Garing Lo!

118K 5.2K 32
                                    

Bel pulang sekolah yang di nantikan oleh para murid pun, berbunyi begitu nyaring di sepenjuru SMA Nusa Bangsa.

Nadia, Gea dan Cici begitu heboh, berlari ke ruangan ganti baju, karena memang hari ini adalah jadwal latihan basket, dan basket memang selalu menjadi ekstrakulikuler kebanggaan nya.

"Gimana gue udah Ketzeh belum," ujar Cici menaik turunkan alis nya, dan berpose layak nya model internasional.

Ketiga nya begitu fresh, dengan kulit sehat, dan wajah cantik nya, dan di balut baju basket kebanggaan nya, yang semakin menunjukan kecantikan alami nya.

"Gimana? gue makin cethar kan? Syahrini aja kalah sama gue," ujar Cici kembali.

"Lo cantik, cantik banget malah," jawab Gea.

"Udah Ge, ah jadi malu—"

"Cantik kalo lihat lo nya sambil merem," sambar Nadia datar.

Cici mengernyit, kemudian memuar bola mata malas, "Garing lo!" Ketus Cici.

"Emang sekarang kan lagi musim kemarau jadi pada garing, kalau mau sih, sebor aja basahin," sambar Gea polos.

"Muka lo tuh basahin ogeb," sewot Cici.

Nadia dan Gea terkekeh geli, melihat tingkah ajaib sang Cici.

"Eh, eh, eh, sini kalian siniii, sinii cepett," ujar Cici heboh.

"Apa, sih?" Tanya Nadia dan Gea bersamaan.

"Siniii merapat cepet, lihat tuh ada dua cowok yang lagi merhatiin lo, Nad." Ujar Cici mengedikan dagu ke arah Nadia.

Nadia dan Gea, dengan kompak memandang ke arah ruangan osis, yang memang benar, ada dua laki-laki yang sedang memperhatikan Nadia begitu lekat.

"Eh, bukan merhatiin lo deh kayak nya merhatiin gue, ah" ujar Cici dengan percaya diri.

"Iya, iyaa dunia padamu Ci," jawab Nadia tidak ingin memperpanjang kegilaan Cici. "Ayo! Kelapangan gak usah mikirin yang kayak begituan, yang kayak gitu banyak di pasar senin juga,"

"Emang dasar, hidup lo kufur nikmat Nadia," jawab Gea.

"Bukan kufur nikmat kali, malah gue selalu bersyukur dan menikmati bahwa yang kayak gituan emang banyak,"

"Yaudah, awas yaa. Kalau lo embat," timpal Cici.

Nadia tersenyum sinis, "bungkus aja Ci, bungkusss"

Ketiga nya pun, berjalan ke arah lapang basket dengan obrolan absurd nya yang tidak pernah habis sepanjang kisah persahabatan mereka.

"Mungkin mereka berdua mau minta nomor whatsapp gue kali yaa," guman Cici, dengan mata yang masih lekat memandang ke arah laki-laki berseragam putih abu-abu itu.

"Serah lo aja Ci, lo kebanyakan micin sih mangka nya otak lo ogeb, tuh yang udah jelas si Rendi cinta sama lo, lo sia-siain gitu aja," jawab Gea dengan ceramahan nya.

"Mulai deh lo mulai,"Jawab Cici tangan nya mengacak rambut Gea.

"Ihhh kutill," Gea menepis tangan Cici.

"Gue kesana aja ah, pusing gue denger kalian ngoceh mulu" keetus Nadia dan segera beranjak menuju teman nya yang lain yang sudah bersiap untuk latihan.

Gea dan Cici pun berpandangan, dan segera berlari menyusul Nadia.

Nadia melotot ketika melihat ada Farel yang sudah berdiri saja di antara para anggota nya, dan berdiri paling gagah diantara yang lain nya.

Kali itu Farel terlihat sangat gagah, dan seperti mempunyai dua kepribadian, berbeda ketika bersama dengan gombalan receh nya.

"Liatin gue nya kok gitu banget," ucap Farel datar, mata nya pun tak memandang ke arah Nadia, namun Nadia sadar cowok tengil itu pasti bermaksud menyindir Nadia, tetapi Nadia mengacuhkan nya karena memang tak penting bagi Nadia.

