BAB 5 Isti memfitnah Ibuku

6.9K 314 5
                                    

          Esok harinya Ibuku melarangku pergi ke Sekolah, raut wajah Ibu semakin kusut, Ibu sering menangis di atas sajadah.

"Ya Allah apa dosaku sehingga aku mengalami nasib seperti ini, apa salahku Ya Allah... ," tangisan Ibu pecah di atas sajadah.

          Aku mendengar Ibu menangis ikut menangis, ingin rasanya aku memukul dan menghabisi Roso yang sudah menyakiti Ibuku. Aku mulai malas ke Mushola, aku hanya ingin menemani Ibuku yang sedang bersedih. Saat aku duduk di ruang tamu, aku terkejut dengan kehadiran Roso, dia langsung masuk dan memandangku dengan wajah garang dan mata melotot, saat itu aku berteriak.

"Pergi!! pergi!!", ucapku dengan nada gemetar.

"Hey bocah!, berani kamu melawanku?" jawab Roso.

         Roso tidak datang sendiri, Roso mengajak teman-temannya dan menunggu di luar, mendengar teriakanku, Ibuku langsung keluar dari dapur dan menghampiriku.

"Kamu! mau apa lagi kamu kemari!" bentak Ibuku pada Roso.

          Roso langsung manarik tanganku dan memelukku dengan erat, dan mengancam Ibuku.

"Sudahlah Ami, jangan galak-galak, semakin manis kamu kalau galak, kalau kamu sayang anakmu, turuti kemauanku," ucap Roso.

          Ibuku terdiam dan ketakutan, jarak kami dengan tetangga sangat jauh, andai kami berteriakpun tidak akan ada tetangga yang mendengar, aku merasa takut melihat di samping baju Roso terselip sebilah golok.

"Jangan sakiti anakku, baiklah kamu mau apa?" ucap Ibuku dengan menahan amarah.

"Nah begitu donk, coba dari dulu kamu nurut, pasti kamu sudah menjadi istriku," jawab Roso sambil mendekati Ibu dan memegang dagunya.

"Pergi sana main!" ucap Roso mengusirku.

"Pergilah Nak, Ibu baik-baik saja, cepat pergi!" perintah Ibuku.

"Hey sini!, kamu jangan coba-coba mengadu pada siapapun ya!, kalau kamu mengadu, Ibumu akan celaka!, mengerti!" bentak Roso padaku.

          Aku keluar dengan linang air mata, aku melihat tiga orang berdiri di teras dengan membawa golok. Aku menuju belakang rumah dan diam-diam menuju jendela Ibuku. Aku mengintip dari dari lobang bilik, aku melihat Roso memaksa membuka baju Ibu dan menidurinya. Ibu hanya diam dan menangis. Sungguh kejam Roso memperlakukan Ibuku, darahku mendidih melihat perbuatan Roso. Aku sudah tidak sabar menanti Ayah pulang untuk mengadukan perlakuan Roso. Penderitaan Ibu masih belum selesai, Isti menebar gosip kalau Ibuku sudah berselingkuh dengan Roso. Roso sudah bekerja sama dengan Isti untuk menghancurkan rumah tangga Ibuku. Roso semakin bebas keluar masuk ke rumah Ibu, dan tidak ada tetangga yang berani menegur Roso karena tahu Roso adalah seorang preman yang kejam. Mendengar gosip perselingkuhan, Kakek dan Nenek (orangtua Ayahku) sangat marah dan memaki Ibuku.

"Kamu tidak layak lagi menjadi menantuku!, kamu harus bercerai dengan Bara!" ucap Kakek dengan nada marah.

          Ibu hanya terdiam dan tidak bisa membela dirinya sendiri, Ibu sangat takut dengan ancaman Roso yang akan menyakitiku.

                    ***

Cerita ini lumayan panjang, simak terus dan sabar yah, jangan lupa suaranya dan follow ya. Terimakasih.

Saksi Kematian (SK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang