Halooo!!
Kemaren ada yang aku janjiin bakal up malam yaa? Ada dua orang yang aku bilang kalo aku up nya malm.
Tapi serius, malam itu aku ketiduran, trus pas siang kemaren aku ga megang hp.
Ada sih, tapi cuma buat balesin wa dan ga sempt buat ngerevisi:( maaf yaaa...Dannnn....
Aku bakal lebih sering update!! Yeayyy!!! tapi ga bakal panjang panjang banget yaa...
Maaf, soalnya aku gabisa sering update kalo ngetiknya panjang. Bukan gimana gimana, aku ngetik masih ngikut gimana mood ngetik..
Terimakasih sudah baca Ilyaa!!
***
Diruang ini, ruang rawat Elang, sudah lebih dari 15 menit yang lalu diselimuti keheningan. Dan, kesedihan yang mengepung setiap sudutnya, menciptakan suasana hening diantara insan manusia. Namun, dihati juga pikiran mereka masing masing tengah berusaha saling mendominasi.
Perasaan mana yang dominan. Sedih? Kecewa? Atau marah?
Lia, mengecup lama kepala anak bungsunya. Tak menyangka, akan ditinggal pergi secepat ini. Mencoba membendung air mata sekuat tenaga dengan menutup kelopaknya kencang. "Baik baik ya nak, disana. Mama, papa, sama kak Revan bakal selalu doain Elang..." bisiknya dengan begitu pilu.
Lain lagi, Andre, ia mengusap kepala sang anak begitu lembut. Sedikit tersenyum, lalu menghela napasnya begitu berat. Mengikhlaskan anak bungsunya yang telah lama berpisah tempat tinggal bukan perkara mudah. Memang, sebagai orang tua dan anak, mereka tinggal berjauhan, orang tua dan kakak laki laki Elang bekerja dan menetap di Singapura. Dan Elang, memilih untuk tetap hidup di tanah kelahirannya. Namun, tinggal berjauhan bukan berarti hubungan orang tua dan anak, maupun kakak beradik itu menjadi renggang.
"Semandiri apa anak papa yang satu ini? Sampe berani ninggalin orang tua sama kakaknya buat pergi dan jadi beda dimensi?" tanya nya seakan berbisik. "Nak, maafin papa, sama mama, sama kak Revan juga, kalau selama ini kita bertiga jarang pulang ke Jakarta buat ngunjungin kamu. Maaf karna kadang papa matiin telfon karna harus meeting." sambungnya. Menyesal sekarang pun tak ada gunanya. Elang tak akan kembali menghirup oksigen dari bumi.
"Papa sayang kamu nak," Andre juga mengecup kening anak bungsunya.
Yang lain masih tak berani mendekat pada Elang, tak berani karna takut tak bisa mengendalikan diri.
Diantara Revan dan Faris, tadinya hampir akan terjadi saling pukul. Karna Faris yang tiba tiba masuk ke ruangan dan menarik kerah baju Revan dan mengatakan, lelaki itu tak becus mengurus Elang, hingga menyebabkan sahabatnya meninggal. Dan Revan yang tak terima, melakukan pembelaan terhadap dirinya, bahwa memang Elang tadinya hanya tertidur, dan saat dokter memeriksa, nyawanya telah hilang sekitar 30 menit yang lalu.
Faris yang sudah kelewat emosi tak menghiraukan penjelasan dari Revan, memilih memberikan pukulan gratis pada kakak laki laki sahabatnya, membuat ia hampir diberi sebuah bogeman mentah, jika saja orang tua Elang tak segera melerai.
Tak terima, jadi alasan utama. Tak terima karna kematian Elang, dan tak terima karna dituduh sebagai penyebab kematian Elang.
Percayalah, keadaan sekarang sudah jauh lebih baik dibanding satu jam yang lalu.
Revan dan Faris yang nyaris saling pukul, Lia yang sempat pingsan karna terlalu kaget dengan kabar kematian anaknya, juga dia yang harusnya beristirahat usai mendonorkan darahnya pada Ilya. Manda yang menangis dengan kencang sembari memeluk Elang, nyaris terjatuh jika tak dipegangi oleh Radit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILYA
Teen Fiction"I Love You Always. ILYA." Ilya Kinansya Putri. Seorang gadis cantik yang ceria, dan keras kepala. Selalu mendapat rangking 3 besar paralel. Ilya punya 2 sahabat yang selalu bersamanya. Dunia Ilya hanya tentang dirinya, keluarga, dan sahabat. Hidup...