Besok

21.7K 862 17
                                    

Maaf buat keterlambatan update nya...

Karna emang lagi sibuk, tapi bukan sok sibuqqq
*apsh-_-

Hayuk lahh dari pada membaca perbacotan unfaedah ini, cekidot aee gansss sisss

***

Mencintai memang perihal mempertahankan. Namun dalam beberapa kesempatan, bisa jadi itu adalah keberanian untuk melepaskan.

***


Kalimat Ilya terpotong begitu saja saat ia melihat seseorang degan tangannya yang terlihat sangat ringan, menutup mata Faris.

Faris sedikit tersentak, tentu saja. Dengan tiba tiba, ada yang menutup matanya. Ingin bermain? Yang benar saja, ia sedang berada di kantin SMA bukan paut atau taman kanak kanak.

Kesal? Pertanyaan bodoh macam ini tak perlu ditanyakan. Tanpa aba aba, Faris menarik kasar tangan yang menutupi matanya, lalu memutar tangan kecil itu yang berhasil membuat Ilya meringis. Ilya tau itu sakit. Pasti.

"Aww.." Manda meringis dengan wajah kesakitannya yang sangat kentara.

Faris yang terkejut langaung melepas tangannya yang masih memutar pergelangan Manda. Perubahan wajah Faris langsung dapat terlihat terhitung sebelum memasuki satu detik.

Elang yang tengah asik memainkan ponselnya pun kini terfokus pada Manda. Setelah ringisan kecil gadis itu memasuki pendengarannya tentu saja. Tanpa mengeluarkan pertanyaan basa basi yang terdengar bodoh, seperti 'lo gak papa?'

Dengan gerakan lembut, Elang menarik tangan Manda, lalu memutar mutarnya pelan. Guna mengurangi sakit yang di rasakan remaja perempuan di depannya. Yang sampai saat ini, Elang masih menggap remaja itu, gadis kecilnya. Gadis kecil yang selalu mengadu padanya saat ia bertegkar dengan Faris kecil.

"Man, lo gak papa?" Faris masih berdiri mematung pada tempatnya. Melihat Elang dengan perlakuan lembutnya mengurangi sakit pada tangan kanan gadis kecilnya.

Manda tersenyum kecil, lalu menggeleng sebagai jawaban. "Gak papa kok. Gue kan kuat." ia menampakkan cengirannya pada Faris.

"Udah mendingan? Atau masih sakit?" Elang bertanya pada Manda dengan wajah tenangnya.

Ilya selalu suka apapun yang dilakukan Elang. Dengan ketenangan pada dirinya, dengan senyum manisnya, dengan perlakuan lembutnya, dan wajahnya..? Lelaki itu, ia sempurna.

"Udah mendingan kok. Tapi masih sakit." Manda menggerak gerakkan tangannya perlahan.

"Oh iya. Ini hp lo semalam ketinggalan di kamar gue." Manda mengeluarkan benda pipih berwarna hitam dari saku sekolah yang berlambangkan osis di luarnya.

Faris menerima ponsel yang diberikan Manda. Lalu mendudukkan dirinya pada bangku kantin yang sempat terdorong ke belakang karna pergerakan Faris. "Lo ngapain sih pake nutup mata gue segala?" terdengar nada kesal yang kentara saat Faris menyuarakan pertanyaannya.

"Iya maaf. Gue tadi cuma becanda."

"Untung tadi tangan lo cuma gue pelintir. Kalo gue patahin gimana? Mau minta maaf? Masih mau bilang becanda? Kalo becanda tuh yang sesuai sama umur. Kalo lo kenapa kenapa gimana?" Faris kesal setengah mati. Bukan karna matanya yang ditutup tiba tiba. Bukan. Tapi karna ia telah membuat Manda kesakitan karna ulahnya.

"Ris udah." Elang melerai, yang mendapat decakan sebal dari Faris. "Hp Faris ketinggalan di kamar lo Man? Kok bisa?" ia mengalihkan pembicaraan yang berhasil membuat Ilya memasang telinganya.

ILYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang