BAB 40 Pengumuman lomba

3.8K 298 0
                                    


          Di saat aku grogi di pandang Ujang, pengumuman dimulai, Nyai sangat semangat naik ke panggung dan menerima hadiah. Dan saat pengumuman lomba ngaji, aku tidak menyangka menjadi juara pertama. Nyai dan Aki sorak kegirangan dan berteriak.

"Nul, kenapa tidak kamu yang ambil hadiahnya?" tanya Ujang.

"Bukan urusanmu, urus saja tuh calon istrimu yang marah-marah, Aa sendiri kenapa masih disini?" jawabku ketus.

"Kamu kan sendirian? masa aku tinggalkan? kalau ada yang mengganggumu bagaimana?" ucap Ujang.

"Mana ada yang berani menggangguku?" jawabku santai.

"Ada...," jawab Ujang.

"Siapa?" tanyaku heran.

"Aku?" jawab Ujang tersenyum.

"Oh kalau Aa sudah tidak aneh buat saya, memang hobi menggangguku sejak dulu!" ucapku sambil melihat penari di atas panggung.

          Aku sudah tidak betah berada disamping Ujang, semua orang kadang memandang kami seperti aneh. Ketika Nyai dan Aki mendekatiku, aku langsung mengajaknya pulang.

"Nyai pulang yuk, aku capek!" ucapku berbohong.

"Tanggung Nul, belum selesai, ini hadiahmu Nul, banyak sekali," jawab Nyai sambil menyerahkan hadiahku.

"Kalau begitu aku pulang duluan ya Nyai, aku ngantuk!" aku meninggalkan Nyai dan Aki.

"Tunggu Nul, Jang maukah kau mengantarkan Menul?" ucap Nyai pada Ujang.

"Ya Nyai, aku akan menyusulnya," jawab Ujang.

          Aku tidak tahu Ujang menyusulku dari belakang, tiba-tiba sudah ada di sampingku.

"Aku disuruh Nyai mengantarmu pulang Nul," ucap Ujang.

"Tidak perlu! aku bisa sendiri, sana kembali saja ke alun-alun!" jawabku sambil terus berjalan.

"Ini sudah larut malam Nul, sangat gelap, tidak baik wanita berjalan sendirian," jawab Ujang khawatir.

          Sepanjang jalan kami hanya diam, udara dingin mulai terasa menusuk kulitku, padahal aku sudah memakai mantel yang tebal. Aku tidak mengerti kenapa Ujang begitu memperhatikan aku. Sampai rumah Ujang masih tidak mau pulang.

"Sudah sampai, Aa bisa kembali ke alun-alun," ucapku sambil membuka pintu.

"Aku disini saja Nul, sampai Nyai datang," jawab Ujang.

"Mau apa disini? sudah sana pulang!" bentakku ke Ujang.

"Kamu sendirian Nul, biar aku jaga di depan rumahmu sampai Nyai datang," jawab Ujang.

"Terserah!" ucapku masuk ke dalam rumah.

          Aku di kamar langsung berbaring dan menutupi tubuhku dengan selimut. Benakku mulai berpikir: "di dalam saja dingin, bagaimana dengan Ujang di luar?" Aku turun dan menuju dapur membuatkan minuman hangat. Aku keluar dan memberi Ujang segelas kopi panas. Aku berdiri di depan pintu menunggu Nyai tidak juga datang.

"Masuklah Nul, di luar sangat dingin," ucap Ujang.

"Aa juga kedinginan bukan? sudah pulang saja, aku sendirian tidak apa-apa!" ucapku mengusir Ujang.

"Di rumah kamu sendirian, sudah masuklah, aku di luar tidak apa-apa," jawab Ujang.

"Ya sudah kalau mau menunggu masuk saja! di luar dingin!" perintahku pada Ujang.

"Aku di luar saja Nul, tidak baik perempuan dan laki-laki berduaan di dalam rumah, sudah sana masuk Nul," ucap Ujang memaksaku masuk.

          Aku yang masih berdiri menatap jalan menanti Nyai, aku terkejut ketika Ujang berdiri dan mendorongku pelan untuk masuk dan menutup pintu.

"Sudah masuk, jangan melamun di depan pintu," ucap Ujang sambil menutup pintu.

          Terpaksa aku masuk kamar, walau sebenarnya hatiku tidak tega melihat Ujang sendirian di luar.

                    ***

Jangan lupa follow dan bintangnya ya.
Terimakasih
Salam hangat
Mamah Ranggi

Saksi Kematian (SK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang