BAB 36 Menyanyikan lagu Indonesia Raya

3.9K 248 0
                                    


          Aku memutuskan kembali ke rumah, aku memanggil Jana.

"Jana... Jana...!" teriakku.

"Aku disini Nul, kenapa kau teriak memanggilku?" jawab Jana.

"Jana, aku ingin bicara, kamu dimana?" tanyaku sambil mencari Jana.

"Aku di sini," jawab Jana menampakkan diri.

"Aku bisa melihatmu?" ucapku kegirangan.

"Jika aku mau, aku bisa menampakkan diri di depanmu atas ijin Allah Nul," jawab Jana.

"Jana aku mau bertanya, kamu siapa sebenarnya? apa kamu sudah lama ikut dengan Nyai?" tanyaku pada Jana.

"Aku sudah hidup ratusan tahun Nul, aku bertemu dengan Aki Setu sebelum menikah dengan Nyai. Aki Setu sering bertapa untuk mendapatkan kekuatan melawan penjajah. Saat itu Indonesia belum merdeka. Orangtua Aki Setu dibunuh penjajah. Aku kasihan pada Aki Setu, saat dia akan di tembak penjajah dalam keadaan sholat. Karena doanya Aki, atas ijin Allah, aku membantu Aki Setu, dan peluru tidak tembus ke pundaknya karena aku halangi. Sejak saat itu aku mengabdi pada Aki Setu," jawab Jana.

"Apa Aki sering meminta bantuanmu?" tanyaku penasaran.

"Tidak! Aki Setu orang yang baik, dia lebih percaya meminta bantuan pada Allah," jawab Jana.

"Iya Jana, sebab aku pernah membaca sebuah Ayat, tidak boleh manusia meminta bantuan pada Jin, maaf bukan aku bermaksud menyakitimu Jana, kau memang temanku, tapi alam kita berbeda," ucapku sedih.

"Baru saja susuk dilepas, kau sudah semakin pintar Nul," ucap Jana memujiku.

          Tiba-tiba Nyai dan Aki datang dan buru-buru menarikku.

"Ayo Nul, giliran kamu sebentar lagi, acara lomba sudah dimulai, kamu lupa lomba hari ini?" tanya Nyai.

"Oh iya aku lupa, ayo Nyai kita kesana," jawabku langsung berlari ke lapangan.

          Semua orang memandangku dengan sinis, panitia memandangku dengan sinis, beda dengan Ujang, dia menyambutku dengan senyum. Biasanya aku berani dan cuek, entah kenapa tiba-tiba aku malu di tonton orang banyak.

"Nul! kamu niat tidak ikut lomba?" bentak Panitia.

"Iya aku ikut," jawabku gugup.

"Ya sudah cepat? kamu berdiri di sana dan cepat menyanyikan lagu Kebangsaan kita!"

          Biasanya aku langsung marah, tapi entah kenapa saat itu aku bisa mengendalikan diri, aku berdiri dan langsung menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

          Selesai bernyanyi, Nyai langsung datang dan memelukku, Aki Setu terlihat menitikkan air mata, semua orang bertepuk tangan. Ujang terlihat gembira dan terus tersenyum. Mataku terus melihat orang-orang yang ada di depanku, mereka berbisik-bisik membicarakan aku.

                    ***

Saksi Kematian (SK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang