Tidak setiap berakhirnya hujan ada pelangi, karna hujan tak menjanjikannya...
***Ris lo dimana?
Rumah
Rumah siapa?
Rumah gue lah
Oke jangan kemana mana, gue otw
Tut.
Sambungan telpon di putus secara sepihak.
Faris melempar ponselnya ke sembarang tempat. Ia baru saja menerima panggilan dari Elang. Dan Faris tebak, rumahnya akan dijadikan tempat pelarian bolos untuk ke dua sahabatnya.
Faris turun menuju dapur lalu membuka kulkas, ia mengambil beberapa buah untuk di makan.
Ia kembali masuk ke kamarnya, mencari kemana ia melempar ponselnya.
Klekk
Pintu kamar Faris terbuka, dan menampilkan Elang berdiri disana.
"Kok sendiri? Radit mana?" tanya Faris melihat tak ada tanda tanda kehadiran Radit.
"Di apartemen gue." ucap Elang sembari menjatuhkan tubuhnya ke kasur milik Faris.
"Tumben banget gak ikut. Biasa kalau kesini aja nomor satu." ujar Faris mengingat kebiasaan Radit yang sangat senang jika di ajak ke rumah Faris. Karna di rumah Faris, ia bisa melakukan apa saja.
"Gue abis dari rumah Ilya, terus kesini."
"Ngapain lo kesana?!" tanya Faris yang kini menatap Elang.
"Yaelah biasa aja kali pak. Jangan ngegas." ucap Elang terkekeh. "Ris, lo tau gak tadi di sekolah gue ngeliat siapa?" tanya Elang yang kini sudah duduk di pinggir ranjang.
"Ya kagak lah, kan lo yang liat bukan gue. Oon lo gak ilang ilang ternyata."
"Gue liat Manda."
Faris yang sedang bermain dengan ponselnya, langsung menatap ke arah Elang meminta penjelasan, terlihat dari tatapannya, ada secercah harapan bahwa yang dikatakan Elang hanyalah candaan.
***
Ilya merasa bosan, ia tak memiliki pekerjaan sama sekali. Sejak kedatangan Elang, ia ingin kembali tidur, lantaran badannya terasa nyeri. Tapi matanya tak sejalan, begitu juga dengan otak, pikiran, dan hatinya.
Matanya menolak untuk tertutup, sementara otak dan pikirannya bekerja untuk mengingat kejadian kemarin. Saat ia dan Faris pulang bersama, saat ia dan Faris makan di pinggir jalan, saat ia dan Faris bermain di pasar malam. Ilya benci harus mengingat itu. Karna saat mengingat itu, jantungnya akan terasa memompa sedikit lebih cepat, dan senyum di wajahnya juga akan terbit. Entah karna alasan apa, semua itu terjadi tanpa Ilya tau penyebabnya.
Dan untuk menghilangkan bosannya, ia memutuskan untuk menonton.
Ilya menekan remote control untuk memindahkan saluran televisi yang menurutnya membosankan. Ia terus saja menekan nekan nomor yang tertera di remote contol di tangannya.
Ia mendesah lelah, baginya tak ada satu pun acara yang menarik. Sampai ia menemukan acara kartun anak, yang berisikan makhluk kecil berwarna kuning. Despicable me.

KAMU SEDANG MEMBACA
ILYA
Teen Fiction"I Love You Always. ILYA." Ilya Kinansya Putri. Seorang gadis cantik yang ceria, dan keras kepala. Selalu mendapat rangking 3 besar paralel. Ilya punya 2 sahabat yang selalu bersamanya. Dunia Ilya hanya tentang dirinya, keluarga, dan sahabat. Hidup...