Nadia menjatuhkan tubuh nya di atas ranjang empuk milik nya, mata nya mengadah dan fikiran nya campur aduk, hari ini Nadia begitu lelah.
"Dasar, bocah peak" gumam Nadia
"Kok tadi gue gak sadar yaa, kok bisa hubungin Satria sih"
"Ihh, apaan sih" Nadia menegakan tubuh nya, menghentakan kaki nya sebal.
Nadia menggeleng cepat "Gak, gue gak bisa kayak gini, pokok nya semua kata-kata yang Satria ucapkan, gue gak boleh kebawa perasaan"
Bibir Nadia tersenyum kecut "Cih, bisa-bisa nya tuh anak, bikin gue jadi gak beraturan gini sama perasaan gue sendiri"
Nadia terus saja menggerutu kepada dirinya sendiri, mengumpat Satria yang telah membuat fikiran nya kacau bak terombang-ambing di lautan geloraa.
Bola mata Nadia berputar ke atas seperti yang sedang berfikir, namun detik selanjutnya hatinya menciut lagi dengan perilaku yang Satria berikan tadi saat di tempat bakso.
"Yaallah Nadiaaa.. lo gak boleh kayak ginii, lo itu benci sama dia, kan dia itu sering bikin lo kesel, inget Nad, dia itu ketua osis dia itu musuh lo Nad!" Ucap Nadia kepada dirinya sendiri, tangan nya mengelus dada, dan mulai mengatur nafas.
"Ah, tapi tadi dia sweet yaallahhhh" gumam Nadia kembali menjatuhkan tubuh nya dengan kasar, dan menepuk-nepuk jidat nya sendiri.
Entah setan mana yang sedang memasuki tubuh nya, hati nya sedang tak beraturan, galau yang melanda nya begitu berat, Nadia ingin tetap dengan pendirian nya dia tidak boleh kebawa perasaan dengan ketua osis itu, tapi di sisi lain dia begitu manis membuat hati dan otak nya bertolak belakang.
"Bodo ah, mending gue tidur. pusinggg!" Nadia menarik selimut nya kemudian perlahan memejamkan mata nya.
"Eh, tapi ini kan masih sore. Kata bunda gue gak boleh tidur sore pamali katanya" Bola mata Nadia kembali mengerjap dan lebih memilih meninggalkan kamar nya dan mengahampiri Salsa.
**
Di tempat yang berbeda namun di waktu yang sama, Satria pun sedang duduk bersama sang ibu di ruang keluarga, dengan senyum yang terus mengembang di wajah nya.
"Satria, gimana sekolah nya—?" Tanya Ibu Satria, saat bola matanya menangkap putra nya yang sedang terus tak berhenti tersenyum, tanya sang ibu pun menggantung, kemudian menatap lekat putra nya itu dengan tatapan penasaran.
"Kamu sehat kan, Sat" tanya Ibu Satria kembali memastikan.
"Sehat, kok bu" jawab Satria, masih dengan senyuman nya yang mengembang.
Ibu Satria memiringkan wajah nya, kerutan di dahi nya nampak jelas, kemudian berubah menjadi seulas senyuman menenangkan. "Bahagia ya?"
"Eh, hm eng..enggak bu" jawab Satria kikuk, tangan nya menggaruk belakang kepala nya yang tak gatal.
"Ibu tau Sat" jawab ibu, dan kembali menarik pandangan nya ke arah normal.
Satria tersenyum, "Ibuu" lirih Satria
"Ada apa sayang?"
"Enggak deh bu, hehe" jawab Satria dengan cengiran khas nya.
Ibu Satria mengangguk datar, "Kalo mau cerita, cerija aja. Kan biasanya juga gitu"
"Nanti deh bu, kalo udah pasti menjadi hak milik Satria, Satria bakal ceritain gak bakal ada yang kelewat," jawab Satria sangat bersemangat. "Tugas ibu doain Satria yaa bu" lanjut nya.
Ibu Satria tersenyum, "Hak milik?" Tanya nya dengan sudut bibir terangkat ke atas.
"Iya bu"
"Kamu kira, warisan kali ah." tukas Ibu Satria dengan terkekeh
KAMU SEDANG MEMBACA
BadGirl Vs GoodBoy
Teen FictionSiapa yang tidak mengenal Nadia? Badgirl sekolahan berparas cantik, berotak pintar, namun sayang seribu sayang hobby nya mencari masalah, entah lah itu hobby atau sekedar rutinitas disaat bosan, yang jelas Nadia begitu absurd, berbeda dengan saudara...