Besok (2)

21.4K 898 17
                                    

Jadi sebenernya, kemaren aku mau update. Terus udah selesai ditulis donkk, udah revisi juga. Sempet keluar wattpad pake tombol home y kn. Terus, pas balik wattpad lagi, mau update.. Eh work nya ilang gaizzz.

Dan karna kemaren my husband gaib acu juki marjuki ultah, mau nya double apdet gitchuu, dan ternyata..  dua duanya keapus:)

Sakit tapi tak berblood:)

***

Sekarang coba renungkan, Ada berapa banyak hati yang kau patahkan. Ada berapa banyak peduli yang kau acuhkan. Ada berapa banyak cinta, sayang, yang kau sia siakan. Bukan kah kau adalah orang yang paling beruntung di dunia? Menerima banyak cinta dan kasih sayang tulus tanpa memintanya.

***

Ilya hanya mengaduk ngaduk minuman di depannya. Tanpa berniat mencicipi kopi di depannya. Ntah lah, saat hendak memesan tadi, ia tiba tiba teringat percakapannya dengan Faris beberapa waktu lalu.

"Lo suka kopi?" tanya Ilya saat Faris memesan secangkir kopi.

Faris mengangguk. "Kenapa? Lo suka juga?"

Ilya menggekeng. "Enggak. Kopi pait."

Faris mengedikkan bahunya. "Seenggaknya, kopi gak pernah bohong dengan kemanisan atas nama rasa."

Ilya tersenyum tanpa sadar. Faris benar, kopi tak pernah berbohong atas nama rasa. Dan apa yang dilakukannya tadi sore? Dengan senyum yang ia obral pada Faris saat memutuskan untuk berpisah dengan lelaki itu.

"Ilya!" sebuah suara membuyarkan lamunan Ilya.

Ilya menangakat kedua alisnya. "Apa?"

"Lo kenapa sih? Dari tadi ngelamun aja. Kita disini udah hampir sejam loh. Gue sama Adel udah pesen minum dua kali, makanan kita juga udah ludes. Dan lo? Setetes aja belom masuk ke mulut kan? Lo kenapa sih hah?" Mira berucapa panjang lebar. Persis seperti ibu ibu yang memarahi anaknya.

"Ya galau lah. Orang abis putus, gimana sih lo." bukan Ilya yang berucap. Tapi Adel. Gadis itu masih terfokus pada benda canggih berbentuk kotak di depannya.

"Emang bener lo galau abis putus sama kak Faris Il?" Mira bertanya dengan mencondongkan badannya ke arah Ilya.

"Apaan sih.. Gue.." Ilya melirik Adel dan Mira bergantian. Kedua gadis itu terlihat menunggu lanjutan dari kalimat Ilya. "Gue gak putus sama Faris." Ilya mengatakannya dengan sedikit menciict. Nada keraguan terdengar jelas diaana.

Mira bertepuk tangan heboh. Membuat beberapaa pengunjung kafe yang terusik memandang tajam ke arah merkea.

"Lo ngapain tepuk tangan sih? Malu maluin bego!" Adel memukul punggung Mira dengan sedikit keras.

"Kenapa gak lo putusin hah? Kan udah gue bilang Ilya. Putusin. Putusin." Ujar Mira geram. Menahan mati matian gejolak untuk menerkam Ilya.

"Udah gue putusin... Tapi ya gitu.."

"Apa? Gitu apa? Kak Faris gak mau? Kak Faris minta maaf? Kak Faris bilang apa? Kak Faris ngapain lo? Meluk lo lagi? Terus lo meleleh gitu? Terus lo maafin dia?" cecar Mira.

Adel mengangguk. Membenarkan perkataan Mira. "Setuju gue."

"Buakn gitu.. Tadi pas gue bilang mau putus, Faris langsung nolak. Dia gak mau-"

Mira menggebrak meja. Membuat bebrapa pengunjung kafe kembali terusik. "Ya usaha dong. Masa kak Faris bilang gak mau, lo langsung iya aja. Gimana sih ah." Mira berucap dengan frustasi.

ILYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang