L

3.2K 333 12
                                    

"Huh, menyebalkan!"

Seorang gadis nampak bersandar pada dinding bangunan sambil terus melirik jam tangan di lengannya dan kakinya yang tidak berhenti bermain dengan batu-batu pasir semakin menambah kesan kekesalan yang sedang dirasakannya.

"Apa dia masih lama? Tahu begini ku tinggal saja pulang duluan."

Kini bibir gadis itu mengerucut sebagai bentuk protesnya pada seseorang yang sedang ditunggunya, entah siapa.

"YN!"

Gadis itu refleks menoleh ke arah sumber suara dan menemukan seseorang yang ditunggunya sejak tadi.

"Lama sekali sih, Oppa!"

Gadis itu menghentak kecil kakinya.

"Mian. Apa kamu kedinginan?"

YN menggeleng tapi ia tidak menyadari jemarinya yang dari tadi terus ia remas di dalam kantung mantelnya menunjukkan secara tidak langsung hal sebaliknya.

"Bagaimana bisa hal seperti ini disebut tidak kedinginan?"

Kyungsoo mengambil kedua tangan kekasihnya dan melingkupi kedua telapak gadis itu dengan hotpack yang berada di tangannya.

"Kebiasaanmu tidak pernah berubah. Selalu saja lupa membawa hotpack."

"Ya! Memangnya karena siapa aku jadi harus menunggu hampir setengah jam di luar sini?!"

Kyungsoo tidak langsung menjawab gadis itu. Ia melepas lingkupan tangannya dan sang kekasih lalu membawa tangan kanan gadis itu masuk dalam kantung mantelnya agar mereka tetap bisa berbagi kehangatan dari hotpack yang sama sambil berjalan pulang menuju apartemen.

"Oppa?!"

"Hem...?"

"Kamu tidak menanggapi perkataanku barusan."

"Ah... kamu tahu kan gara-gara satu orang tadi menotice ku adalah D.O. EXO, banyak sekali yang ingin minta tanda tangan. Jika bukan karena Chef pengajar kita yang menyuruh mereka bubar, mungkin aku akan ada disana sampai subuh."

"Dan aku benar-benar akan mati membeku karena menunggumu."

Kyungsoo terkekeh, lalu mengusap rambut kekasihnya dengan tangan yang tidak bertautan dalam kantong.

"Aku tahu kamu akan pulang dalam 10 menit. Jadi aku langsung berlari sesudah chef membubarkan mereka."

Usai si pria menyebut kalimat tersebut, hanya keheningan yang melingkupi sepasang sejoli yang berjalan dengan santai didinginnya udara malam Seoul.

.

"Sayang, apa kamu lapar?"

YN yang baru meletakkan sepatunya di rak sepatu lekas mendatangi kekasihnya yang terlihat sudah asik sendiri mengeluarkan berbagai hal dari kulkas.

"Kamu ingin memasak? Tapi ini sudah hampir jam 10 malam."

Ya ini memang sudah hampir jam 10 malam.  Salahkan saja kaki mereka yang melangkah kecil-kecil karena ingin memiliki waktu bermesraan di pinggir jalan lebih lama. Ah, belum lagi si gadis yang selalu tiba-tiba berhenti setiap mereka melewati pedagang camilan atau ice cream.

"Hm... sebenarnya aku hanya ingin mempraktekkan yang kita pelajari tadi. Practice makes perfect, right?"

Gadis itu hanya tersenyum. Bagaimana mungkin ia menolak pria bermata bulat yang sangat hobi memasak itu. Lihat saja, pipinya bahkan sudah naik dan bertambah bulat karena bibir hatinya mengembang.

"Baiklah. Akan ku bantu setelah berganti pakaian."

.

"Oppa, coba lihat aku. Seingatku begini teknik memotongnya, apa benar?"

Kyungsoo mendekat ke arah gadisnya dan memandang tajam ke arah tangan gadis itu yang masih melakukan teknik potong cepat.

"Sepertinya sudah benar, Sayang. Tapi ku rasa tanganmu kurang luwes."

"Benarkah? Kalau begitu contohkan."

Kyungsoo mengambil pisau lain yang tidak terpakai dan memulai teknik potong cepat itu. Sedangkan YN hanya bisa memandang kagum kecepatan tangan pria itu. Memang harus diakui bahwa pria itu sangat cepat belajar.

"Wah, Oppa, daebak! Keren ke-"

"Awww"

"Astaga, Oppa tanganmu!"

Jari Kyungsoo teriris dan anehnya pria itu biasa saja, berbanding terbalik dengan kekasihnya yang panik luar biasa.

YN segera menarik pelan pria itu ke arah wastafel membiarkan air mengalir membersihkan darah dari luka di jari kekasihnya.

"Aku akan mengambil plester. Tunggu sebentar."

Dengan segera gadis itu mencari plester di segala tempat. Yang mau tidak mau mengundang tawa kecil di bibir kekasihnya.

"Sayang! YN!"

"Kenapa?"

Kyungsoo menunjuk lemari di atas kepalanya dengan jari tangannya yang tidak terluka.

"Kotak obat ada di atas situ"

"Aisshh, kenapa tidak bikang dari tadi?"

"Lucu saja melihatmu panik seperti itu."

"Hushuss geser, aku mau mengambil kotaknya."

"Hahaha hahaha"

.

"Huhh huhhh huhhhh cepat sembuhlah jari kesayangku."

Setelah selesai mengobati luka itu, YN tidak henti-hentinya meniup dan mengelus lembut jemari Kyungsoo yang terbalut plester.

"Apa aku harus sering terluka supaya disebut kesayanganmu?"

Gadis itu hanya mendengus, tahu bahwa Kyungsoo mengucapkan itu untuk menggodanya.

"Aku tidak bercanda, Kyungsoo. Jangan sampai kau terluka lagi."

"Uuu manisnya kekasihku ini saat khawatir."

Kyungsoo mencubit gemas pipi kekasihnya lalu mendaratkan kecupan di hidung hidung gadis itu.

"Yak! Beginilah kalau terlalu banyak menonton film dan drama romantis. Aku khawatir jarimu terluka karena jari itu yang memasak untukku, tahu!"

"Ahhh sakitnya hatiku."

Kyungsoo pura-pura memegang dadanya sambil berekspresi kesakitan.

YN berdiri lalu menepuk lembut kepala Kyungsoo.

"Duduklah dengan tenang selagi aku memasak, oke?"

Kyungsoo yang diperlakukan seperti itu hanya mengangguk, menikmati sensasi hatinya yang selalu menghangat jika gadisnya berubah jadi perhatian.

"YN-ah!"

Kyungsoo menoleh ke belakang sambil memanggil nama kekasihnya.

"Wae?"

"Kau tahu kan kalau aku mencintaimu?"

Gadis itu hanya tersenyum kecil lalu tertawa.

Tentu saja ia tahu pria itu begitu mencintainya.

"Doh Kyungsoo!"

"Ehm?"

"Kau juga tahu kan kalau aku sangat membencimu?"

Pria itu terkekeh.

Tidak, kalian tidak salah dengar. Gadis itu benar mengatakan ia sangat membenxi Kyungsoo.

Hanya saja, dalam kamus seorang YN kalimat itu bermakna sebaliknya.

Karena, gadis itu tidak terlalu suka hal cheesy.

Karena, gadis itu terlalu malu untuk mengungkapkan hatinya.

Dan karena, gadis itu gadisnya.

"Tentu, Love. Aku sangat mengetahuinya."

Setelah itu hanya terdengar suara tawa mereka memenuhi apartemen.






KYUNGSOO AS YOUR BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang