Dentingan yang terdengar beruntun terdengar dari ponsel dalam genggaman Ilya. Wajah yang tadinya ia tenggelamkan dalam bantal perlahan diangkat guna melihat layar ponsel nya.
Faris
Aku udah sampe rumah
Mau telfon ga?
Eh, udah mau tidur belum?Ilya membalas pesan Faris, mengatakan ia belum mengantuk sama sekali. Lalu deringan panjang dengan nama Faris tertera jelas di layar ponselnya, Ilya dengan terburu-buru menggeser ikon berwarna hijau.
"Aku udah sampe rumah," ucap Faris membuka obrolan.
"Udah tau." jawab Ilya terkesan ketus karna Faris sudah mengatakannya di chat.
Faris tertawa kecil, "Mau video call?"
"Mauuuuu!!" suaranya jelas sangat semangat, mengundang senyum Faris di seberang telfon. Ilya langsung mengarahkan ponselnya ke wajahnya. Mata merah Ilya menimbulkan beberapa gelombang di dahi Faris, "Kamu abis nangis?" tanya nya mendapat hembusan napas dari Ilya.
"Nangis karna ga di izinin ke bandara?" tanya nya lembut. Alih alih menjawab, gadis itu malah sibuk mencari posisi nyaman. Sebenernya, Faris sudah tau jawaban kenapa gadisnya menangis, namun tetap ingin menanyakan. Sekedar memastikan.
"Lagian ini udah malem banget kamu mau ke bandara. Bahaya Il-"
"Tapi aku kangen. Pengen liat kamu. Pengen jemput kamu." balas Ilya memotong kalimat Faris. "Kamu ga kangen ya sama aku?" tanya nya kecil.
Faris sedikit tersenyum, "Ya kangen." jawabnya tak terbantahkan. "Tapi, pertama, ini udah terlalu malem. Kamu pergi sendirian, bandara dari rumah kamu jauh, bahaya.
"Kedua, masih banyak waktu, sayang. Masih ada besok, lusa, besok lusa, besoknya lagi, minggu depan. Bahkan bulan depan." ucapnya, memberi jeda beberapa detik, lalu kembali melanjutkan. "Ga perlu buru-buru. Aku ga bakal ke Jerman lagi besok. Kita masih punya banyak banget waktu."
Ilya yang diceramahi hanya diam, bibirnya sedikit maju ke depan. Ia hanya rindu pada pacarnya, kenapa malah diceramahi panjang seperti ini?
"Heyy... Aku juga kangen kamu. Pengen juga dijemput pacarku, terus bisa peluk. Pengen, pengen banget. Tapi, dibanding kangen, aku jauh lebih sayang sama kamu. gak mau kamu kenapa-kenapa dijalan. Bukan ga kangen, tapi ga mau kamu kenapa-kenapa." Tukasnya begitu lembut. "you got it, pretty?"
Ilya mengangguk pelan. "Tapi aku kangen," Ilya berucap manja tanpa ia sadari.
"Iya, besok ya sayang." jawab Faris. "Kamu sekolah kan besok?"
Ilya mengangguk sebagai jawaban, lalu beberapa detik kemudian ia menyadari pertanyaan dari Faris. "Kamu mau bolos ya?" pertanyaan yang dilayangkan Ilya membuat Faris menampilkan cengirannya. Ilya memutar bola matanya malas, dia belum berubah ternyata.
Keduanya terus melanjutkan obrolan mereka sampai Ilya yang tak tertidur karna terlalu mengantuk.
***
Ilya hari ini terlihat berbeda. Senyuman cerah di wajah cantiknya tak luntur dari ia bangun tidur. Ia menatap pantulan dirinya di cermin entah sudah berapa kali, memeriksa penampilannya sekali lagi. Terus tersenyum, sampai teriakan ibunya dari bawah membuat Ilya bergegas turun untuk sarapan."Pagi ma, pagi pa, pagi bang Eja." sapa nya, mengedipkan sebelah mata nya pada Reza. Lalu duduk dan makan sarapan yang telah disiapkan sang ibu.
Reza yang disapa sekaligus diberi kedipan maut Ilya memandang gadis disebelahnya dengan aneh bercampur jijik. Adiknya ini tidak gila kan?
"Ilya berangkat sama siapa?" tanya Ilya ketika ia sudah selesai dengan sarapannya. Melirik ke arah Reza yang langsung di tepis lelaki itu, "Gue masuk jam 8, keawalan mau nganterin lo."
