Mata Ilya melirik pada jam dinding di kamarnya, kurang lima belas menit lagi pukul 6 pagi. Sementara di ponselnya, menunjukkan chat Faris yang mengatakan lelaki itu tengah menunggu di teras, dan ibunya yang masih belum berhenti berteriak guna Ilya bangun. "Iyaa, Ilya udah bangun maa!" gadis itu balas berteriak, namun sama sekali belum bergerak dari posisi awalnya. Masih mengumpulkan seluruh nyawa, yang sebenernya tak siap bangun sepagi ini.
Ting!
Satu pesan masuk membuat Ilya otomatis melihat hp nya, ada satu pesan dari FarisKepagian ya aku jemput kamu?
Ingin rasanya Ilya membalas mengiyakan, lalu menumpahkan kekesalannya. Tapi ia urungkan, karna tak ingin membuat lebih rumit. Lalu jarinya bergerak lincah di atas keyboard membalas pesan Faris
Aku cuci muka, tunggu bentar
Tak ada balasan dari Faris, lelaki itu hanya membaca nya saja membuat Ilya menghembuskan napasnya kasar, sedikit kesal melihat pesannya hanya berakhir dengan dua centang biru.
Memaksa kakinya bergerak ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi, lalu mengganti bajunya, dan mengikat rambutnya. Memakai sun screen, dan sedikit liptint agar tak terlalu pucat. Lalu ia turun dengan wajah yang sedikit lebih segar, walau tidak mandi.
Saat Ilya ikut duduk di kursi samping Faris, lelaki itu tersenyum begitu cerah. Hampir mengalahkan matahari yang terlihat murung. "Langsung aja?" tanya Faris yang langsung diangguki oleh Ilya. Hari minggu ini, Faris mengajak Ilya untuk berolahraga. Hanya lari pagi bersama, katanya.
"Mau kemana?" tanya Faris saat keduanya baru memasuki mobil.
Ilya yang mengenakan seat belt tampak berfikir sebentar, lalu menatap Faris, "Aku ngikut aja." jawaban Ilya membuat Faris memutarkan bola matanya. Padahal gadis itu tampak berfikir, Faris kira ia akan menjawab ke suatu tempat.
"GBK?" tawar Faris, saat Ilya menoleh pada Faris "Tadi katanya ngikut aja loh ya," ucap Faris memberikan ultimatum sebelum gadis disampingnya menolak. Ilya terkekeh kecil, lalu mengangguk ringan.
***
Saat mereka sampai, sudah lumayan ramai orang dengan aktivitas masing-masing. Rentang usia juga beragam, dari yang muda, anak kecil yang ikut bersama orang tuanya, sampai ada beberapa yang tak begitu muda dengan semangat masih ikut berolahraga.
Tak mau menghabiskan banyak waktu, keduanya melakukan sedikit pemanasan yang dipimpin oleh Faris dengan sedikit bercanda, tak terlalu serius. Lalu langsung lari berdampingan, hanya lari pelan.
Keduanya berlari sambil berbicara santai, beberapa kali melontarkan candaan membuat tertawa dan harus berhenti sebentar, lalu melanjutkan lagi. Faris juga terkadang melemparkan beberapa godaan untuk gadisnya, dan selalu berakhir tangannya dipukul oleh Ilya. Tapi bukan masalah bagi Faris, karna mendapat senyum manis gadisnya.
Nafas Ilya sudah tak teratur, dadanya naik turun berat, keringat juga terlihat. "Faris, udah dulu yuk." ucapnya yang langsung diikutu Faris. Memilih agak menepi dan mencari tempat untuk duduk.
"Segitu aja?" tanya Faris langsung mendapat lirikan tajam dari gadisnya.Faris tertawa kecil, ikut berjongkok meratakan tinggi dengan gadisnya, "Aku lari bentar, abis itu kita cari sarapan, ya?" ucapnya diangguki oleh Ilya yang berusaha menetralkan nafasnya. Efek jarang olahraga.
Seperti yang dikatakannya, Faris berlari sendiri di tengah orang-orang. Mata Ilya tak lepas dari Faris, memperhatikan lelaki itu walau semakin jauh. Tanpa disadari, terbentuk lekuk kecil di bibirnya. Farisnya, tampan sekali. Rambut yang setengah basah, dan lumayan panjang itu ia sisir ke belakang dengan tangannya. Membuat Ilya berdecih, lelaki itu tak pernah berubah. Sengaja menggunakan pesona nya di depan beberapa gadis disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILYA
Teen Fiction"I Love You Always. ILYA." Ilya Kinansya Putri. Seorang gadis cantik yang ceria, dan keras kepala. Selalu mendapat rangking 3 besar paralel. Ilya punya 2 sahabat yang selalu bersamanya. Dunia Ilya hanya tentang dirinya, keluarga, dan sahabat. Hidup...