Sudah menjadi tradisi setelah bel istirahat berbunyi, di satu sudut ada segerombolan siswi sibuk bergosip dengan berita hangat, tajam dan terpercaya nya dengan gaya bicara yang begitu menggebu. Disudut lain ada segerombolan laki-laki yang sibuk menggoda gadis cantik yang berjalan dihadapan nya.
Suasana sangat rame, hilir mudik siswa-siswi di koridor menjadikan sekolah lebih berwarna, dan lebih indah.
Namun tidak bagi Gea dan Cici, keduanya sama sekali tidak bertegur sapa, keduanya seperti disulap menjadi bisu.
Mereka seperti dua insan yang tidak pernah saling mengenal, bahkan jika Gea sedang berpapasan dengan Cici di kelas, Cici dengan cepat segera meninggalkan Gea.
Nadia pun bingung, karena dirinya tidak bisa berpihak kepada salah satu diantara Cici dan Gea, keduanya sama sahabatnya.
Suasana sekolah terasa berbeda bagi mereka bertiga, karena biasanya jika bel istirahat berbunyi, dengan semangat membara mereka selalu lari marathon menuju kantin, hanya untuk memperebutkan kursi duduk, namun sekarang sudah tidak seperti itu lagi.
Gea hanya berdiam merenung di kelas, niat untuk ke kantin pun rasanya sangat tidak berselera.
"Huh kampret, gue paling seneng kalo liatin si Dinda turun dari tangga." Gumam Fikram menelan ludah nya susah payah, dan mata nya tak berkedip.
Saat Fikram berpapasan dengan Dinda yang tidak lain adalah teman sekelas nya sekaligus musuh Nadia.
"Sadar woi sadar, dunia udah tua masa lo masih kayak bocah," tangan kanan Aldo mendarat di wajah Fikram menghentikan pandangan Fikram yang sudah mulai kalap.
Namun tetap saja Fikram terfokus kepada Dinda, karena jika dinda turun dari tangga, semua yang ada pada Dinda bergetar dengan otomatis, dan tidak terkecuali. Membuat sebagian laki-laki menganga terhiptonis secara otomatis.
"Apa sih Fikram?" Ujar Dinda yang kini berdiri di hadapan nya Fikram dengan tangan menepuk bahu Fikram sangat lembut.
Bola mata Fikram semakin membulat sempurna saat wanita itu berdiri tepat dihadapan nya.
"Elo yang apa? pegang-pegang lagi." sewot Aldo, karena Aldo sangat tidak suka kepada Dinda, karena Dinda benar-benar selalu menguji iman nya.
Aldo menarik tangan Fikram dan menyeret nya secara paksa untuk menaiki anak tangga menuju kelas nya.
"Ihhhh Aldo kok kasar." ujar Dinda dengan penuh kemanjaan, namun sangat menjijikan bagi Aldo.
Aldo pun berhasil menyeret Fikram menuju kelas, "bego boleh, tapi iman harus kuat!" teriak Aldo tepat di wajah Fikram.
"Apaan sih lo? Berisik, bau naga itu mulut." Ketus Fikram, ketika sadar dirinya kini sudah berada di dalam kelas.
"Bau naga? Gue itu wangi nih, hah! hah! hah!" Dengan sangat percaya diri, Aldo pun menghempas hempas kan aroma di mulut nya tepat di wajah Fikram.
Namun Fikram segera menarik wajah nya, dan dengan jurus andalan nya segera menghimpit wajah Aldo di bawah ketiaknya, hidung Aldo tepat sangat menghadap ke arah ketiak Fikram, sehingga Fikram percis seperti emak-emak yang sedang menghimpit dompet di ketiak nya.
Aldo sangat sulit untuk bergerak, karena gerakan dan jurus Fikram terlalu lihay.
Didalam seketika menjadi heboh, Gea yang sedang sedih pun merasa terhibur dengan aksi mereka berdua, Gea tertawa geli saat melihat kedua teman absurd nya bertingkah seperti bocah yang sedang tinju.
"Woi, kalian gak malu!" teriak Gea dengan tertawa Geli nya.
Kelas pun seketika seperti disulap menjadi arena pertandingan, dan lengkap dengan pendukung yang menyemangati jagoan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BadGirl Vs GoodBoy
Teen FictionSiapa yang tidak mengenal Nadia? Badgirl sekolahan berparas cantik, berotak pintar, namun sayang seribu sayang hobby nya mencari masalah, entah lah itu hobby atau sekedar rutinitas disaat bosan, yang jelas Nadia begitu absurd, berbeda dengan saudara...