Manda benar benar menunggu di ruangan Ilya. Mereka tak berbicara satu sama lain, Manda tahu, Ilya tak menyukainya. Apalagi melihat insiden tadi, mungkin rasa tak suka Ilya sudah naik level. Jadi rasa benci?
Manda benar benar bosan sekarang. Menunggu Faris membuatnya lelah, apalagi tak ada kegiatan sema sekali. Hanya bermain hp, dan ia sudah cukup bosan dengan benda pipih digenggamannya. Dari duduk, menjadi berbaring, lalu duduk lagi, berjongkok, tengkurap, tapi Faris tak kunjung datang. Menyebalkan.
Bahkan, saat ia kesini, matahari saja masih benderang. Dan sekarang lihat, lampu lampu sudah dihidupkan untuk pencahayaan, tugas menyinari bumi pun sudah diambil alih oleh bulan. Tak hanya itu, yang menjaga Ilya pun sama, sudah bukan wanita yang wajahnya mirip dengan Ilya. Yang Manda tebak, pasti ibunya. Berganti dengan lelaki yang mungkin lebih tua darinya. Duduk di sebelah bangkar Ilya.
"Il, Faris gak dateng dateng nih. Gue pulang dulu." Manda akhirnya mengalah. Lelah juga harus menunggu lelaki itu.
Ilya hanya bergumam kecil. Menyetujui. Bahkan, jiwanya bersorak dengan perginya Manda.
"Siapa nya Faris? Selingkuhannya?" Reza dapat melihat dengan jelas, pancaran mata Ilya seolah akan membunuh gadis yang baru saja meninggalkan ruangan adiknya.
"Gak tau." jawab Ilya. Malas membahas apapun yang berhubungan dengan Manda. Gadis itu menyebalkan. Ilya tak suka.
***
Pagi pagi sekali, Ilya mendapat tamu tak diduga. Menanyakan perihal Faris padanya. Dimana laki laki itu berada. Kenapa ponselnya tak aktif dari kemarin. Apa laki laki itu mengganti nomornya. Dan banyak pertanyaan yang bahkan, Ilya tak tau satu pun jawaban dari banyaknya pertanyaan yang dilontarkan.
"Serius kamu gak tahu?" tanya lelaki didepannya. Berusaha memastikan.
Ilya menggeleng. "Faris gak ada ngehubungin saya. Dari kemaren. Gak jenguk juga." jawabnya. Mengemukakan alasan mengapa ia tak tau jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang terucap dari pria berjas di depannya.
Hanya ada tarikan napas berat. Seperti kecewa? Atau putus asa?
Ia akhirnya mengangguk. "Saya percaya sama kamu. Tapi, saya boleh minta tolong?"
Ilya mengangguk ringan. "Kalau saya bisa, saya pasti tolong, om."
Sudut kiri bibir Rafael terangkat sedikit. Gadis didepannya benar benar baik sekali. Tak heran, Faris sampai memberikan ultimatum pada dirinya, agar tak mengganggu sang kekasih. "Saya minta tolong, kalau kamu entar ketemu Faris, bilangin, mamanya kritis, bujuk dia kalau bisa, biar ketemu mamanya. Ya nak? Om minta tolong banget."
Kening Ilya berkerut, otomatis. Ibu Faris kritis? Faris bilang padanya, bahwa ibunya telah meninggal dunia. Saat ia masih duduk dibangku SMP.
Apa Faris berbohong padanya? Rasanya tidak mungkin kan berbohong tentang kematian seseorang?
"Maaf om, kalau saya lancang atau gak sopan. Tapi, Faris pernah bilang, kalau mamanya udah meninggal." Ilya sebenarnya tidak enak hati mengatakannya. Tapi bagaimana lagi? Ia harus mengetahui kebenarnanya. Siapa yang berbohong.
Ilya cukup tau, bahwa hubungan Faris dan ayahnya kurang baik. Faris beberapa kali menceritakan padanya kalau ia sering bertengkar dengan Rafael. Faris selalu mengadu pada Ilya.
Rafael tersenyum miris. "Begini, saya punya dua istri. Dan yang lama itu, sudah meninggal. Sekarang, istri saya sedang kritis. Saya mohon banget sama kamu biar bisa bujuk Faris." Rafael sengaja tak membeberkan fakta pada gadis remaja didepannya. Bagaimanapun, hal itu tetap privasi.
![](https://img.wattpad.com/cover/141843195-288-k502818.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ILYA
Fiksi Remaja"I Love You Always. ILYA." Ilya Kinansya Putri. Seorang gadis cantik yang ceria, dan keras kepala. Selalu mendapat rangking 3 besar paralel. Ilya punya 2 sahabat yang selalu bersamanya. Dunia Ilya hanya tentang dirinya, keluarga, dan sahabat. Hidup...