BAB 19 Menuju desa Ibuku

4.8K 313 0
                                    


          Aku selalu riang dan bebas bersama Aki dan Nyai, aku dimanja mereka, seperti anaknya sendiri. Tuhan mengambil Ibuku dan mengirim Ibu seperti Nyai yang baik, meskipun Nyai adalah dukun dan kadang bersikap aneh, bagiku Nyai adalah orang yang sangat baik. Saat aku dan Nyai mencari kayu bakar di hutan, aku melihat anak-anak berjalan menuju Sekolah. Usiaku saat itu 9 tahun, aku sudah gagal dan tertinggal kelas. Tapi entah kenapa tiba-tiba rasa ingin Sekolah begitu kuat.

"Nyai... !" teriakku dari jarak beberapa meter.

"Ya Nul, ada apa!" jawab Nyai sambil teriak.

"Aku ingin sekolah!" ucapku sambil berlari menghampiri Nyai.

"Kamu ingin sekolah Nul?" jawab Nyai sambil memandangiku.

"Iya, aku ingin Sekolah seperti mereka", jawabku sedikit girang.

"Tapi Nyai belum punya cukup uang buat membeli keperluan Sekolahmu Nul", ucap Nyai sedih.

"Tas dan buku masih ada kok di rumahku, kita ambil yuk!" ucapku sambil menggandeng Nyai.

"Kamu ingin pulang? kamu ingin meninggalkan Nyai?" ucap Nyai sedih.

"Tidak Nyai, aku tidak akan mau tinggal bersama Isti lagi," jawabku cemberut.

"Kalau Ayahmu melarang ikut Nyai bagaimana?" tanya Nyai khawatir.

"Ya jangan sampai Ayah tahu aku pulang Nyai, kita ambil barang-barangku ketika Ayah sedang jualan, gimana?" jawabku merayu.

"Kamu janji? tidak akan meninggalkan Nyai?" tanya Nyai menyakinkan aku.

"Aku janji, aku sayang Nyai dan Aki," jawabku tersenyum.

          Meskipun Nyai sedikit ragu, akhirnya Nyai menyetujui permintaanku. Esok harinya aku dan Nyai berjalan sangat jauh. Sampai ditepi jalan, Aku dan Nyai menumpang naik di mobil truk yang membawa sayuran. Nyai terus memandangiku dan sesekali tersenyum. Sampai di Desa Ibu, Nyai memakaikan topi caping yang biasa dipakai Nyai mencari kayu bakar. Entah kenapa begitu menginjakkan kakiku di tanah kelahiranku, jiwaku langsung bergejolak. Kenangan bersama Ayah dan Ibu terus bergelayut di pikiranku. Dadaku rasanya panas, ketika ingat Isti yang sudah membunuh Ibuku. Aku terus melangkah melewati tempat pemakaman, di tempat itu pula Ibuku di makamkan. Langkahku terhenti dan diam sejenak memandangi makam-makam.

                    ***

Jangan lupa follow dan suara atau bintangnya ya. Terimakasih

Saksi Kematian (SK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang