BAB 67 Aku benci kerudung pemberian ujang

3.5K 205 0
                                    

Aku dan Ujang sama-sama terdiam, Ujang mengambil sesuatu dari balik sarung yang melingkar di tubuhnya, sehelai kerudung di pakaikan di kepalaku.

"Kamu akan lebih cantik memakai kerudung Nul, sudah malam, tutuplah jendelanya, anginnya besar, nanti kamu sakit," ucap Ujang pelan.

"Kapan Aa pulang?" tanyaku sedih.

"Aa akan mencari kerja di Cirebon Nul, kalau orangtua Aa pulang, Aa juga pulang," jawab Ujang menenangkan aku yang sedih.

"Tidak ada teman lagi yang akan menggangguku, aku tidak punya teman di sini," ucapku terisak.

"Sabarlah Nul, ingat pesan Aa, jangan keluar di malam hari, dan jangan bertindak ceroboh ya?" ucap Ujang menasehati.

"Aku tidak janji!" jawabku ketus.

"Bukankah kau sudah berjanji?" tanya Ujang heran.

"Aku berjanji kalau Aa ada di sini, kalau tidak ada, aku tidak mau janji apa-apa!" jawabku marah.

"Jadi kau senang Aa ada di sini dan menemanimu?" tanya Ujang menggodaku.

"Tidak juga!" jawabku berbohong.

"Jadi tidak senang kalau ada Aa?" tanya Ujang terus menggodaku.

"Bisa tanya yang lain kan?" jawabku menghindar.

"Ya baiklah, aku tanya yang lain, apa kau rindu kalau Aa jauh?" tanya Ujang mengujiku.

"Tidak tahu!" jawabku malu.

"Benar tidak tahu?" tanya Ujang penasaran.

"Aa sendiri kalau jauh dari aku, rindu tidak!" aku balik bertanya.

"Nul... Nul... Aa sayang sama kamu Nul, sudah pasti Aa rindu Nul!" jawab Ujang sambil tersenyum.

"Bohong! buktinya senang sekali pergi jauh dan meninggalkan aku lama!" ucapku sambil cemberut.

Ujang hanya tersenyum dan menggaruk-garuk kepalanya, sesekali memandangku dan menunduk.

"Nul, Aa pulang dulu ya, jaga diri baik-baik, tutup jendelanya dan di kunci yah," ucap Ujang sambil membantu menutup jendela.

Aku mengintip dari lobang jendela memandang punggung Ujang yang terus berjalan dalam remang-remang, air mataku tidak terasa tumpah membasahi pipi, aku remas kerudung yang menutup kepalaku. Aku lempar kerudung, dan aku memaki diri sendiri dan menggerutu, "setiap aku dapat kerudung dari Ujang, pasti dia meninggalkan aku! aku benci kerudung ini! aku benci!" isak tangisku pecah. Aku memukul bantal dan terus menangis. Aku merasa rapuh dan seperti terpisah separuh jiwaku. "Kamu tega A, kamu tega!" dalam hatiku terus berteriak. Aku terus mengeluh dalam batinku, "kenapa orang-orang yang aku sayangi pergi meninggalkan aku!" aku merasa Tuhan tidak adil, hidupku selalu berteman dengan kesedihan dan tangisan. Aku bertekad besok pagi akan menemui Ujang.

***

Saksi Kematian (SK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang