"Kenapa nggak disapa balik?" Tanya laki-laki itu kembali, yang masih berdiri di ambang pintu.
Nadia mengernyit, merasa bingung, detik selanjut nya menghempas napas, dan mengangkat kedua bahu cuek, membiarkan laki-laki itu berdiri diambang pintu tanpa balik menyapa.
"Yakin, nggak mau nyapa balik?"
"Ngapain, aku lagi marah!"
Laki-laki itu terkekeh, tingkah Nadia ketika seperti itu adalah favoritnya. "yaudah, deh. Kalau emang gak di bolehin masuk, Kakak pulang ya, Nad." ujarnya.
Dengan cepat Nadia pun memandang tajam kearah laki-laki itu, "pulang aja!" Jawab nya.
Setelah mengatakan itu, hati Nadia pun seakan bergemuruh tidak jelas, padahal bukan kata itu yang ingin Nadia ucapkan.
"Sekalian Kakak pamit, survei nya di percepat jadi besok."
Mendengarnya, hati Nadia sesak seketika, seperti tertimbun reruntuhan pohon. Dan dengan cepat Nadia pun segera berjalan menghampiri laki-laki itu; Satria sang kekasih hati.
"Berapa lama?" Tanya Nadia.
"Tiga hari,"
Nadia mengenyit, "survei doang, tiga hari?"
Satria mengangguk.
"Gak sekalian aja setahun," sewot Nadia.
Satria pun tersenyum tipis, tangan nya naik keatas kepala Nadia, "bukan setahun, tapi empat tahun nanti Kakak disana," ujar Satria.
Nadia menggigit bibir, tidak kuasa mendengar hal itu.
"Tadi kenapa marah?" Tanya Satria.
"Ayo masuk! Gak enak ngobrol disini," Ujar Nadia tanpa senyuman.
"Katanya tadi marah?" Goda Satria.
"Yaudah kalau gak mau masuk," ujar Nadia, dan berjalan terlebih dahulu, meninggalkan Satria seorang diri
Satria pun mengusap dada nya, harus sabar tingkat sultan jika menghadapi gadis itu, kaki Satria pun bergerak memasuki rumah, "oh, jadi ini samsak yang udah rebut kamu dari Kakak," ujar Satria, menghentikan langkah nya dan memegangi samsak itu.
"Itu kan pemberian kamu, masa cemburu, aneh ih!" Jawab Nadia, dan duduk dengan wajah kesal.
Satria menahan tawa nya, lalu duduk disamping Nadia, "iya maaf, gak usah marah."
"Kenapa survei nya sampai tiga hari?" Tanya Nadia tanpa memandang kearah Satria.
"Biar lama, Nad."
"Kenapa?"
"Biar kamu rindu," jawab Satria santai.
"Katanya gak suka kalau aku rindu,"
"Iya, tapi sekarang kan latihan dulu, itung-itung pemanasan, Nad."
"Rindu kok ada pemanasan, olahraga kali."
"Semuanya harus ada pemanasan, kecuali satu—"
"Apa?" Sambar Nadia.
"Mencintai kamu,"
Nadia memutar kedua bola mata nya, padahal ingin sekali melemparkan senyum untuk Satria, namun wajah nya pun seakan kaku karena terlalu cemas akan satu hal.
"Mencintai kamu itu gak butuh pemanasan, karena mencintai kamu itu dengan suka hati, bukan suka rela,"
Jawaban konyol itu berhasil membuat Nadia kini tersenyum, dan benar-benar dua kali lipat lebih cantik saat sedang tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
BadGirl Vs GoodBoy
Teen FictionSiapa yang tidak mengenal Nadia? Badgirl sekolahan berparas cantik, berotak pintar, namun sayang seribu sayang hobby nya mencari masalah, entah lah itu hobby atau sekedar rutinitas disaat bosan, yang jelas Nadia begitu absurd, berbeda dengan saudara...