Amanda Rawles

24.1K 908 3
                                    

Ilya mengipas ngipas wajahnya menggunakan tangan. Sesekali ia juga mengelap keringat yang muncul di dahinya. Matanya juga sedikit menyipit, menghalangi cahaya yang menerobos masuk ke matanya.

Hari ini mentari dengan berani menampakkan dirinya. Menemani upacara bendera di SMA Kencana.

"Baiklah, saya akhiri amanat saya sampai disini." ucap seorang lelaki yang tak lagi muda, namun belum bisa dikatakan tua.

"Yaelah dari tadi kek." celetuk Mira yang berdiri di belakang Ilya.

Upacara yang tinggal setengah, di lanjutkan sampai selesai. Berjalan lancar seperti biasa.

***

"Gila. Kaki gue pegel sumpah." decak Mira memukul mukul kakinya pelan.

"Itu tadi siapa sih yang jadi pembina upacara? Ngasih amanat gak kira kira." ucap Adel menanggapi, sembari menyeruput es jeruk nya.

Ilya yang dari tadi fokus meneguk minuman dinginnya tidak menanggapi ocehan kedua sahabatnya. Ia terus mengipas ngipas wajahnya dengan tangan.

Setelah upacara memang banyak murid yang ke kantin menghilangkan dahaga yang tercipta karna pancaran mentari.

Sebenarnya, dalam tata tertib SMA Kencana tidak memperbolehkan siswa siswi nya jajan di kantin usai upacara. Namun karna dahaga lebih penting dari menaati peraturan sekolah. Alhasil, banyak murid yang melanggarnya dengan alasan jika mereka haus ataupun lapar, mereka tidak akan bisa fokus pada pelajaran.


"Il muka lo merah banget." ucap Adel menunjuk wajah Ilya yang memerah karna terkena paparan sinar matahari.

"Gimana gak merah? Orang panasnya kek ngeliat pacar berduaan sama mantannya." ucap Mira ikut nimbrung.

"Ke kelas yuk. Minuman gue udah abis." ajak Ilya sembari menggeser kursi yang didudukinya ke belakang.

"Yuk." ucap Mira yang ikut menggeser kursinya, di sertai Adel yang melakukan hal serupa.

***

Seorang laki laki tengah berbaring di beberapa jejeran bangku kayu yang di rangkai menjadi satu. Matanya terpejam, terlihat damai. Napasnya teratur, yang menandakan bahwa lelaki tersebut tengah mengarungi dunia mimpi.

Tidak. Dia tidak sendiri, disana terdapat dua lelaki yang terlihat sebaya dengannya. Hanya saja, dua lelaki yang duduk di pinggiran rooftop itu tidak tertidur. Mereka berteriak saling memaki sama lain.

"Berisik!"bentak Faris. Ia sedikit membuka matanya karna terganggu dengan teriakan teriakan tak jelas yang keluar dari mulut ke dua sahabatnya.

Namun bukannya berhenti, mereka berdua malah semakin heboh.

"Lang itu disebelah kanan!" teriak Radit heboh.

"Anjirr makin banyak!" Elang juga ikut ikutan. Tapi tak sampai berteriak seperti yang Radit lakukan.

"Itu yang ditengah Lang! Yang itu! Kanan Lang kanan!" seru Radit masih tak kalah heboh.

"Diem bego! Gue bingung yang mana dulu!"

"Yang kiri dulu. Itu udah deket Lang!"

ILYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang