BAB 29 Nyai menghadap kepala Sekolah

4.4K 256 5
                                    


          Tak pernah kusangka kematian Isti lebih tragis. Tidak ada lagi dendam yang harus aku ciptakan. Isti yang selalu membuat dadaku berkobar dan menciptakan dendam sudah tiada. Aku mulai membaca buku, namun ketika akan membuka Kitab Suci Al Qur'an, aku merasa panas dan dadaku sesak. Nyai yang menghampiriku langsung bertanya keinginanku.

"Nul, usiamu semakin bertambah, jika kamu sekolah apa kamu tidak malu sekolah dari kelas satu lagi?" tanya Nyai.

"Aku tidak malu Nyai, yang penting aku Sekolah", jawabku berharap.

"Baiklah, Nyai akan membawamu ke Sekolah besok," ucap Nyai.

          Nyai menepati janji, esok harinya Nyai membawaku ke Sekolah.

"Nul, dulu anak Nyai sekolah di sini, namanya Maysaroh, dia gadis yang sehat, gemuk dan lucu, Nyai sering menyebutnya Menul, karena pipinya yang gemuk dan menggemaskan," cerita Nyai dengan wajah sedih.

"Nyai jangan sedih ya, ada aku di sini? anggap saja aku Menul ya Nyai..., " kataku menenangkan Nyai yang sedang sedih.

          Nyai disambut Guru dan Kepala Sekolah, mereka menyambut dengan baik dan ramah.

"Ini siapa Mbah?" tanya Kepala Sekolah.

"Ini Menul, maksudku ini Ambar anakku," jawab Nyai

"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Kepala Sekolah.

"Iya tentu saja kau harus membantu," jawab Nyai berkelakar.

"Silahkan Mbah, apa yang bisa aku bantu?" tanya Kepala Sekolah.

"Begini, Menul ini anak yang pintar, dia pernah sekolah di Desa sebrang masih kelas 1. Seharusnya Menul sudah kelas 3, tapi karena keadaan, akhirnya Menul putus sekolah, jadi aku minta kau membantunya agar Menul tetap Sekolah dan duduk di kelas 3," jawab Nyai.

"Ada raport dan surat-suratnya Mbah?" tanya Kepala Sekolah.

"Tidak ada, sudah buatkan saja di sini raportnya!" jawab Nyai ketus.

"Tapi Mbah, saya takut Menul tidak bisa mengikuti pelajaran kalau harus langsung duduk di kelas 3", kata Kepala Sekolah.

"Tidak ada tapi-tapian, jangan buat anakku malu, masa 9 tahun kelas 1, yang benar saja! nanti kamu yang aku buat malu, mau?!" ucap Nyai mengancam.

"Tenang Mbah, tenang, baiklah, begini saja, aku masukan ke kelas 3, tapi jika dia tidak mampu mengikuti pelajaran, terpaksa dia tidak bisa naik ke kelas 4, gimana?" tanya Kepala Sekolah mulai bingung.

"Kamu tidak bisa membuat Menulku naik kelas?!" jawab Nyai marah.

"Tenang Mbah, tenang, ya baiklah akan saya atur, saya akan mengirim Guru ke rumah Mbah untuk mengajarkan Menul, supaya dia tidak tertinggal pelajaran", jawab Kepala Sekolah sambil menghela nafas panjang.

"Nah, itu baru benar," jawab Nyai dengan senyum puas.

          Aku tidak mengerti kenapa Kepala Sekolah itu begitu takut pada Nyai. Aku terkejut Nyai memintaku langsung duduk di kelas 3.

                    ***

Saksi Kematian (SK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang