BAB 44 Menul di Sidang

3.5K 234 1
                                    


          Malam itu Siti di jemput paksa Ayahnya, ketua Rt dan Rw memintaku untuk datang ke Balai Desa, untuk di sidang jadi saksi, kenapa Ibunya Siti sampai bunuh diri.

"Nul, apa kamu pernah bertengkar dengan Ibunya Siti?" tanya Pak Rw

"Tidak pernah!" jawabku tegas.

"Apa kamu ada masalah dengan Ibunya Siti?" tanya Pak Rw kembali.

"Tidak ada! kalau dia merasa punya masalah dengaku ya tidak tahu! justru dia yang sering menghinaku," jawabku ketus.

"Begini saja, karena pihak keluarga dari Ibunya Siti tidak terima, kita musyawarah di Balai Desa," ucap Pak Rw.

"Ya, baiklah aku akan datang," jawabku santai.

          Aku sangat marah pada Ayahnya Siti, tapi aku terus menahannya. Nyai yang sudah naik pitam aku pegang tangannya erat-erat.

"Nyai akan mendampingimu Nul," ucap Nyai.

"Aki juga ikut!" ucap Aki.

"Nyai dan Aki boleh ikut, tapi dengan syarat," ucapku tegas.

"Syarat? aneh kamu Nul, kenapa harus ada syaratnya?!" jawab Aki dan Nyai.

"Ya ada syaratnya, terutama Nyai, harus berjanji dulu," jawabku.

"Iya sudah apa syaratnya Nul?" tanya Nyai.

"Syaratnya Nyai tidak boleh marah dan membunuh lagi apapun yang terjadi, kalau Nyai ingkar, aku akan pergi dari rumah mencari Ayahku," ucapku mengancam Nyai.

"Kamu tidak serius kan Nul?" tanya Nyai heran.

"Aku serius Nyai, apa Nyai mau marah lagi?" tanyaku pada Nyai.

"Bukan itu Nul, apa kamu serius akan meninggalkan Nyai?" tanya Nyai sedih.

"Aku serius jika Nyai tidak mau nurut, aku tidak mau minta apa-apa pada Nyai, aku hanya ingin Nyai tidak marah, apalagi membunuh orang," jawabku serius.

          Nyai langsung memelukku dan membelai rambutku, aku melihat Aki tersenyum tanda menyetujui permintaanku.

"Nyai janji Nul, Nyai akan tahan marah ya, asal kau tidak pernah meninggalkan Nyaimu ini ya?" pinta Nyai sedih.

          Kami berangkat ke Balai Desa, semua sorak sorai melihatku datang "huuuuuuuuu pembunuh!" ucap warga. Kami terus berjalan masuk, dan aku duduk terpisah dengan Nyai dan Aki. Baru kali ini aku di sidang atas perbuatan yang tidak aku lakukan. Aku terkejut melihat Ujang ada di antara orang banyak, wajahnya sedih dan mulutnya ditutup dengan telapak tangan kanannya, tangan kirinya memeluk perutnya.

                    ***

Saksi Kematian (SK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang