Peringatan

31K 1.3K 3
                                    

Ilya sekarang sedang duduk di kursi penonton sembari menggerak gerakkan kakinya tak beraturan. Dia sudah berkali kali menghembuskan napas kasar.

Ilya berniat merecoki dua sahabatnya dengan mengespam chat. Namun sial, ponselnya mati karna tadi ia lupa mengecas.

Ilya melirik jam yang melingkar di tangannya menunjukkan setengah lima. "Gila gue duduk disini berjam jam cuma nungguin tuh bocah tengil." decak Ilya tak percaya dengan nasibnya yang harua menunggu Faris selesai latihan basket.

"Lo pacar Faris?" suara dari samping tersebut cukup mengejutkan Ilya, Pasalnya dari tadi hanya dia yang duduk disini.

Tatapan tak suka diterimanya langsung dari gadis cantik yang sudah berdiri di depannya. Setahu Ilya, gadis yang berdiri di depannya adalah Chelsea dan dua temannya yang Ilya tidak tau namanya. Chelsea Evelin Monica, si pemecah rekor menjadi pacar Faris paling lama, 5 hari. Dan kabarnya Chelsea tidak terima putus dari Faris dan sampai sekarang dia masih mengejar ngejar Faris. Ilya tau semua itu dari Mira.

"Bukan kak."

"Terus?"

"Temen." jawab Ilya tanpa memperhatikan mata Chelsea

"Ya sekarang jadi demen lah Chel, mana ada temen mau nungguin sampe sore gini." ujar Wanita berambut panjang di sebelah kanan Chelsea.

"Mulai sekarang gue gak mau lo deket deket sama Faris." ucap Chelsea tajam.

Melihat Ilya yang hanya diam membuat seorang gadis membuka mulutnya.

"Eh jangan diem aja lo, ngerti gak yang dibilang Chelsea?!" ujar wanita berambut pendek sedikit membentak.

"Calm girls." ujar Chelsea mengeluarkan senyum culasnya. "Dan gue peringatkan sekali lagi, ini hari terakhir gue liat lo deket deket Faris." lalu ia menepuk pundak Ilya dan berlalu begitu saja.

Diam diam Ilya menghembuskan napas lega karna Chelsea tidak membullynya. Karna yang dia tahu dari Mira, Chelsea dan gang nya suka membully siapa pun yang dekat dengan Faris.

Ilya kembali melirik arloji putihnya, 15 menit lagi jam 5. Dan Faris beserta tim nya baru saja bubar.

"Muka lo udah jelek jangan ditekuk, makin jelek." ujar Faris yang sekarang sudah duduk di samping Ilya.

"Bisa gak-"

"Beliin gue minum dong haus." potong Faris santai.

"Gue belom selesai ngomong!." ujar Ilya kesal sembari berdiri menghadap Faris.

"Gue haus, pengen minum bukan pengen denger lo ngomong."

"Nih, minum air gue aja." Ilya mengeluarkan air dari dalam tasnya. Lalu memberikannya pada Faris.

Faris menerima air dari Ilya dengan senang hati, karna memang dia sekarang sedang kepanasan. Ia membuka tutup botol lalu menengadahkan kepalanya dan menunpahkan seluruh air dalam botol ke mukanya.

Jika kebanyakan cewek akan meleleh melihat Faris seperti itu. Tapi tidak dengan Ilya, dia menyesal karna memberi air kepada Faris.

"Air gue!" pekik Ilya tak terima airnya yang hanya disiramkan ke muka Faris. "Gak tau diri ya lo?! Udah dikasih bukannya diminum, malah ditumpahin ke muka gitu aja." ucap Ilya kesal setengah mati pada Faris.

"Kan lo udah ngasih, ya terserah gue dong mau diapain. Masih untung air yang lo kasih ke gue itu ada gunanya, gak kaya yang ngasih gak ada gunanya. Sekarang beliin gue minum haus." ujar Faris santai, sangat santai ditambah dengan wajah datarnya.

Ilya yang sudah sangat kesal pada Faris mencak mencak tak jelas.

Faris yang melihat kelakuan Ilya yang mencak mencak tak jelas mengangkat sebelah alisnya. "Gue tuh pengen dibeliin minum bukan pengen liat lo mencak mencak gak jelas gitu."

"Gue tuh capek. Lo ngertiin cewek dikit gak bisa apa?"

"Lo yang cuma duduk duduk disini aja capek, apalagi gue yang lari lari, loncat loncat ngejar bola. Dan satu lagi, lo bukan cewek gue jadi gak ada urusan buat gue ngertiin."

"Nih cowok dimulutnya gak ada filter apa?" batin Ilya menggeram kesal.

Melihat Ilya yang hanya diam mebuat Faris gemas sendiri dengan gadis di depannya ini.

Bukan.

Bukan gemas dalam artian suka, tapi gemas ingin menelan gadis itu hidup hidup.

"Lah dia malah diem, beliin gue minum POLUSI MATA."

"Polusi mata?" alisnya bertautan, karna dia baru pernah mendengar istilah Polusi mata.

"Iya, lo tuh polusi di mata gue. Bikin mata gue tercemar jadi gak sehat."

"Oh jadi maksud lo-"

"Beliin gue minum atau gue diemin lo pake mulut gue?" ancam Faris

Ilya yang mendengar itu refleks menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan miliknya.

Melihat Ilya yang membekap mulutnya sendiri membuat Faris bingung "Ngapain lo gitu?"

Yang ditanya hanya menggeleng

"Ngapain?" ulang Faris

Dan lagi lagi Ilya menggeleng, membuat Faris benar benar ingan menelan Ilya hidup hidup saat ini juga.

"Yaudah, beliin gue minum."

Dan kali ini respon yang di berikan Ilya bukan menggekeng, tapi menggangguk lalu berlari meninggalkan Faris yang melongo melihat keanehan gadis yang sekarang adalah babunya.

Jangan lupa votte and comment😄

ILYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang