BAB 30 Nyai ikut belajar

4.1K 237 1
                                    


          Akhirnya kami pulang dari Sekolahan, besok aku mulai berangkat pagi dan Sekolah. Tapi ada keraguan dalam diriku apakah aku mampu mengikuti pelajaran kelas 3.

"Nyai! kenapa Nyai meminta Kepala Sekolah agar aku masuk kelas 3?" tanyaku sangat heran.

"Nul, kalau kamu duduk di kelas 1, nanti orang-orang akan mengejekmu Nul, kamu bukan anak usia 7 tahun lagi Nul... ," jawab Nyai santai.

"Lalu kenapa Kepala Sekolah itu sangat takut pada Nyai?" tanyaku kembali.

"Oh, itu urusan orang dewasa Nul, yang jelas Nyai pernah membantunya sampai dia jadi Kepala Sekolah," jawab Nyai singkat.

          Sampai rumah, Aki menyambut kami dengan senyuman.

"Gimana Nul? suka dengan Sekolah itu? Nyaimu tidak membuat ulah kan?" tanya Aki bercanda.

"Apa maksudmu Ki, jangan kau jelekkan aku depan Menul, besok dia mulai Sekolah, dan Menul masuk kelas 3," jawab Nyai bangga.

"Kelas tiga? paling juga kamu ancam Kepala Sekolahnya, hahahaha," ucap Aki menggoda Nyai.

"Aki ompong! memangnya kamu bisa apa? kamu cuma bisa meledekku!" ucap Nyai cemberut.

          Aku tidak peduli mendengar perdebatan kecil mereka, entah kenapa aku suka dengan candaan mereka yang lugas, walau kadang sedikit kasar. Aku mulai belajar dan membaca buku lagi. Nyai yang mendengar aku membaca menghampiri aku dan ikut membaca. Ternyata Nyai bisa membaca dengan lancar. Sore harinya datang seorang Guru perempuan. Rupanya Kepala Sekolah menepati janji akan mengirim Guru ke rumahku. Aku di beri buku cetak bacaan kelas 3, Matematika, IPS, PMP, dan Agama. Guru itu memintaku untuk membaca dan belajar setiap hari. Malam itu juga aku membaca semua buku sampai selesai, aku tidak menyadari suara ayam sudah berkokok tanda hari sudah pagi.

          Aku ambil seragamku tapi semua sudah tidak muat lagi. Aku sangat sedih sekali saat itu.

"Nyai, aku tidak mau sekolah, seragamku kekecilan," ucapku sedih.

"Tenang Nul, nanti Nyai belikan ya," jawab Nyai menghiburku.

         Nyai mengukur badanku dengan lima jarinya, aku tidak paham kenapa Nyai mengukur badanku. Nyai langsung pergi tanpa pamit.

                    ***

Saksi Kematian (SK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang