BAB 59 Siti dikurung rentenir

3.5K 226 1
                                    


          Setelah aku lulus Sekolah, aku hanya menunggu warung dan ke pasar. Aku penasaran pada ucapan Nyai tentang Ayahnya Siti yang sudah kaya. Aku mencoba mencari tahu dan ingin ketemu dengan Siti. Entah sudah berapa tahun aku tidak lewat jalan ke arah rumah Siti. Aku berjalan sendirian, sudah banyak perubahan. Rumah-rumah yang tadinya terbuat dari bilik, banyak yang sudah di tembok bata. Melewati depan rumah Siti, aku melihat Ayahnya Siti sedang duduk bersama wanita lain, aku tidak melihat Siti, tapi tiba-tiba ada beberapa perempuan dan pria datang ke rumah Siti. Aku mengenal mereka, dulu mereka datang saat aku di sidang di Balai Desa dan Ibu itu memangku Siti. Mereka keluarga almarhum Ibunya Siti. Aku melihat mereka marah pada Ayahnya Siti.

"Siti dimana? kenapa aku tidak bisa ketemu Siti!" tanya seorang Ibu.

"Siti itu anakku, dia aku Sekolahkan jauh yang lebih bagus!" jawab Ayahnya Siti.

"Iya, tapi kami juga ingin bertemu dengan Siti, masa kamu tidak mengijinkan! sudah hampir setahun kamu membawa Siti dan tidak pernah ada khabar!" ucap seorang Ibu dengan nada marah.

"Sudahlah, nanti juga pulang, dan pasti ketemu dengan kalian!" jawab Ayahnya Siti marah.

          Keluarga Ibunya Siti akhirnya pulang dengan menggerutu. Ada yang aneh, kenapa Siti tidak boleh bertemu mereka. Aku diam-diam berjalan di belakang mereka dan mendengar pembicaraan mereka.

"Aku tidak percaya Siti Sekolah jauh, jangan-jangan Siti jadi tumbal pesugihan dia! kata orang-orang dia kaya karena pesugihan!" ucap seorang Ibu yang tadi marah pada Ayahnya Siti.

"Iya, tapi kita tidak punya bukti kuat, sudahlah kita doakan saja Siti tidak apa-apa!" jawab salah satu saudaranya Siti.

          Aku semakin tidak mengerti dengan kepergian Siti dan tentang pesugihan. Ingin sekali menolong Siti tapi bagaimana caranya, saat itu aku belum tahu. Aku memilih kembali pulang, dan ketika melewati rumah Siti, dari kejauhan aku melihat rentenir sedang bicara serius dengan Ayahnya Siti. Aku mengendap-endap berjalan ke arah samping rumah Siti. Rasa penasaranku sangat tinggi dan ingin tahu apa yang di lakukan rentenir itu.

"Bagaimana keadaan anakku? kapan dia pulang?" tanya Ayahnya Siti.

"Sabar dulu, nanti juga aku kembalikan," jawab rentenir sangat cuek.

"Baiklah, tapi aku minta uang tambahan lagi, aku ingin menikah lagi!" ucap Ayahnya Siti.

"Kamu akan saya beri banyak, kalau bisa mendapatkan perawan lagi," ucap rentenir pelan.

"Beres! bisa di atur itu!" jawab Ayahnya Siti penuh semangat.

          Dadaku berdebar dan jantungku berpacu dengan cepat mendengar pembicaraan mereka. Ternyata Siti di kurung di rumah rentenir. Mereka tidak berubah, tidak pernah malu melakukan dosa

                    ***

Saksi Kematian (SK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang