🌟77. Blue Poison

18.7K 1.9K 282
                                    

YOYO WHATSUP!

Wkwkwk maap ya, dr kmaren baru author block, jd gabisa ngapa² in wp gegara kehilangan motivasi :"v

Jangan lupa VOTE n COMMENT karena semua itu GRATIS. Follow Author untuk Notifikasi menarik lainnya 😻

Yg Kaga nge Vote ga ada akhlak bener

IG for Spoiler and many things + Up Coming Athala = kucink.oren

PLIS PUTAR MULMED BIAR VIBES DAPAT 🌚🌚🌚

BTW 🛑 WARNING 🛑

Yg masi bocil, mundur aja

🛑Resiko ditanggung sendiri 🌚🛑

Enjoy 🙆

🌟

Begitu cepat waktu berlalu hingga tiba-tiba saja ketika kening pria itu menyerit, ia mengerjap pelan merasakan silau dari cahaya surya yang masuk lewat celah-celah kelambu.

Rafael bergumam pelan, ia menutup mata nya sejenak sambil menyesuaikan cahaya yang masuk ke maniknya.

"Kau sudah bangun?" Pria itu menoleh begitu suara lembut mengalun pelan memanggilnya, ia melihat Rachel yang datang dengan nampan berisi teh dan sarapan.

Rafael mengangguk pelan, ia berusaha duduk bersandar di kepala ranjang ketika tiba-tiba kepalanya terasa pusing hingga ia meringis pelan.

"Ada apa? Apa kau sakit?" Rachel mendekat dan menyentuh pelan kening Rafael, tapi sang Alpha hanya menggeleng pelan.

"Aku baik-baik saja, hanya sedikit pusing. Mungkin efek karena tubuh ku di pakai Reinhard terlalu lama". Jawan Rafael menghela napas pelan, ia bersandar dengan kepala mendongak dan mata terpejam pelan.

Rachel terdiam, ia tertunduk dengan ekspresi bersalah. "Apa... Kau butuh sesuatu? Atau perlu memanggil White Witch?"

Rafael menggeleng. "Tidak perlu, nanti akan sembuh sendiri. Ini cuma efek samping, jadi tidak perlu khawatir". Ia tersenyum menggenggam pelan tangan Rachel.

Manik ruby sang Alpha, melirik liontin ruby yang terpasang indah di leher gadis itu, tampak berkilau dengan kemerlap cahaya di dalamnya.

"Ternyata, dia sudah memberikan itu pada mu".

Rachel menyerit. "Apa?"

"Kalung itu, kalung milik mendiang ibu ku". Tunjuk Rafael pada liontin ruby di leher Rachel.

Rachel tersentak, ia menunduk dengan sorot tidak enak pada Rafael, namun pria itu justru tersenyum lembut.

"Hei, tidak apa-apa. Aku justru senang kau mau menerima nya". Ucap nya membuat hati Rachel menghangat, pipi nya merona sesaat sebelum ia tiba-tiba tersentak.

Kedua tangannya terulur mengambil nampan itu dan meletakannya di meja kecil. "Ini makanan mu, kau pingsan sejak siang tadi. Apa kau mau teh?" Rachel mengulurkan semangkuk bubur hangat yang diterima Rafael pelan.

Pria itu tengah membuka tisu yang menutupi sendok nya. "Baiklah".

Rachel tersenyum, ia lalu meletakan cangkir kaca yang sudah sejak awal di tuangkan teh hangat, gadis itu memberikannya satu pada Rafael dan satu untuk dirinya sendiri. Gadis itu mengangkat cangkirnya, sebelum menyeruput pelan teh hangat yang masih mengepul itu.

Starlight [ complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang