BAB 50 Dilema

3.8K 251 0
                                    


Bertahun-tahun aku merindukan Ayah, ingin sekali bertemu Ayah, tapi begitu ketemu, Ayah sudah menikah lagi. Bahkan ada anak kecil bersama Ayah. Aku seperti tidak suka melihat Ayahku menikah lagi, apalagi istrinya begitu galak dan memarahi Ayah di depan mataku. Kenapa Ayah begitu nurut pada wanita itu. Sampai rumah aku masuk kamar, Nyai terlihat sedih dan menyusulku.

"Nul....apa kau tahu tadi adalah Ayahmu?" tanya Nyai.

"Aku tahu Nyai," jawabku singkat.

"Kenapa tidak diberitahu, bahwa kau adalah Ambar Nul?" tanya Nyai kembali.

"Tadinya aku ingin sekali mengatakan itu Nyai, tapi melihat wanita itu, aku urungkan niatku, tidak perlu lagi Ayah tahu, itu hanya akan menjadi beban Ayah," jawabku sedih.

"Wanita itu, Nyai kenal Nul, dia anak Ustad yang terkenal di kampung sebelah, Nyai tidak menyangka dia akan jadi istri Ayahmu, padahal yang akan meminang diapun banyak," ucap Nyai.

"Nyai kenal dimana?" tanyaku terkejut.

"Ibunya sering meminta Nyai memijit Nul, jadi Nyai tahu dan sering ketemu dengan gadis itu," jawab Nyai.

"Siapapun dia, berani sekali dia memarahi Ayahku di depan orang," jawabku ketus.

Di kamar rasanya aku tidak menemukan ketenangan, aku keluar dan menuju air terjun untuk berenang, aku lebih memilih berenang sepuasnya untuk menghilangkan rasa suntukku. Tapi saat berenang, aku di ganggu beberapa pemuda yang tiba-tiba ikut berenang.

"Halo gadis cantik, seru juga bisa berenang dengan gadis cantik, tidak disangka kita ketemu bidadari di sini," ucap pemuda itu.

"Jana... Jana... Jana panggil Abah dan Aki," lirihku.

"Hahahahaha bicara dengan siapa cantik?" salah satu pemuda mulai mendekatiku.

"Ya Allah, tolonglah aku, selamatkanlah aku ya Allah," bisikku dalam hati.

Aku berenang dengan cepat, dan mereka terus mengejarku dan menggangguku. Saat rokku ditarik, dengan cepat Jana masuk dan menghadang pemuda itu, Nyai, Abah dan Aki datang dengan membawa bambu dan golok, Abah dan Aki terjun berenang dan memukul para pemuda itu.

"Berani kamu mengganggu anakku ya!" teriak Aki dan Abah.

"Jangan ikut campur kamu Kakek tua!" hardik salah satu pemuda pada Aki Setu.

"Berani kamu memaki Kakakku!" bentak Abah Jenong membela Aki.

Abah Jenong langsung memukul pemuda itu dengan bambu panjang, Nyai yang tidak mau kalah melempar batu ke arah pemuda itu.

"Berani sekali membuat onar di Desaku ya! rasakan ini! pergi kalian dari sini!" teriak Nyai.

Pemuda itupun naik ke batu besar dan mengambil baju yang mereka simpan di atas batu. Tapi Nyai sedikit usil, baju mereka diambil Nyai, dan mengusir mereka dengan hanya memakai celana pendek yang basah kuyup.

"Ayo pergi! apa mau aku lempar lagi dengan batu hah!" teriak Nyai.

Merekapun lari tunggang langgang ketakutan. Abah membantuku naik ke atas batu. Hari itu aku selamat dari pria yang berniat jahat.

***

Saksi Kematian (SK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang