BAB 43 Menul di fitnah

3.6K 240 9
                                    


          Siti melihat Ibunya tergantung, dia terpaku dan terdiam, aku langsung memeluknya dan menutup mata Siti.

"Ayo Siti, kita panggil Nyai dan Aki," ucapku mengajak Siti.

          Kakiku gemetar, aku melangkah seperti berat, aku benar-benar syok menyaksikan kematian seseorang yang begitu tragis. Jika bunuh diri adalah dosa, lalu penderitaan Ibunya Siti siapakah yang bertanggung jawab? aku terus berontak dalam hatiku. Sampai rumahku aku langsung teriak.

"Nyai..., Nyai... !" ucapku terbata-bata.

"Ada apa Nul?, tenang, ada apa?" tanya Nyai sambil memandang Siti yang menangis.

"Nyai..., Ibunya Siti bunuh diri, aku takut Nyai," jawabku gemetar.

"Apa?" jawab Nyai terkejut.

"Aku akan memanggil semua warga," ucap Aki Setu.

"Nul, kamu dan Siti disini saja yah?" perintah Nyai.

          Aku mengajak Siti masuk kamar, aku terus memeluknya. Aku menangis bersama, aku terus meratapi nasib dan mengingat kembali masa lalu, seusia Siti akupun ditinggal Ibu. Beberapa jam Nyai belum datang. Setelah datang aku melepaskan pelukan Siti yang tertidur dipelukanku.

"Nyai bagaimana?" tanyaku penasaran.

"Suaminya syok Nul, dia mengatakan pada warga kalau istrinya stress dan bunuh diri gara-gara kamu," ucap Nyai sedih.

"Aku? kenapa aku Nyai?" jawabku terkejut.

"Katanya, istrinya tidak suka Siti main denganmu Nul, Nyai sempat ribut tadi karena membelamu Nul," ucap Nyai sedih.

          Orangtua Siti memang tidak menyukaiku, tapi entah kenapa justru dalam beberapa hari Siti disuruh Ibunya ngaji. Ingin sekali aku ceritakan pada Nyai keadaan yang sebenarnya, tapi aku yakin Nyai akan marah besar pada Ayahnya Siti, yang sudah memfitnah aku. Aku tidak mau Siti sedih, dia sudah kehilangan Ibunya, aku tidak mau Siti kehilangan Ayahnya seperti aku.

                    ***

Saksi Kematian (SK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang