Akhirnyaa update, setelah ber abad abad menghilang:v wkkwkw
Ber abad abad? Lebay sekalehhh-_-
Yaudah sih jangan sewot. Sewot tampol nih.Wkkwwkkw, candi gaezzzzz:v
Hmm garing,renyah,krenyes-_-***
Percayalah, kau tak sendiri. Aku siap mendengarkan setiap kisah yang akan kau ceritakan. Apapun yang melukaimu aku juga merasakan hal itu, ketika kau menangis, aku akan ada untukmu.
***
Ilya menyusuri koridor sekolah yang mulai sepi, karna memang bel pulang sudah berbunyi sekitar setengah jam yang lalu.
Entah sudah berapa kali ia mengelilingi SMA Kencana, semua tempat sudah Ilya kunjungi. Pengecualian untuk toilet laki laki tentu saja. Kelas Faris yang berada paling atas pun sudah ia kunjungi beberapa kali, tapi tetap tak membuahkan hasil.
Ia memutuskan untuk duduk di kursi yang tersedia di depan kelas Faris. Ia meluruskan kakinya yang terasa pegal karna telah mengelilingi sekolah yang tak bisa dikatakan kecil, di tambah turun naik tangga untuk mencapai kelas Faris.
Ia mendesah ketika mendapati ponselnya mati. "Kalo gini gue pulangnya gimana dong? Mau minta jemput bang Eja juga gak bisa." gumam Ilya. "Si Faris juga kemana lagi. Bukannya nungguin, malah ditinggal. Bilangnya mau pulang bareng, tapi malah dia yang pulang duluan." Ilya mengomel sembari terus menekan nekan tombol kecil di samping kanan ponselnya.
"Hidupp!!" Ia berseru girang saat benda pipih berwarna pink di genggamannya menampakkan tanda tanda bercahaya, yang berarti ponselnya hidup kembali.
Ada pesan masuk. Dari Faris.
Faris
Kalo udah pulang langsung ke lapanganBelum selesai Ilya membaca pesan dari Faris, ponselnya kembali mati. "Lapangan? Lapangan apaan?" Ilya bertanya pada dirinya sendiri. Ia berfikir sejenak, lalu ia teringat satu tempat. Dan langsung melesat.
***
Ilya menyapu seluruh lapangan basket dengan matanya. Dengan sekejap, ia dapat menemukan Faris yang tengah menggiring bola ke ring.
Ilya memutuskan untuk berjalan mendekat, ia berniat menunggu Faris menyelesaikan latihannya di kursi tempat di mana dulu ia pernah menunggu Faris.
Namun langakhnya terhenti seketika saat melihat gadis berlari ke arah Faris dan memberikan minum padanya. Terlihat jelas, Faris menerima botol minuman itu dengan senyuman. Senyum terbaik yang Ilya belum pernah melihatnya.
Ilya dapat mengenali gadis yang memberi minuman botol pada Faris. Manda. Disaat bersamaan, terdapat puluhan, ratusan, bahkan ribuan pertanyaan muncul di benak Ilya dalam sekejap. Ilya semakin bingung saat mengingat beberapa perlakuan Faris pada Manda. Perlakuan yang tak bisa dibilang baik.
Ia ingin mendekat, tapi saat melihat dua insan itu tertawa bersama, kaki Ilya terasa kaku. Tak dapat digerakkan. Ada sensasi berbeda saat Ilya melihat pemandangan di depannya.
Setelah beberapa kali menarik napas, lalu membuangnya. Ilya melangkahkan kakinya mendekat. Walaupun Ilya bukan psikolog, peramal, limbad, atau roy kiyoshi, tapi ia dapat dengan jelas melihat kegembiraan yang terpancar di wajah Faris maupun Manda.
"Hei." sapa Ilya saat ia sudah benar benar sampai di depan dua sejoli yang tengah tertawa.
"Eh?" tak perlu pakar ekspresi, siapapun dapat tahu jika Faris kaget dengan kedatangan Ilya. "Belum pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ILYA
أدب المراهقين"I Love You Always. ILYA." Ilya Kinansya Putri. Seorang gadis cantik yang ceria, dan keras kepala. Selalu mendapat rangking 3 besar paralel. Ilya punya 2 sahabat yang selalu bersamanya. Dunia Ilya hanya tentang dirinya, keluarga, dan sahabat. Hidup...