Ilya menatap sinis ke arah Reza membuat lelaki itu sedikit kaget melihat perubahan mood adiknya. "Adek berangkat sama papa ya," Ilya hanya mengangguk lalu mengekor pada ayahnya.
***
Ilya membawa langkah ringannya ke kelas. Beberapa kali ia terdengar bersenandung kecil. Ia bahkan menyapa setiap orang yang lewat, kenal ataupun tidak, ia tak terlalu peduli. Tetap melempar senyum ramahnya.
Ilya menghentikan langkahnya ketika mendengar teriakan Mira dari belakang. Dilihatnya gadis itu berteriak kencang minta ditunggu padahal motor Radit yang ditumpanginya belum sampai ke parkiran. Gadis itu seperti tak peduli dengan orang-orang yang menatap dirinya.
Mira dengan cepat berlari ke arah Ilya setelah percakapan singkatnya dengan Radit. "Makin deket aja gue liat liat lo berdua." ucap Ilya meledek Mira.
Gadis itu terlihat salah tingkah, tangan kanannya sudah terangkat ingin memukul Ilya, tapi ia turunkan kembali dan memukul pundak Ilya pelan dengan tangan kiri nya. Ilya yang dipukul hanya tertawa.
Keduanya melanjutkan langkah menuju kelas, "Il, tangan ini tau ga bekas apa?" Mira mengangkat tangan kanannya, dengan wajahnya tersenyum membuat Ilya memandang bingung pada sahabatnya, ia hanya mengedikkan bahu. Malas berfikir jika Mira yang bertanya, gadis itu sering melempar pertanyaan tidak jelas.
"Abis dipegang kak Radit," ia berucap setengah berbisik. Lalu gadis itu tertawa sangat kencang, matanya tidak lepas dari tangan kanannya yang masih terangkat.
Ilya ikut tertawa melihat kelakuan Mira. "Udah jauh banget ya sampe pegang-pegang tangan." ujar Ilya sedikit meledek, kembali Mira memukul pundak Ilya. "Coba deh cium tangan lo, kali aja bau tangannya kak Radit nempel." ucap Ilya yang langsung diikuti Mira membuat Ilya tertawa sangat keras. Gadis itu mau saja dikerjai dengan hal-hal seperti ini.
"Fix sih, lo suka sama kak Radit." ujar Ilya dengan suaranya yang tidak pelan sama sekali. Membuat beberapa murid yang kebetulan lewat melihat ke arah mereka. Mira langsung melotot ke arah Ilya, Ilya yang tahu ia salah berbicara cepat cepat lari menghindari amukan Mira.
"Ilya sini gak lo!" Mira berteriak mengejar sahabatnya. Ilya beberapa kali menoleh ke belakang, wajahnya terlihat begitu menyebalkan dengan tawa meledeknya.
"Ga sengaja Mir!" ujar Ilya ketika menoleh kebelakang, sementara langkah nya tak berhenti sedetik pun. Keduanya terus berkejaran sampai ke kelas.
Ilya yang sudah tidak kuat mendudukkan dirinya pada bangku asal. Dengan napas yang terengah-engah dan tawa yang putus-putus gadis itu masih mencoba menepis pukulan pelan Mira.
"Lo berdua heboh banget ya," ucap Manda melihat kedua temannya yang baru masuk sudah heboh.
"Mira suka sama kak Radit." ucap Ilya yang membuat Mira semakin menggila.
"Man, lo jangan percaya ni Ilya udah gila."
"Ga kaget sih Il." Ucap Manda membuat Mira berteriak murka pada keduanya. Sedangkan Manda dan Ilya puas tertawa.
"Lo berdua jangan bilang siapa-siapa dong, malu gue pernah nolak kak Radit terus sekarang malah suka." ucap Mira pelan. Kedua sahabatnya itu mengacungkan jempol.
***
Jangan lupa vote and comment😅
KAMU SEDANG MEMBACA
ILYA
Teen Fiction"I Love You Always. ILYA." Ilya Kinansya Putri. Seorang gadis cantik yang ceria, dan keras kepala. Selalu mendapat rangking 3 besar paralel. Ilya punya 2 sahabat yang selalu bersamanya. Dunia Ilya hanya tentang dirinya, keluarga, dan sahabat. Hidup...