Sakit

8.8K 533 33
                                    

Karna besok lebaran, mohon maaf lahir dan batin buat semuanyaa🙏.

Mohon maaf lahir dan batin, dan semoga aku updatenya selalu cepet😂 doain ajaa wkwk

Yang mau masuk grup wa, yang belum ku masukin. Dm yaaa

***

Faris berada di tempat yang tepat. Kehilangan kesadaran di sebuah rumah sakit bukan hal yang mengerikan. Tentu saja, ia langsung dilarikan ke IGD, dan diberikan pertolongan pertama, serta dilakukan pemeriksaan.

Semua yang bekerja di rumah sakit itu manusia, mereka tak akan membiarkan seseorang kehilangan kesadaran begitu saja. Seperti pada sinetron yang beredar. Tidak seperti itu. Mereka harus bertanggung jawab saat melakukan pekerjaan, setidaknya.

Harusnya, semuanya berjalan lancar. Memberitahu pihak keluarga dari pasien. Ini adalah langkah pertama yang harus dilakukan setelah menangani Faris. Akan terlampau mudah dengan ponsel Faris yang tak terkunci. Harusnya.

Alih alih menelpon, dan memberitahu salah satu keluarga dari remaja yang masih belum sadarkan diri di bangkar tersebut. Seorang perawat justru dipusingkan dengan memikirkan bagaimana menghubungi orang terdekat Faris.

Masalahnya, di benda pipih itu tak ada tersimpan nomor orang tua atau keluarga. Apakah ponselnya baru dibeli? Jawabannya, tidak mungkin. Suster tersebut bahkan sudah melihat bagian lainnya, seperti galeri untuk melihat, juga memastikan, apakah benda elektronik ini benar benar baru. Namun, suster tersebut menemukan banyak foto juga video. Lebih didominasi foto seorang gadis. Tapi ia tak ambil pusing, itu privasi pasien kan?

"Dokter, hp nya ini gak ada nomor keluarga kayaknya.." perempuan berbaju putih mengeluh.

"Ah, gak mungkin." lelaki berkacamata di depannya menyangkal. Tak masuk akal rasanya tak menemukan nomor keluarga.

"Cuman ada, nomornya bunda-"

"Nah itu, ada."

Suster itu menggeleng. "Sudah di telfon, tapi gak aktif." ucapnya. "Ada juga, Ilya.." suster tersebut memberi jeda sedetik. "Yang ini kayaknya keluarganya," pasalnya, dari daftar telfon, nomor dengan nama Ilya ini paling sering mendapat telfon dari Faris. "Tapi juga gak aktif nomornya."

Membenarkan kacamatanya yang sedikit melorot, "Cuman dua?" dokter laki laki itu kembali bertanya. Sedikit heran.

"Ada satu lagi, Manda?" suster tersebut mengatakannya sedikit ragu. "Tapi ini gak pernah komunikasi sama pasien,"

"Ya mungkin temennya kali. Coba aja."

Menelfon Manda, berharap kali ini nomornya aktif. Tak seperti dua nomor sebelumnya.

***

"Il, Faris masuk rumah sakit." ucap Manda setelah menurunkan telfon dari telinganya. Membuat Ilya kaget, tentu saja. Mereka berada di satu ruangan, tapi tak mengatakan apapun sejak setengah jam lalu. Semuanya karna Mira yang tiba tiba datang bersama Manda lagi. Dan sekarang, gadis itu sedang berada di kamar mandi. Sepertinya sedang bersemedia agar menjadi kaya raya tujuh turunan.

"Lo kalau mau ganti baju cepetan. Gue tunggu diluar, 5 menit." ucap Manda beranjak dari sofa. "Ajak Mira kalau dia udah selesai dari toilet." ucapnya lagi tanpa menatap Ilya. Sumpah, Manda khawatir sekali. Daya tahan tubuh Faris itu bisa dibilang kuat. Kuat sekali. Jarang mendapati ia sakit dalam satu tahun, walau hanya demam karna kelelahan. Nyaris tidak pernah. Faris sudah tak terlihat sejak beberapa hari yang lalu. Dan sekarang, ia harus mendapat kabar dari rumah sakit bahwa Faris sedang dalam masa penanganan.

ILYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang