"Kamu aneh, bukan nya kamu sendiri yang selalu meyakini aku tentang semuanya, tapi sekarang kenapa kamu lemah, Sat—" ujar Nadia begitu menggebu.
"Nggak ada yang membuat Kakak lemah selain melihat orang-orang disekitar Kakak sedih, Kakak selalu berharap bisa menjadi alasan mereka dan kamu bahagia,"
"Kamu mau buat aku bahagia?"
"Tentu saja,"
"Kamu harus ikutin apa kata hati kamu, kamu harus raih keinginan kamu, dengan begitu orang-orang disekitar kamu akan bahagia karena kamu, Sat." Jawab Nadia, seperti disulap menjadi wanita dewasa yang penuh pengertian.
Satria diam, dengan raut wajah begitu tenang memperhatikan Nadia.
"Ayolah, semangaaaaat!" Ujar Nadia dengan semangat yang begitu menggebu, dengan senyuman cantik nya.
"Kakak juga gak mau jadi lemah hanya karena satu keputusan, yang Kakak sendiri pun ngga tau keputusan apa yang harus Kakak ambil," ujar Satria, diakhiri dengan hembusan napas pelan.
"Yang jelas, ikuti apa yang kamu mau. Maka takdir baik pun pasti mengikuti," jawab Nadia.
Satria memandang Nadia heran, menyunggingkan senyuman nya, "sejak kapan dewasa gini?"
"Sejak butiran rindu diutus sama Cici jadi Cucu aku," jawab Nadia ngawur.
Satria pun tertawa mendengar pernyataan konyol itu, "Cucu kamu, Cucu Kakak juga." Ujar Satria.
"Ishh," desis Nadia, "Cucu kamu itu anak nya, anak-anak kita nanti." Jawab Nadia dengan cepat, detik selanjutnya mengalihkan pandangan nya, dan mencoba menyembunyikan wajah nya dari Satria karena merasa pipi nya merah.
Satria tersenyum hangat, lalu mencondongkan wajah nya kearah Nadia yang sedang membelakanginya.
Nadia di buat mati kutu oleh tingkah nya sendiri.
Perlahan, tangan Satria pun meraih pipi Nadia, lalu mengarahkan nya untuk memandang Satria "Kakak disini bukan disitu," ujar Satria.
Nadia mengembungkan mulutnya, "kamu ilfeel ya sama aku?" Tanya Nadia seperti anak kecil.
"Kenapa harus ilfeel?"
"Gombalan aku tadi receh, ya?"
"Nggak receh, kok."
"Receh ih, aku juga geli sendiri."
"Gombalan kamu itu dolar," jawab Satria tersenyum tipis.
Bibir Nadia mengerucut, "iya, dolar recehan aku tau."
"Bukan,"
Nadia menarik napas, mencoba memandang Satria, "anggap aja tadi aku nggak ngomong apa-apa, ya?"
Satria menahan tawa nya, "boleh lah, tapi ada syarat nya."
"Apa?" Sambar Nadia.
"Syarat nya, temani Kakak main, ya."
Nadia berdecih, "kayak si Cici aja, mau main apa? Mandi bola?"
"Pokok nya, kita jalan dan habiskan waktu bersama,"
"Emang nya waktu bisa dimakan? Pake di abisin segala,"
"Iya maksud Kakak, sebelum Kakak pergi lanjutin kuliah, Kakak mau jalan dan habisin waktu berdua sama kamu, sebelum waktu mempersulit pertemuan kita,"
Mata Nadia seakan berbinar, saat tau bahwa sang kekasih kini semangat kembali, "Jadi, kamu mau lanjutin ambil kuliah disana, Sat?"
Satria mengangguk, "dengan senang hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
BadGirl Vs GoodBoy
Teen FictionSiapa yang tidak mengenal Nadia? Badgirl sekolahan berparas cantik, berotak pintar, namun sayang seribu sayang hobby nya mencari masalah, entah lah itu hobby atau sekedar rutinitas disaat bosan, yang jelas Nadia begitu absurd, berbeda dengan saudara...