Matahari seakan tersenyum sangat manis, dan memberikan kehangatan di pagi yang begitu membahagiakan.
Dan di balik selimut bermotif kartun, masih setia sang pemilik yang sama sekali tidak ingin hengkang dari kasur nya yang empuk, dan menenangkan tentu nya.
Sorot matahari pun seakan tidak bereaksi apa-apa saat masuk dan menerobos mimpi si gadis cantik, seakan di dalam mimpi nya terdapat pagar-pagar yang begitu kokoh melindungi mimpi sang gadis.
Dwarrrr, trengg....
"Woi bangun cantik!"
"Bangun madam!"
"Bangunn nyonyaaa bangunnnnn!"
Suara risih, suara kekacauan, seketika memporak porandakan kenyaman mimpi gadis yang baru saja menginjak usia tujuh belas tahun itu.
Nadia wijaya, gadis yang muncul dari balik selimut itu pun langsung terkejut terheran-heran saat seketika serangan kegaduhan bertamu tanpa permisi menganggu tidur nyenyak nya.
"Hoammm...." Nadia menguap begitu kencang, dan menggeliatkan tubuh nya.
"Bangun juga akhir nya," decak Cici dengan gelengan kepala nya.
Mata Nadia menyipit, memandang kedua sahabat nya yang sudah berkacak pinggang di hadapan nya, dengan tatapan seperti emak-emak yang kepalang kesal.
"Apasih, pagi-pagi gini ganggu gue tidur aja," ujar Nadia dengan suara serak.
"Pagi? Lo bilang ini pagi? Woi si cantik kebo, coba lo tengok alarm di atas nakas lo, dia tuh udah capek bangunin lo, coba lo lihat jam di dinding, gak kasian apa lo anggurin mulu, lo tengok sana keluar jendela, matahari udah sekian abad jadi saksi tidur lo yang kayak—"
"Lebay," sambar Nadia, membiarkan cerocosan Cici menggantung begitu saja.
"Nad, padahal ini kan hari pertama dimana umur lo tujuh belas tahun, dimana usia lo sekarang udah gak bocah lagi, dimana kita mengenal keras nya hidup, dan penentuan akan satu hal harus kita pilih untuk kedepan nya, dimana kaki ini di tuntut harus melangkah mencari pencerahan, agar masa depan tidak suram," ujar Gea bijak, dan penuh penghayatan, seperti motivator yang sudah sangat handal.
Nadia membuang nafas sebal, memutar kedua bola mata malas, "hey teman, gue itu baru tujuh belas tahun, bukan tujuh puluh satu tahun, usia gue sekarang adalah usia dimana pola tidur adalah nomor utama dan tidur nyenyak adalah penyempurna, jadi wajarlah. Kan gue semalam tidur jam tiga pagi, dan pagi buta gini dua sosok teman, sudah mengacaukan tidur nyenyak gue, teman macam apasih kalian?" Cerocos Nadia.
Gea dan Cici saling berpandangan, kemudian bersamaan menghela berat.
"Mending kalian ikut tidur lagi sama gue, ayoo!" ajak Nadia, menarik tangan kedua sahabat nya hingga tepat jatuh di atas kasur empuk milik Nadia.
"Ihhhh, gue gak mau," tepis Gea.
"Tidur jangan berisik," Nadia menindihkan kaki nya tepat di badan Cici dan Gea.
Gea dengan lihay segera berdiri, dan dengan cepat segera menarik tangan Cici, membebaskan nya dari terkaman sadis Nadia.
"Ah terserah kalian, sana pergi jauh-jauh, gue mau tidur!" Lirih Nadia acuh, dan kembali menarik selimut nya.
"Yaampunnn... Mau sampai kapan sih? Nadiaaaaaa bangun, ada Kak Satria woi nungguin di ruang tamu udah sekian abad lamanya, cepetan bangunnn!" Teriak Cici begitu melengking di sepenjuru kamar.
Nadia mengerjap, menegakan tubuh nya kembali, menatap tajam kedua sahabat nya, jantung nya tiba-tiba berdetak tidak karuan.
"Woi, bengong lagi! Cepetan mandi, lihat tuh udah jam sepuluh, dan lo masih enak-enakan bermanja di atas kasur!" geram Cici.
KAMU SEDANG MEMBACA
BadGirl Vs GoodBoy
Teen FictionSiapa yang tidak mengenal Nadia? Badgirl sekolahan berparas cantik, berotak pintar, namun sayang seribu sayang hobby nya mencari masalah, entah lah itu hobby atau sekedar rutinitas disaat bosan, yang jelas Nadia begitu absurd, berbeda dengan saudara...