"Lo udah berhasil kenapa gak bilang gue?" tanya seorang lelaki yang tingginya hanya berbeda berapa senti dengan Faris.
"Belom. Nanti kalau udah gue kasih tau lo. Tunggu kabar baiknya aja." ujar Faris menyunggingkan senyumnya kecilnya. "Gue kejar dia dulu." sambungnya lalu pergi.
Faris mencari Ilya ke sana kemari, ia tidak tahu kemana gadis itu pergi. "Masa sih dia pulang beneran?" gumam Faris.
Ia lalu berjalan ke luar area pasar malam, lalu berjalan untuk menghampiri motornya, Faris berdecak saat tak menemukan Ilya disana. "Tuh cewek kemana sih?" Lalu ia menstater motornya dan menyusuri jalan menuju rumah Ilya.
Belum seperempat jalan, ia menemukan gadis berseragam sekolah yang terlihat menendang nendang sesuatu dibawah. Batu mungkin. Dan Faris yakin itu Ilya.
Ia melambatkan jalan motornya mencoba menyejajarkannya dengan gadis yang berjalan gontai di trotoar.
"Lo mau pulang? Bareng gue aja." ajak Faris.
Namun yang diajak bicara hanya membisu dan terus berjalan tanpa menoleh pada Faris sedikit pun.
"Lo ngambekin apa sih?"
Lagi. Ilya terus mengunci mulutnya.
"Lo ngambek gara gara tadi? Gue becanda kali. Baperan amat lo, kurang piknik lo?"
"Kalau masih gak mau ngomong sama gue gak papa sih, tapi lo harus pulang sama gue."
Faris memberhentikan motornya, lalu berjalan di samping Ilya.
"Ni anak mau ngapain sih? Kok ikutan jalan juga?" batin Ilya.
"Pulang yuk." ujar Faris saat langkah mereka sudah sejajar.
Faris mengacak rambut bagian belakangnya kasar saat Ilya tak kunjung membuka mulut. "Ck, lo cewek apa bukan sih? Kok gue ajak pulang bareng gak mau? Setau gue nih ya, cewek cewek pada ngantri mau naik motor gue, mau jalan sama gue, mau dianter pulang sama gue, pokoknya semua yang berhubungan sama gue pasti cewek cewek mau. Dan lo? Gue curiga lo bukan cewek deh." ucap Faris panajang lebar kali tinggi.
Melihat tak ada tanda tanda Ilya membalas ucapannya, Faris mencekal tangan Ilya membuat gadis itu tak bisa berjalan lebih jauh.
"Lepasin tangan gue!" sentak Ilya.
"Gak. Lo pulang bareng gue." ucap Faris menarik tangan gadis itu menuju motornya yang sudah tertinggal lumayan jauh.
"Gue gak mau!"
"Harus mau!"
"Woy! Lo ngapain malak orang dikawasan gue!" teriak seorang lelaki dari kejauhan.
Faris menyunggingkan senyum miringnya samar. "Pulang sama gue atau pulang sendirian? Last offer honey." ucap Faris tepat disamping kanan telinga Ilya.
"Iya, gue pulang bareng lo." ujar Ilya takut takut, karna lelaki yang meneriaki mereka sudah berjalan mendekat.
"Good girl. Naik."
Ilya hanya menurut, dan saat dirasa sudah siap, Faris melajukan motornya dengan tiba tiba sehingga Ilya yang tudak siap hampir terjatuh kebelakang jika ia tidak berpegang pada bahu Faris.
"Lo ngapain sih jalan sendirian? Kalau mau pulang bilang sama gue, biar gue antar. Kenapa juga lo tadi tiba tiba ngambek gitu? Orang gue cuma becanda. Kalau gak ada gue gimana? Lo pasti udah di apa apain tuh sama orang tadi. Lain kali kalau mau ngambek jangan ngebahayain diri sendiri. Lo tuh cewek, jalan sendirian malem malem pasti banyak orang yang pengen berbuat yang jahat jahat." ucap Faris saat mereka sudah jauh dari tempat tadi.
"Kok dia ngomel sih? Nyalahin gue lagi." batin Ilya kesal.
"Denger gak?" ujar Faris saat Ilya hanya diam.
"Iya."
"Besok besok jangan gitu lagi."
"Iya."
"Kok iya terus sih? Gue ngomong panjang lebar lo cuma bilang iya, iya, iya."
"Lo mau gue ngomong apa emang?"
"Bilang makasih kek, minta maaf kek. Atau apa aja, yang penting jangan iya."
"Iya. Makasih Faris. Maaf." ucap Ilya membuat buat suaranya lembut. "Puas lo?!"
Faris yang mendengar itu hanya terkekeh. Meneruskan perjalanan mengantar Ilya pulang.
Saat sampai di rumah Ilya, Faris tak merasakan ada pergerakan dari gadis di belakangnya. Ia mencoba menolehkan sedikit kepalanya, dan menemukan Ilya yang tertidur disana.
"Kok dia tidur? Gimana caranya gue turun kalau di tidur begini?" gumam Faris. Pasalnya, Ilya tidur dengan posisi tubuhnya sebagai penopang gadis itu."Il, Ilya." Faris membangunkan Ilya dengan mengetuk ngetuk pelan kepala Ilya.
Ilya yang merasa kepalanya diketuk sesuatu pun membuka matanya, ia mengerjapkan matanya beberapa kali demi menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk ke netranya. Dan saat dirasa matanya sudah dapat menerima cahaya dengan baik, Ilya tertegun memandang Faris. Jarak wajah mereka begitu dekat, Ilya sendiri tak tahu kenapa tubuhnya mematung seperti ini. Ia sepertinya sudah terperangkap dalam mata Faris. Bagaimana bisa matanya bercahaya seperti ini, mata teduh yang menghanyutkan kini berubah, menjadi bercahaya, ada ketenangan disana yang membuat siapapun ingin memasukinya semakin dalam. Tak terkecuali Ilya.
"Udah puas liat kegantengan gue?" tanya Faris dengan wajah songgongnya.
Ilya terkesiap dengan pertanyaaan yang Faris lontarkan secara tiba tiba. "Siapa juga yang ngeliatin muka sok ganteng lo ini." ucap Ilya lalu turun dan membuka pagar rumahnya.
"Mandi dulu, abis itu tidur. Jangan lupa mimpiin gue." ucap Faris mengedipkan sebelah matanya. "Gue pulang." sambungnya lalu memakai helm.
Ilya belum masuk, dia masih berdiri di depan pagar menunggu Faris pergi. Melihat Faris tak kunjung pergi, ia jadi heran sendiri.
"Ngapain masih disini?"
"Nunggu lo bilang hati hati lah."
"Lo pikir gue mau?"
"Nggak."
"Kalau udah tau kenapa masih nunggu?"
"Terserah gue lah."
"Iya terserah lo. Gue mau masuk."
"Ngambekan banget sih lo? Pms?"
Tanpa menghiraukan ucapan Faris, Ilya menutup pagar rumahnya dan masuk kerumah.
Jangan lupa vote and comment😄
Typo bertebaran:v
KAMU SEDANG MEMBACA
ILYA
Teen Fiction"I Love You Always. ILYA." Ilya Kinansya Putri. Seorang gadis cantik yang ceria, dan keras kepala. Selalu mendapat rangking 3 besar paralel. Ilya punya 2 sahabat yang selalu bersamanya. Dunia Ilya hanya tentang dirinya, keluarga, dan sahabat. Hidup...