Faris mengendarai motor nya seperti orang kesetanan. Tak memedulikan teriakan dari orang-orang yang hampir ditabraknya. Ia benci apapun yang menyangkut wanita murahan itu. Faris menyusuri jalan menuju apartemen Elang. Sesampainya di apartemen Elang, Faris langsung masuk dengan wajah yang tak bersahabat.
Ya, memang Faris dan kedua sahabatnya lebih sering berkumpul di apartemen Elang. Elang memang mempunyai apartemen pribadi yang diberi oleh kedua orang tua nya.
"Eh si kutil, dah dateng lo?" ucap Radit yang pertama kali melihat kedatangan Faris. "Pesenan gue sama Elang gak lo beliin?"
"Lupa." balas Faris cuek.
"Gak berbakat lo buat bohongin kita. Yakali lo lupa Ris, menu sarapan kakek lo 2 tahun yang lalu aja lo gak lupa." ucap Radit tak percaya dengan alasan Faris. Mengingat ingatan 'istimewa' yang dimiliki Faris.
"Kenapa muka lo? Gak disetrika? Kusut amat." timpal Elang.
"Si Rafael dateng ke rumah." ucap Faris sembari menghidupkan ujung rokoknya.
"Oh pantes." gumam Radit.
"Terus? Dia ngapain?" tanya Elang
"Dia bilang mau cerai sama tuh si bitch."
"Ya bagus dong, kan siapa tau hidup lo jadi lebih baik kalau gak ada tuh si san-"
"Jangan sebut namanya di depan gue." ujar Faris memberikan tatapan tajamnya pada Radit. "Lang, malam ini gue tidur disini ya." sambung nya.
"Yaelah, kayak sama siapa aja lo pake bilang-bilang segala." sahut Elang santai. Karna memang Faris sering tidur di apartemen miliknya. "Dia cuma bilang mau cerai kenapa lo sampe ngerokok gitu nyet?" sambungnya sedikit heran, mengingat Faris bukanlah perokok aktif. Faris hanya akan merokok jika sudah punya masalah. Yang berat tentunya.
Faris hanya mengangkat bahunya tak acuh. "Maafin Faris bun. Faris lagi capek, Faris ngerokok lagi." Guman Faris dalam hati.
***
Ilya baru saja memasuki gerbang SMA Kencana dengan bensenandung kecil. Ntah kenapa mood nya pagi ini sedang baik.
Ia memasuki koridor yang mulai ramai karna mengingat sekarang tidak terlalu pagi. Ilya yang merasa diperhatikan sejak memasuki gerbang tadi sedikit heran. Awalnya ia tidak mempermasalhkan berbagai tatapan yang ditujukan padanya, namun sekarang Ilya merasa risih dengan tatapan yang diberikan padanya.
"Dih ngapain sih pada ngeliatin gue kayak gitu."gumam Ilya.
Ilya melanjutkan langkahnya ke kelas yang tak sesemangat saat memasuki gerbang tiba-tiba dikejutkan oleh suara toa milik Mira.
"Ilya! Akhirnya lo dateng juga." ucap Mira dengan suara toa yang dimilikinya.
"Alay lo."cibir Adel.
"Lo gak tau masalahnya diem." sungut Mira.
"Kenapa sih Mir?" tanya Ilya.
"Sekarang lo duduk dan ceritain semuanya sama kita. Semuanya." ujar Mira sembari menarik sahabatnya ke bangku milik Ilya.
"Ceritain apaan?" tanya Ilya bingung.
"Yaampun Ilya lo udah dateng?!" pekik suara cempreng milik Tisa, teman sekelas Ilya yang juga biang gosip seperti Mira.
"Kuping gue sakit Tisa! Jangan teriak dong." omel Adel.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILYA
Teen Fiction"I Love You Always. ILYA." Ilya Kinansya Putri. Seorang gadis cantik yang ceria, dan keras kepala. Selalu mendapat rangking 3 besar paralel. Ilya punya 2 sahabat yang selalu bersamanya. Dunia Ilya hanya tentang dirinya, keluarga, dan sahabat. Hidup...