Bel terakhir, penanda pulang sudah berbunyi kencang. Membangunkan setiap semangat para siswa. Tapi, Radit yang telah mengelilingi sekolah bahkan sepertinya jika ia sempat menghitung, lebih sudah lima kali ia mengelilingi sekolah. Naik turun tangga. Tapi tak kunjung menemukan Faris.
Mencoba menelfon dengan harus merelakan uang jajannya dipakai untuk membeli pulsa agar bisa menghubungi sahabatnya. Berakhir sia sia. Yang ditelfon bahkan tak mengaktifkan ponselnya.
Radit sempat berfikir, jika lelaki itu bolos. Untuk pergi kerumah sakit. Menemui Ilya. Tapi, motornya terlihat masih rapi diparkiran.
Lelah mencari, Radit memutuskan untuk pulang saja. Faris pasti bolos, seperti biasa, lelaki itu akan mengambil motornya saat jam pulang sekolah. Sudah diluar kepala sebenarnya. Tapi, Radit sendiri tak mengerti dengan dirinya yang mencari Faris. Membuat lelah saja.
***
Radit sebenarnya sudah setengah lelah jika harus ke rumah sakit lagi. Semenjak Elang ditabrak, ia setiap hari selalu ke rumah sakit. Dan hari ini, ia juga harus ke rumah sakit.
Menemui Ilya. Menjenguk gadis itu. Gadis kesayangan Faris.
Alibi saja, sebenarnya.
Radit sudah menyusun rencana. Bahwa ia akan tidur sampai malam. Lalu bangun untuk makan, dan tidur lagi sampai esok.
Tapi, saat ia baru menginjakkan kakinya di kamar tercinta, yang berantakan bukan main. Ia mendapat telfon dari Mira, gadis itu menanyakan apakah ia akan kerumah sakit, dan ingin menumpang. Membuat Radit mengiyakan dengan segera. Melupakan acara tidur sampai mati yang sudah ia dambakan.
Itu semua yang membuat Radit bergabung diantara gadis gadis ini. Juga seorang wanita yang tengah mengupas apel.
Garis bibirnya sedikit terangkat, melihat Mira dan Ilya berpelukan, dengan wajah haru yang ntah dibuat buat atau memang tulus dan ucapan ucapan rindu yang mengalun indah dari mulut kedua sahabat itu. Lucu sekali. Menurutnya.
Dan ada Manda yang berdiri disamping Mira. Ilya tak memeluknya, hanya tersenyum sekilas pada Manda. Terlihat kurang suka dengn keberadaan gadis itu. Radit juga sebenarnya. Bukan kurang suka, tapi lebih sedikit ke arah ngeri. Takut, gadis berlesung pipi itu psikopat. Mengingat ia yang membawa pisau untuk mengerahkannya ke Adel.
"Adel gak ikut Mir?" Ilya bertanya.
"Ah? Adel?.."
"Loh? Kok.. Nanya Adel sih? Mira, Ilya gak tau?" Manda tiba tiba menyela.
"Il, lo gak tau? Mira gak ngasih tau?" sambungnya, kini bertanya pada Ilya. Yang ditanyai hanya memasang wajah bingung.
Mira melotot pada Manda. Memberikan gadis itu peringatan. Yang ditangkap baik oleh Manda. Terbukti dengan Manda yang menaikkan sebelah alisnya, seakan bertanya.
"Mau disembunyiin juga dari Ilya? Gue udah baik banget ya, gak kasih tau Faris. Tapi ini Ilya, yakali gak dikasih tau Mir. Dia sahabat lo kan?" Manda menunjuk Adel.
"Man, keluar aja yukk.. Ikut gue ya.." Radit tiba tiba mengandeng Manda. Membuat kepala Ilya pusing. Total bingung.
"Apaan sih pegang pegang." Manda menepis tangan Radit. "Il, Faris kemana?" tanya Manda tiba tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILYA
Teen Fiction"I Love You Always. ILYA." Ilya Kinansya Putri. Seorang gadis cantik yang ceria, dan keras kepala. Selalu mendapat rangking 3 besar paralel. Ilya punya 2 sahabat yang selalu bersamanya. Dunia Ilya hanya tentang dirinya, keluarga, dan sahabat. Hidup...