"Nad, tadi pas gue sama Gea ngejar lo, si Fahri anak baru itu nyusul kita, gue kira beneran mau minta nomor gue, eh tau nya malah—" Ucap Cici heboh, dan nyerocos seperti burung di pagi hari.

Nadia melotot, menggeretakan gigi nya karena Cici benar-benar menjengkelkan.

"Mau ngapain?" Sambar Farel datar.

"Nitip Nadia atanya, hari ini dia gak bisa perhatiin lo, karena tugas osis nya lagi numpuk," jawan Cici polos, dan sungguh di sambut riuh tawa dari anggota lain nya.

Tapi tidak dengan Nadia, Nadia hanya bisa menggerutu kepada dirinya sendiri, dan benar-benar malu.

"Oh bilangin,gak usah lebay gitu,kalo mau jagain yaa jagain jangan nyuruh nyuruh orang lain"Ucap Farel datar .

"Penting bagi lo harus tau urusan gue?" Dan kini Nadia angkat suara, karena sudah risih mendengar Farel yang sedari tadi selalu ingin tau tentang nya.

"Gak penting sih!"Jawab Farel datar.

"Terus kenapa lo kepo banget?" Sewot Nadia.

"Gak boleh?" Tanya Farel.

"Gak"

"Asal lo tau,bilangin sama cowok lo,gak usah risih,ada gue yang selalu jagain lo"Ucap Farel yang berhasil membuat Gea dan Cici terbisu .

"Gak perlu, makasih!" Ketus Nadia

Orang-orang di sekitar nya hanya bisa tertegun, dan menelan ludah, tidak percaya dengan tingkah Farel yang begitu berani dan gentle alias laki banget.

****

Salsa hanya bisa menggaruk kepala ketika tugas nya belum juga usai sedangkan waktu sudah mulai sore, matahari sebentar lagi tenggelam.

"Udah pulang aja Sa, biar tugas nya gue yang kelarin," ucap Fahri.

"Gak Ri, ini juga kan tugas aku, aku gak mau lepas tanggung jawab gini," jawab Salsa dengan tangan yang masih lihay bergerak di atas keyboard laptop.

Fahri hanya mengangguk datar.

Langkah kaki pun semakin mendekat, Satria datang dengan membawa bungkus plastik di tangan nya, dan berjalan menghampiri Salsa.

"Nih makan dulu," Satria menyodorkan bungkus plastik itu tepat kepada Salsa.

"Gue enggak kak?" Tanya Fahri.

"Yah lupa Ri, ini beli aja sendiri yaa." Satria mengeluarkan yang di dompet nya dan menyodorkan ke arah Fahri.

"Yeah, lo sama gue gak pernah inget. Gue juga punya uang mah kak, tapi kalo lo maksa udah deh gue ambil," Fahri merebut uang di tangan Satria, dan dengan cepat segera berjalan menuju kantin.

"Tadi Nadia masih ada gak, yaa?" Tanya Fahri kepada dirinya sendiri.

"Ada kali, yaa" jawab Fahri sendiri seperti orang tidak waras.

Fahri mengambil dua minuman dingin, dan segera membayar nya kepada Bi Ocih, "Bi minum nya dua, Mie ayam nya satu, yaa" ujar Fahri.

"Oh iya, bentar ya Bibi buatkan dulu mie ayam nya,"

"Di bungkus aja,"

"Gak mau di makan di sini?"

"Enggak, Bi"

Bi Ocih pun mengangguk, dan dengan secepat kilat mie ayam yang di tunggu pun sudah di bungkus dengan menggoda.

"Ini, Den" Bi Ocih menyodorkan bungkus mie ayam itu, tepat di hadapan Fahri yang sudah menunggu.

"Ini uang nya, Bi" Fahri menyodorkan uang berwarna biru yang di kasih Satria "Kembalian nya buat bibi aja"Lanjut nya.

"Aduh makasih den baik banget," ujar si Bibi begitu senang.

"Sama sama bi"Fahri meninggalkan Bi Ocih.

Fahri pun dengan cepat segera menyusuri jalan menuju lapang basket, dan di sanalah gadis cantik berada.

****

A/N:
Jangan lupa, vote dan juga comment yaa, mweheheh;*

SalamLiterasi.
NitaMarsella;*

BadGirl Vs GoodBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang