BAB 37 Gadis-gadis memusuhiku

4K 280 4
                                    


          Aku dan Nyai berjalan ke sisi lapangan, Ujang menghampiri kami.

"Nul, suaramu bagus sekali, dan tidak ada yang salah disetiap liriknya," ucap Ujang memberi selamat.

"Terimakasih," jawabku malu.

"Nul, kalau kamu masih mau di sini silahkan, Nyai mau ambil kayu bakar dulu ya," ucap Nyai berlalu meninggalkan aku dan Ujang.

"Oh ya Nul, besok lomba ngaji, sudah latihan?" tanya Ujang.

"Sudah A," jawabku.

"Nah gitu donk, panggil Aa, biasanya kalau di tanya marah-marah hehehe," ucap Ujang mengejekku.

"Jangan mulai lagi ya! aku bisa marah lagi!" ucapku sambil cemberut.

"Iya iya..., oh ya jangan lupa, saat lomba ngaji kamu pakai kerudung ya?"

"Pakai kerudung?" tanyaku heran.

"Iya pakai kerudung, sudah kewajiban wanita memakai jilbab Nul," jawab Ujang.

"Iya aku tahu!" ucapku ketus.

          Saat kami ngobrol, para gadis menghampiri kami.

"Aa... nanti belajar ngaji lagi ya? oh iya, Aa tidak takut dekat dengan Menul? udah jorok, bau, penampilannya berantakan," ucap salah satu gadis.

"Jangan bilang seperti itu, tidak baik," jawab Ujang.

          Rasanya ingin sekali meremas mulut gadis itu, tapi aku memilih diam dan meninggalkan mereka. Kata-kata jorok dan berantakan tergiang di telingaku. Aku ambil pakaian di rumah dan aku menuju air terjun. Aku langsung terjun ke air dan berenang. Lama aku berenang di dalam air sampai aku menuju batu besar disisi air terjun, ternyata Ujang sudah ada di atas batu besar.

"Aa? sedang apa di sini?" tanyaku heran.

"Dalam keadaan basah seperti ini, mukamu bersih, bercahaya dan cantik, kamu sangat cantik Nul, tapi kamu tidak pernah menyadarinya," ucap lirih dalam hati Ujang memuji Menul.

"Woy, kok malah melamun begitu memandangi aku?" teriakku menyadarkan lamunan Ujang.

"Astagfirullah, maaf Nul, aku kemari mencarimu, kata Aki Setu kamu sedang mandi di air terjun," jawab Ujang.

"Mau apa mencariku?" tanyaku sambil menepi ambil bajuku.

"Aku ingin minta maaf Nul, maaf kalau ucapan gadis itu menyakitimu ya?" jawab Ujang.

"Untuk apa minta maaf? Aa tidak salah, harusnya dia yang minta maaf, sudah ach aku mau pulang!" ucapku ketus.

          Aku berjalan dan ingin melewati Ujang, tapi kakiku terpeleset dan Ujang dengan gesit menangkapku dan aku dalam pelukan Ujang. Ujang menatapku dalam-dalam, entah kenapa jantungku tiba-tiba berdegup sangat kencang berada di pelukannya.

                    ***

Baiklah lanjut nanti yah, jangan lupa follownya, bintangnya, suaranya, apresiasinya. Terimakasih.

Saksi Kematian (SK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang