Ujian

4.1K 285 36
                                    

Hai semua!!

Minal aidin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin semua🙏. Minta maaf buat semua kesalahanku ke kalian, maaf selalu bikin kalian nunggu lama. Maaf untuk semuanya🙏💛.

Aku, dan semua kerabat Ilya (wkwk) mengucapkan selamat idul fitri bagi semua umat muslim🙏💛💛.

***

Aku ada work baru loh, wkwk. Bisa di cek author note paling bawah. Atau bisa liat langsung di profile aku!

***

Beberapa hari ini Ilya hanya bertemu dengan Faris saat ia berangkat dan pulang sekolah, karna bersama. Lelaki itu begitu sibuk, tapi tak sampai melupakan Ilya. Berlari kesana sini membujuk beberapa guru untuk dimintai nilai, mengejar ketertinggalan nilai, rentetan omelan ia terima dengan hati yang sebenarnya tak begitu lapang. Namun berusaha menerima.

Buku-buku pelajaran yang ia baca, lalu diringkas. Tak lupa, di lacu mejanya selalu mengaktifkan alat perekam suara yang sebenarnya selalu ia lakukan, sejak kelas 10. Kemampuan ingatan yang diatas rata-rata membuat Faris merasa sanhat terbantu. Ia tak perlu mengulang bacaan atau pun mendengar suara guru menjelaskan dari perekam suara miliknya.

"Udah siap?" tanya Ilya saat keduanya tengah berjalan menuju parkiran yang mulai lengah karna bel pulang sekolah telah berdering setengah jam lalu.

Faris hanya mengedikkan bahunya acuh, tak berniat menjawab pertanyaan Ilya. Tak tahu harus menjawab apa, tepatnya. Jika ditanya kesiapan, sebenarnya lelaki itu merasa kurang siap. Namun jika meninjau kembali kebelakang, ia telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan begitu apik, membuat keyakinan dirinya sedikit meningkat. Tapi tak yakin jika harus mengatakan ia siap untuk ujian sekolah dua hari lagi.

"Kalau udah usaha, pasti berhasil kok. Percaya sama diri sendiri, jangan ragu." ucap Ilya, memberikan petuahnya setelah melihat sedikit keraguan pada Faris. Faris hanya memgagguk, menyetujui perkataan gadisnya. Ia sudah berusaha, setidaknya harus mempercayai diri sendiri.

***

Kali ini, Faris benar-benar tak main-main dengan ucapannya. Merubah diri menjadi lebih baik dari sebelumnya. Setelah begitu banyak peristiwa yang kurang menyanangkan beberapa saat lalu.

Ilya dengan Faris hanya berkomunikasi lewat aplikasi chat saja selama dua hari, sabtu dan minggu. Faris mengatakan padanya bahwa lelaki itu sibuk mempersiapkan semuanya, termasuk masuk univ. Ilya sama sekali tak keberatan, mengerti posisi Faris kini.

Dan hari ini, pagi-pagi sekali Ilya sudah menelfon Faris. Menjadi alarm pagi untuk Faris. Diluar dugaan, baru sekitar tiga kali berdering, suara khas bangun tidur Faris sudah menyapa pendengaran. "Hmm?"

"Ini udah hampir jam enam," matanya tertuju pada jam putih di atas meja belajarnya. Menunjukkan 10 menit lagi pukul 6 pagi. "Kamu mau ujian kan? Siap-siap gih,"

Ilya mendengar desahan pelan dari Faris, "Nanti aja, masih pagi." ucapnya, terdengar begitu mengantuk.

"Kamu ujian, lupa? Kalau telat gak bakal bisa masuk ruang ujian kan?"

"Astaga! Lupa!" setelah itu, terdengar grasak-grusuk dari seberanh membuat Ilya menebak-nebak, apa yang Faris lakukan. "Il, aku mandi dulu. I love you," lalu sambungan terputus begitu saja.

Ilya menjauhkan ponselnya dari telinga, masih dengan ekspresi kagetnya. Namun tak lama, pipinya yang garis bibirnya naik sempurna. Lalu memekik kegirangan, menyembunyikan wajah merah mudanya kedalam bantal. I love you dari Faris dipagi hari terasa tak sehat.

ILYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang