BAB 14 Aku di patuk ular kobra

5K 285 4
                                    

Mendengar pembicaraan Nyai dan Aki, mendidih darahku dan sangat marah. Aku ingat bagaimana Ibuku dalam keadaan telanjang dikerumuni ular berbisa.

"Nyai! Aku ingin membunuh orang-orang yang sudah berbuat kejam! akan aku balas orang yang sudah membunuh Ibuku!" teriakku seketika.

"Menul? kenapa kamu Nak?" tanya Nyai keheranan.

"Nyai... lihatlah ke atas, aku didorong Ibu tiriku sampai jatuh ke jurang, dia yang telah membunuh Ibuku dengan melempar ular-ular berbisa ke tubuhnya, sebelum di perkosa Roso!" jawabku dengan derai air mata.

"Menul? kamu sudah ingat semuanya Nak?" tanya Aki Setu terkejut.

"Iya Ki, namaku Ambar, aku masih ingat semua yang sudah menyakiti Ibuku!" jawabku lugas

"Siapa nama orangtuamu Nak?" tanya Nyai Jenah mendekatiku.

"Ayahku Bara, Ibuku Ami, Nyai," jawabku

"Jadi... kamu anak wanita yang aku mandikan dulu?" tanya Nyai terkejut

"Apakah Nyai mengenal orangtuaku?" tanyaku pada Nyai.

"Tidak! tapi aku masih ingat nama Ayahmu, Kades saat itu memberitahu Nyai, yang akan dimandikan jenazah itu istri Ustad Bara," jawab Nyai.

"Apa? tapi mana mungkin Nyai, Ibuku wafat belum setahun, sedangkan Nyai bilang saat memandikan sudah setahun lebih!" ucapku heran.

"Menul, kamu sakit dan ada di rumah Nyai sudah setahun lebih Nul, artinya benar itu Ibumu Nul," ucap Nyai memegang pundakku.

"Jadi aku sudah lama bersama Nyai?" ucapku sedih.

"Iya Nul, sudahlah kita pulang saja Nyai sudah selesai mencuci baju, kita bicara di rumah saja," ucap Nyai menggandeng tanganku.

Tidak disangka kepergian Ibu ternyata sudah setahun lebih. Nyai ke dapur dan membuat ramuan, aku di paksa meminum ramuan yang baunya tidak aku suka. Aku duduk di atas alas tikar, Nyai keluar dan kembali dengan membawa ular kobra. Ular yang sangat berbisa. Aku sangat terkejut ketika Nyai mendekatiku dan tertawa melihatku ketakutan dan mundur kebilik.

"Nyai... Nyai mau apa? kenapa Nyai tega sekali ingin membunuhku?" tanyaku ketakutan.

Nyai tidak menjawab dan hanya tertawa, Nyai memegang ekor dan menekan di bawah kepala ular, mulut ular itu terbuka lebar seperti siap mematuk korbannya. Dan dengan cepat Nyai menghampiriku dan memaksa ular tersebut mematuk kakiku. Rasa perih dan sakit di kakiku. Aku sudah merasa bahwa aku akan mati seperti Ibuku. Nyai keluar membawa ular, dan Jana masuk menghampiriku, tapi aku mengusirnya.

"Pergi kamu! mau apa kamu kemari!" teriakku pada jin yang bernama Jana.

Jana hanya menyeringai dan tidak menjawab. Saat itu aku mulai berpikir, kenapa jin tidak menyakitiku, tapi justru manusia begitu kejam memperlakukan aku dengan sadis.

***

Saksi Kematian (SK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang