Faris kembali ke meja dengan senyum kecil yang terbit di wajah nya.
"Kenapa lo senyum senyum gitu?" tanya Ilya galak.
"Jangan galak galak gitu sayang."
"Sayang pala lo peang. Yuk ah balik, udah hampir malam." ujar Ilya melihat arloji putih yang melingkar di tangan kirinya yang sudah menunjukkan pukul 17:55 WIB.
"Lo masih marah sama gue?"
"Udah tau, kenapa nanya?" ujar Ilya sinis.
"Yuk pulang." ajak Faris yang berjalan di depan Ilya.
"Gak, gue gak mau pulang sama lo. Gue pengen naik taksi."
"Emang lo mau bayar pake apaan?" tanya Faris yang kini sudah memasang helm nya. "Nurut aja kenapa sih."
"Tapi jangan kebut kebutan kayak tadi."
"Iya beb iya."
"Beb beb, lo pikir bebek." sewot Ilya.
"Yaudah buruan naik."
Ilya menurut dan naik ke motor Faris. Ntah kenapa, ia merasa senang hari ini. Mungkin karna ia ditraktir makan? Pikirnya.
Seperti yang diminta Ilya, Faris membelah ramainya kota di malam hari dengan kecepatan rata rata. Di sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara, mereka larut dalam pikiran masing masing.
"Eh kita mau kemana?" tanya Ilya yang menyadari jalan yang di ambil Faris bukan jalan kerumahnya. "Lo lupa jalan rumah gue?" tambahnya.
"Gue pengen ngajak lo jalan."
"Tapi ini udah malem, lagian juga gue belom ijin. Pasti orang tua gue nyariin."
"Tenang aja, gue udah bilang bang Reza kalau lo gue ajak pergi."
"Tadi bukannya lo bilang, lo gak bawa hp? Ohh lo bohongin gue?! Dasar buaya lo." ujar Ilya memukul bahu Faris. "Kita mau kemana sih?"
"Hmm enaknya kemana ya?"
"Eh si onta, gue nanya elu. Kenapa lo nanya balik oon."
"Ke pasar malem mau gak?"
"Gue mau!!" seru Ilya, terdengar nada antusias yang tersirat terselip di sana. Dan Faris berhasil menangkap itu.
***
"Rame yaa."
"Yaiyalah rame, kalau sepi bukan pasar malem. Tapi-"
"Kuburan? Halah basi banget lo." potong Ilya.
"Sotoy banget lo. Gue pengen bilang kalau sepi itu hati lo. Hahahah." ucap Faris tertawa.
"Apaan sih? Garing banget sumpah." ucap Ilya sembari matanya berlarian kesana kemari mencari sesuatu yang asik jika dimainkan. "Faris gue mau ituu!" tunjuk Ilya pada box boneka.
"Serius lo mau main begituan?" tanya Faris memastikan.
"Iya, ayokk." ujar Ilya menarik tangan Faris mendekat pada mesin pengambil boneka tersebut.
"Lo bisa main beginian?"
"Ya bisalah. Ini mah gampang, lo mau boneka yang mana?" tanya Ilya sombong.
"Dih, sombong banget lo. Oke, gue pengen boneka yang itu." ujar Faris menunjuk boneka buaya kecil berwarna hijau.
"Haha sesuai sama orangnya. Buaya darat. Hahaha." Ilya tertawa meledek.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILYA
Teen Fiction"I Love You Always. ILYA." Ilya Kinansya Putri. Seorang gadis cantik yang ceria, dan keras kepala. Selalu mendapat rangking 3 besar paralel. Ilya punya 2 sahabat yang selalu bersamanya. Dunia Ilya hanya tentang dirinya, keluarga, dan sahabat. Hidup...