Sorot mata Nadia begitu sayu, mata nya terasa panas seketika, dan lutut nya benar-benar sangat lemas, Nadia menggigit bibir nya, menahan agar isakan nya tidak keluar begitu saja.
Nadia sudah cukup lama berdiri di gerbang rumah Satria, dan menyaksikan kejadian yang membuat hati nya sesak seperti di lilit oleh ribuan tambang.
"Eh, Nadia kok diam saja di luar, kesini sayang ayo makan," teriak ibu di ambang pintu rumah, dan melambai-lambaikan tangan nya ke arah Nadia yang sudah lemas.
Satria mengerjap mendengar apa yang telah di katakan Ibu, dan itu menyangkut Nadia.
Satria segera menarik tubuh nya dan, melepaskan pelukan nya secara cepat.Jingga pun sama kaget nya, ketika memandang ke ambang pintu, sudah ada Ibu yang sudah berdiri memandang ke arah gerbang rumah nya.
"Nadia," panggil Satria lirih, detik selanjut nya, Satria berlari, menghampiri Nadia dengan wajah cemas.
Nadia sama sekali tak memberikan senyuman nya, dan mengalihkan pandangan nya ke arah lain.
"Nad, itu semua gak seperti apa yang kamu lihat," ujar Satria panik.
Ibu Satria pun berjalan ke arah Nadia, lalu menarik tangan Nadia dengan lembut, dan segera membawa nya kedalam rumah.
Nadia tidak bisa menolak, Nadia hanya bungkam.
"Sat, aku pulang dulu, kalo ada apa-apa sama Nadia, biar aku besok yang jelasin, kalo sekarang dia lagi emosi, takut nya semakin salah faham," pamit Jingga.
Satria hanya mengangguk, lalu melangkahkan kaki nya kedalam rumah, dan menemui gadis yang telah Satria patahkan hati nya.
"Nad, maafin Kakak, dengerin dulu penjelasan Kakak," ujar Satria semakin cemas.
Nadia sama sekali tak memandangnya, punggung tangan nya menghapus air yang keluar dari mata Nadia.
"Sudah Sat," sambar Ibu.
"Ibu, aku gak mau dengar suara dia," ujar Nadia, dengan suara parau.
Ibu hanya mengangguk lembut. "Yasudah, kamu makan ya Nad,"
Nadia menggelengkan kepala nya, "maaf bu, Nadia boleh pulang aja?"
Ibu Satria hanya bisa menarik nafas dalam, tidak bisa juga memaksa. "Yasudah kalo memang keadaan nya kamu mau pulang, tapi harus di antar sama Satria yaa,"
"Nadia pulang Bu, maaf kalau sifat Nadia bikin Ibu kecewa, tapi Nadia harus pulang," dengan cepat, Nadia pun segera menciumi tangan Ibu, dan bergegas melangkah kan kaki nya ke luar rumah.
Satria dengan cepat segera mengejar nya, dan menyalakan motor nya.
"Naik dulu Nad," pinta Satria,
"Gak usah anterin! Aku bisa pulang sendiri," ketus Nadia, dengan langkah semakin cepat.
Satria turun dari motor nya, dan menarik tangan Nadia dengan lembut, namun segera di tepis oleh Nadia.
"Nad, dengerin penjelasan Kakak"
"Gak ada yang perlu di jelasin,"
Satria kembali menarik kedua tangan Nadia, hingga jarak di antara kedua nya cukup dekat.
"Kamu dengerin Kakak, maaf kalo Kakak udah buat kamu nangis, tapi kamu harus tenang dulu," ujar Satria lembut.
Nadia memutar kedua bola mata nya, berharap agar air mata nya tidak terjatuh di hadapan Satria.
"Kamu ikut Kakak ya," ujar Satria.
Nadia mengedikan bahu nya, "gak mau, aku mau pulang!"
"Masalah itu harus di hadapi Nad,"
KAMU SEDANG MEMBACA
BadGirl Vs GoodBoy
Teen FictionSiapa yang tidak mengenal Nadia? Badgirl sekolahan berparas cantik, berotak pintar, namun sayang seribu sayang hobby nya mencari masalah, entah lah itu hobby atau sekedar rutinitas disaat bosan, yang jelas Nadia begitu absurd, berbeda dengan saudara...