🌟64. There Is Always A Chance

16.7K 1.9K 190
                                    

Sorry Guys, author belom Update dn bales komen/ upload apapun

Karena

Author senin depan udah UN (TOLONGGG 😭)

Jadi jiwa ku teriggered karena ga siap siap amat, jd lagi fokus buat belajar

Mungkin bakal comeback abis Ujian, mungkin yee soalnya masi ada ujian kejuruan :"

Tolong Vote bambank, baca mulu nge vote kaga yee. Kaga up lagi nih

Btw, SEMANGAT JUGA BUAT YANG UJIAN TAHUN INI. TETAP CALM DAN SANTUY, JANGAN TERIGGERED KAYA AUHTOR T_T

Enjoy 🙆

🌟

"i come, with the light, star, and hope. nothing can defeat it."

Samantha dan Ve Acnes, dua orang sesama kaum agresif itu tengah berdiri tenang melihat ribuan monster yang mulai berdatangan dengan senjata dan hasrat membunuh mereka. Mereka berdua akan di majukan sebagai pion pertama dalam perang ini, sebagai kesatria dengan jangkauan serangan yang luas, Samantha dan Ve cocok jika digabungkan untuk membersihkan musuh dari medan pertempuran.

"Kak, kalau kau lelah aku bisa menggantikan mu." Ve tersenyum miring, namun Samantha terkekeh.

Ia menyeringai menggenggam erat pedangnya dengan sorot menyala-nyala dari kedua manik merah nya.

"Justru karena aku menjadi ratu, kegiatan ku untuk menyentuh senjata jadi sangat terbatas."

"Karena itu, di perang ini— aku harus bersenang-senang kan?" Seringainya menarik cepat Ghost Sword ketika ribuan monster berlarian ke arah mereka berdua.

Dengan sekali tebasan dari pedangnya yang tak terlihat, ribuan monster itu langsung tertebas habis tak bersisa dan mati dengan tubuh tak berdaya. Bahkan tanpa mengeluarkan banyak tenaga pun, Samantha bisa menghabisi seluruh monster itu hanya dengan satu senjata dan satu tebasan, tidak ada alasan lain lagi kenapa petinggi Silverwolf Pack bisa memilihnya sebagai Pimpinan Beta seluruh Silverwolf Pack.

Ve menatap kagum. "Astaga, aku tidak boleh kalah." Gumamnya ikut menebas para monster dengan cepat, karena sebagai salah satu murid Samantha. Dia sangat dilatih untuk bergerak dan bertarung dengan gerakan gesit dan cepat, setidaknya harus setara dengan kecepatan bertarung sang Beta I.

Setelah medan perang dibersihkan oleh mereka berdua, tampak tanah terkutuk itu hanya menyisakan tumpukan mayat monster yang sudah tak bernyawa, dan awan di langit yang semakin menghitam dengan petir berwarna kemerahan. Semua orang tampak diam dan serius, suasana peperangan terasa semakin dingin mencekam, entah kenapa firasat buruk tiba-tiba saja muncul dan membuat hati mereka merasa sesak.

"Tidak mungkin selesai secepat ini." Gumam Samantha menatap kearah gunung yang mengeluarkan aura mengancam kuat, seakan ia bisa menebak kalau itulah sumber dari aura mengerikan ini.

Suara petir menyambar-nyambar, dan awan tampak semakin gelap menyelimuti langit dari cahaya bulan seolah-olah tak mengijinkan mereka untuk melihat harapan. Hingga akhirnya semua orang tersentak, merasakan tanah bergetar dengan angin yang membawa rasa ketakutan atas aura hitam yang kuat mulai mendekati mereka. Rachel menyipit, kedua tangannya terkepal dengan sorot serius. Ia merasakan hawa yang tidak mengenakan akan terjadi, namun gadis itu tetap yakin dan tidak merasa takut sekalipun akan terjadi sesuatu padanya.

Karren dan Delila di belakang, tampak terdiam dengan sorot menelisik. Samantha, Ve. Kalian mundur. Mindlink nya pada kedua gadis itu sehingga mereka langsung bergerak mundur, bersamaan dengan itu muncul pasukan berkuda dan juga para mayat hidup dan iblis yang sudah berbaris rapi dengan zirah tebal dan senjata di tangan mereka. Bersama, mereka mengikuti seseorang dengan kuda dan penampilan yang paling mencolok, aura gelapnya menguar begitu kuat.

Starlight [ complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang