Haloooo!!!
Serius, kemaren aku baru sadar kalo Ilya update sebulan sekali:( kalian lama banget ya nunggunya? Huhuhu makasih yaaa yang selalu nunggu Ilya updaate. Sayang banget aku sama kalian, serius.
***
Oh iya, aku mau bilang ke kalian stay safe ya! Semoga aku, kalian, dan kita semua selalu sehat.
Dimanapun kalian, selalu jaga kebersihan yaa. Selalu olahraga, makannya yang sehat, banyakin minum dan yang paling penting rajin-rajin cuci tangan!!
Buat sekarang jangan ke tempat rame duluu, kalaupun harus abis itu langsung mandii.
Kalau kalian kena flu atau semacamnya, pake masker ya!! Atau ga, kalau batuk sama bersin itu harus ditutup pake bahu! Jangan pake telapak tangan ya!! Langsung ke dokter bakal lebih bagus lagi..
***
Buat yang sekolah online, kuliah online, kerja online, semangat ya!!
Aku sayang kalian, pokoknya selalu jaga kesehatan!!💛💛
***
Aku bawel banget ya?:( soalnya aku sayang kalian, kalian gak boleh sakit. Alavyuuuuuu💛💛💛💛
***
"Sini," Faris menepuk kursi disebelahnya. Wajahnya kelewat serius, membuat Ilya menatap horor pada lelaki itu. "Yaudah, kalau gak mau." Ilya menghembuskan napasnya lega, Faris hanya bercanda ternyata. "Kamu diem disitu, biar aku yang deketin." ucap Faris lagi. Laki-laki itu benar-benar mendekat ke arah Ilya.
"Faris! berani deket lagi aku tampar ya!" Faris akui, wajah Ilya kini terlihat lumayan seram, gadis itu terlihat merah, namun ada sedikit ketakutan terpancar disana. Nada bicaranya juga sudah lebih tinggi dari biasa, membuat Faris berhenti tepat disamping Ilya.
Sebenarnya, Ilya itu lebih galak dari Faris. Gadis itu jika sudah marah akan sangat menyeramkan. Faris saja kalah, kecuali saat ia kalap.
Namun, diluar dugaan, bukannya takut Faris malah menaikkan sebelah sudut bibir kirinya. "Tampar aja, tapi abis itu jangan nangis." setelah mengatakan itu, air muka Ilya terlihat sedikit melembut. Membuat Faris tau, bahwa Ilya masih mengingat kejadiaan saat pertama kali mereka bertemu.
"Aku nangis bukan karna abis nampar kamu, tau." ucap Ilya. Alis Faris terangkat, "Karna aku marahin?" tanyanya yang sebenarnya ia sendiri pun sudah mengetahui jawabannya. Ilya mengangguk, membenarkan pertanyaan Faris.
"Emangnya sakit ya bekas tamparan ku? Kok kamu marah sampe segitunya?" tanya Ilya. Penasaran, sekuat apa ia menampar kekasihnya sampai lelaki itu marah besar. "Perasaan cuma gini aja deh aku nampar kamu," Ilya memberikan tepukan-tepukan kecil, tapi bertubi-tubi pada pipi kanan Faris. Perisis seperti seorang ibu yang tengah memberikan bedak pada anaknya setelah mandi.
"Ngaco aja." ia sedikit terkekeh. "Sakitnya sih ga seberapa, tapi aku loh kaget tiba-tiba kamu tampar. Padahal waktu itu niatku baik, mau nolongin kamu."
Alis gadis didepannya kini terlihat bertaut, "Baik apa? Kamu aja jelas-jelas mau nyium aku kan? Nafsuan!" Ilya secara tak sadar menambah kekuatan pada tangganya, membuat bunyi tamparan kecil. Faris sempat meringis, sedikit sakit tapi kaget juga.
"Awh," mata Ilya melotot, langsung mengusap-ngusap bekas tamparannya. "Gak sengaja, maaf yaa..." wajahnya dibuat seimut mungkin, karna terakhir kali ia melakukan hal tersebut, mampu membujuk Faris agar membelikannya pembalut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILYA
Teen Fiction"I Love You Always. ILYA." Ilya Kinansya Putri. Seorang gadis cantik yang ceria, dan keras kepala. Selalu mendapat rangking 3 besar paralel. Ilya punya 2 sahabat yang selalu bersamanya. Dunia Ilya hanya tentang dirinya, keluarga, dan sahabat. Hidup...