Akta Kelahiran.

14.7K 766 145
                                    

Haloo, selamat soreee!!!

Maaf kalo aku banyak salah sama kalian, selalu lama kalau update, selalu pendek pas updatee.. Maaf

Mohon maaf lahir dan batin🙏
Selamat puasa bagi yang menjalankan, dan, semangat puasanyaa!!!

Oh ya, aku minta tolong boleh? Abis kalian baca part ini, perasaan kalian gimana? Trus part yang ini menurit kalian gimana? Nanti komen dibelakang yaa!!!

Sekali lagi, selamat berpuasaaa

***

Memang, semuanga telah digariskan oleh takdir. Tapi, sebagai manusia yang tak ingin di cap lemah, kita berhak mengubah garis yang ditentukan takdir.

***

Faris yang ditarik Manda sedari tadi berdecak kesal. "Lo ngapain sih kesini? Elang sama siapa?" akhirnya, ia membuka suara. Mempercepat gerakan tungkainya.

"Tante Lia sama om Andre udah dateng." Manda sibuk menyusul langkah besar Faris.

"Kapan?"

"Baru dateng, gue disuruh Elang nyusulin lo. Takut kak Radit lupa bilang ke elo kalo dia manggil." jelas Manda.

***

Faris baru saja kelaur dari toilet. Hampir saja tubuhnya menyentuh lantai rumah sakit. Cukup berhasil menyenggol api emosi Faris yang sebetulnya belum padam secara utuh.
Berbalik untuk melihat siapa orang yang mendorongnya dari belakang. Tatapan tajamnya berubah sedikit melunak dalam hitungan kurang dari tiga detik.

"Gue kira masih ingusan lo!" seru seorang di depan Faris dengan wajah berserinya. Dengan segera memiting leher Faris untuk ikut berjalan dengannya.

"Lepasin! Gue susah napas anjir!" Faris menampar pelan punggung tangan lelaki yang lebih tua tiga tahun darinya.

"Lo udah gede kok makin anjing sih?!" maki Faris setelah lehernya terbebas.

Bukannya marah, yang dimaki justru bertepuk tangan seakan bangga. "Wahhh... Mentang mentang udah ga ingusan, udah anjing anjingan aja lo." ujarnya diselingi tawa renyah.

"Lo kapan sampe?" tanya Faris memasukan tangannya ke saku sembari menyelaraskan langkahnya dengan manusia yang kewarasannya entah dibuang kemana.

"Adek gue sampe gitu, gak lo jagain ya pasti,"

"Ya siapa suruh ngambil cewek gue." balas Faris tanpa beban.

"Adek gue ga laku? Sampe ngebawa cewek lo."

"Dia Elang, bukan Revan yang gak laku." sindir Faris terang terangan.

"Harusnya dulu pas lo masih pipis di celana, gue bunuh lo." Revan dengan tangannya membuka pintu ruang rawat Elang.

Faris menyalami kedua orang tua Elang. Dua orang yang ia salami sekarang, sudah seperti orang tua kandung bagi Faris. Terlebih saat keluarganya hancur, dua suami istri itulah yang menguatkan dirinya.

"Udah gede ya Faris sekarang." Lia berucap sembari mengusap usap punggung tangan Faris dengan tatapan lembut seorang ibu pada anaknya.

ILYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang