dengerin ocehan lo!" Sambar Nadia kesal.
Cici hanya nyengir tanpa dosa.
Ketiga nya pun bisa keluar dengan selamat, tanpa ada hukuman yang membuntuti nya.
***
"Surga bagi anak nakal, sangat sederhana. Cukup bernafas tanpa hukuman, itu saja tidak lebih,"—
****
A/N:
Terimakasih, karena sudah mau menyempatkan membaca, vote dan comment yang paling ditunggu, laffyouhh;*SalamLiterasi
NitaMarsella,*
KAMU SEDANG MEMBACA
BadGirl Vs GoodBoy
Teen FictionSiapa yang tidak mengenal Nadia? Badgirl sekolahan berparas cantik, berotak pintar, namun sayang seribu sayang hobby nya mencari masalah, entah lah itu hobby atau sekedar rutinitas disaat bosan, yang jelas Nadia begitu absurd, berbeda dengan saudara...