Tiga bulan lamanya Ayah pergi akhirnya pulang. Aku sangat bahagia sekali ketika Ayah pulang. Tapi tidak dengan Ibuku. Ibu gemetar dan hanya mengurung diri di kamar. Entah darimana Isti tahu Ayah pulang, tiba-tiba Isti dan tetangga datang ke rumah. Ayah yang tidak senang dengan Isti masih bisa melayani tamu dengan baik."Masuklah," sapa Ayahku pada Isti dan tetangga.
Padahal Ayah belum sempat bertemu Ibu dan menanyakan Ibu, tapi Isti sudah datang. Perasaanku tidak enak dan takut Ayah akan marah pada Ibu.
"Begini Kang Bara, aku hanya mendapat pesan dari orangtuamu agar Kakang meninggalkan istrimu, karena dia sudah berselingkuh dengan Roso", ucap Isti mengadu.
Ayahku terkejut dan mukanya sangat tegang, aku berdiri di belakang Ayah dengan kaki gemetar.
"Kenapa kalian menuduh istriku selingkuh! tega sekali kalian memfitnah istriku!" ucap Bara pada Isti dan tetangganya.
"Jangan marah dulu Kang, Kakang bisa tanyakan pada istrimu dan Roso, dan tetangga di sini semua tahu Roso sering datang ke rumahmu", jawab Isti.
" Keluar kalian dari sini!, keluar!" bentak Ayahku.
Isti dan tetangga keluar mendengar kemarahan Ayahku. Ayahku langsung memandangku dan memelukku.
"Jangan percaya ucapan mereka ya Nak... Ibumu orang yang baik dan soleha," ucap Ayah sambil memelukku.
Ayahku langsung masuk kamar dan menutup pintu. Aku mendengar dari depan pintu kamar Ibu hanya menangis dan menangis. Aku masih berdiri dan ingin tahu apakah Ayahku marah atau tidak.
"Mi, ada apa? apa Roso menyakitimu? benar Roso sering datang ke rumah kita?" tanya Ayah pada Ibu.
Ibuku masih terisak menangis tidak mampu menjawab.
"Aku percaya padamu Mi, kamu tidak akan mungkin mengkhianatiku apalagi dengan Roso", ucap Ayah yang aku dengar.
Aku merasa lega Ayah tidak marah, aku melangkah menuju kamarku. Entah kenapa jiwaku saat itu bergejolak, ingin sekali menceritakan keadaan yang sebenarnya pada Ayah. Saat aku hendak berbaring, tiba-tiba aku mendengar teriakan Ibu.
"Jangan sentuh aku! jangan sentuh aku!" teriak Ibu.
Aku keluar dari kamar dan menuju kamar Ibu, tapi aku tidak sanggup mengetuk pintu.
"Aku kotor Kang, aku kotor! aku hamil! ceraikan aku Kang! aku tidak pantas berada disisimu!" teriak Ibu sambil menangis.
"Siapa yang tega menghamilimu? Roso? aku akan mencari dan membunuhnya!" ucap Ayah dengan nada marah.
"Bunuh saja aku Kang! tidak perlu mencari dia, aku tidak mau terjadi apa-apa denganmu Kang!" teriak Ibu histeris.
"Ami..., Istigfar... , aku yakin Roso sudah berbuat curang terhadapmu, sabarlah, kita atasi bersama ya!" jawab Ayah menenangkan Ibuku.
Aku berdiri dengan linang ari mata, begitu besar cinta Ayah, dan begitu besar keyakinan Ayah kalau Ibu tidak bersalah. Saat itu aku mulai tenang, masalah telah selesai karena Ayah memaklumi keadaan Ibu. Sejak saat itu pula, Ayah tidak pernah meninggalkan Ibu ke luar Kota.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Saksi Kematian (SK)
Mystère / ThrillerDewasa 18++ SK (Saksi Kematian) Part 1 Sebuah kisah perjalanan gadis kecil yang menyaksikan penderitaan Ibunya, diperkosa dan dibunuh. Ibunya tewas di patuk ular berbisa dalam keadaan telanjang. Gadis kecil yang didorong Ibu tirinya sampai jatuh ke...